Raden Mas Jolang/Panembahan Hanyokrowati/Panembahan Seda ing Krapyak - POJOKCERITA

Tuesday, January 14, 2025

Raden Mas Jolang/Panembahan Hanyokrowati/Panembahan Seda ing Krapyak

Bila dirunut ke bawah, Panembahan Senopati (atau yang pada masa mudanya bernama Danang Sutawijaya) memiliki 14 (empat belas) anak dari 3 (tiga) istri. 

Adapun keempat belas anak Panembahan Senopati adalah sebagai berikut: (1) Gusti Kanjeng Ratu Pambayun/Retna Pembayun (2) Pangeran Rangga Samudra/Adipati Pati (3) Pangeran Puger/Raden Mas Kentol Kejuron/Adipati Demak (4) Pangeran Teposono (5) Pangeran Purbaya/Raden Mas Damar (6) Pangeran Rio Manggala (7) Pangeran Adipati Jayaraga/Raden Mas Barthotot (8) Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati/Panembahan Seda ing Krapyak (9) Gusti Raden Ayu Demang Tanpa Nangkil (10) Gusti Raden Ayu Wiramantri (11) Pangeran Adipati Pringgoloyo I/Bupati Madiun 1595-1601 (12) Ki Ageng Panembahan Djuminah/Pangeran Djuminah/Pangeran Blitar I/Bupati Madiun 1601-1613 (13) Pangeran Adipati Martoloyo/Raden Mas Kanintren/Bupati Madiun 1613-1645 (14) Pangeran Tanpa Nangkil.

Dari ke-14 putra Panembahan Senopati itu, yang kemudian menjadi penerus penguasa tahta Kerajaan Mataram Islam adalah putra ke-8 yaitu Panembahan Hadi Prabu Hanyokrowati/Panembahan Seda ing Krapyak. Selanjutnya dari sini lahirlah seorang putra yang bakal menjadikan Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan yaitu Sultan Agung. Lalu dari Sultan Agung, lahirlah putra penerusnya yaitu Amangkurat I.

Panembahan Hanyokrowati memiliki nama asli Raden Mas Jolang. Ia adalah putra ke-8 Panembahan Senopati. Ia juga dijuluki Panembahan Seda ing Krapyak yang berarti “baginda yang wafat di Krapyak.”

Panembahan Hanyokrowati memiliki ibu bernama Ratu Mas Waskitajawi yang merupakan putri dari Ki Ageng Panjawi. Sedangkan Ki Ageng Panjawi adalah saudara sepupu dari Panembahan Senopati.

Panembahan Hanyokrowati menjadi Sultan Mataram ke-2 yang berkuasa dari tahun 1601 sampai 1613 dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyokrowati Senopati ing Alaga Mataram. Ia memiliki 2 (dua) orang permaisuri yang masing-masing melahirkan keturunan. Istri pertama bernama Ratu Tulungayu dari Ponorogo yang melahirkan Raden Mas Wuryah atau Adipati Martapura. Adapun istri keduanya merupakan putri dari Pangeran Benawa yaitu Dyah Banowati. Dari Dyah Banowati inilah, ia memiliki seorang putra yang kelak diangkat sebagai putra mahkota yang bernama Raden Mas Rangsang atau Raden Mas Jatmika yang kemudian dikenal dengan nama Sultan Agung. Selain Raden Mas Rangsang, Dyah Banowati juga melahirkan seorang putri bernama Ratu Pandansari. 

Mengapa yang diangkat adalah Raden Mas Rangsang? Sebenarnya jauh sebelum Panembahan Hanyokrowati menikahi Dyah Banowati, ia telah lebih dahulu berjanji, bila dikaruniai anak dari pernikahan pertama maka sang putra akan diangkat sebagai putra mahkota. Namun sayangnya, setelah beberapa tahun pernikahan, ia belum jua dikaruniai putra. Maka menikahlah ia dengan Dyah Banowati yang melahirkan Raden Mas Rangsang. Empat tahun kemudian barulah Ratu Tulungayu mengandung dan melahirkan Raden Mas Wuryah. 

Meskipun telah menjadi Sultan Mataram yang ke-2 namun tidak membuat Panembahan Hanyokrowati merasa aman dari kedudukannya karena ia tidak henti-hentinya mendapat perlawanan dari saudara-saudaranya. Meskipun semua pemberontakan itu berhasil dipadamkan namun tetap saja Panembahan Hanyokrowati harus melewati masa-masa yang tidak menyenangkan.

Tercatat setidaknya terjadi 2 (dua) kali pemberontakan yang datangnya dari saudara-saudaranya. Salah satunya adalah pemberontakan oleh Pangeran Puger, putra kedua Panembahan Senopati. Ia lahir setelah Raden Rangga yang meninggal dunia di usia muda. Maka putra tertua jatuh kepada Pangeran Puger atau Raden Mas Kentol Kejuron. Karena merasa berhak menduduki tahta Mataram, ia melakukan pemberontakan kepada Panembahan Hanyokrowati. Meskipun Pangeran Puger telah diberikan kekuasaan sebagai Adipati Demak namun tidak lantas membuatnya puas. Ia tetap melancarkan pemberontakan kepada Panembahan Hanyokrowati setelah kematian ayahnya. Akhirnya pada tahun 1605, Pangeran Puger berhasil ditangkap dan dibuang ke Kudus. 

Panembahan Hanyokrowati wafat pada tahun 1613 pada saat melakukan perburuan rusa di hutan Krapyak sehingga ia dijuluki juga sebagai Panembahan Seda ing Krapyak. Meski meninggal di Krapyak namun ia kemudian dimakamkan di Kotagede. 

Panembahan Hanyokrowati

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda