Sri Kertarajasa Jayawarddhana atau Nararya Sanggramawijaya atau Raden Wijaya atau Brawijaya, mulai memerintah Kerajaan Majapahit pada tahun 1294 M.
Tidak lama setelah Sri Kertarajasa dinobatkan sebagai raja Majapahit, pasukan yang dahulu dikirimkan ke berbagai nusantara oleh Kertanegara dimana ia merupakan seorang raja Singasari yang sangat terkenal karena pada tahun 1275 M pernah mengirimkan ekspedisi untuk menaklukkan Malayu. Sebagai hasilnya, Raja Malayu tunduk dan mempersembahkan 2 (dua) orang puteri yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Sampai di sini ada yang menyatakan bahwa Jayanagara adalah putra Kertarajasa dari Dara Petak.
Sri Kertarajasa Jayawarddhana atau Raden Wijaya juga memiliki
4 (empat) orang istri dari anak Kertanegara yaitu masing-masing bernama Sri
Parameswari Dyah Dewi Tribhuwaneswari, Sri Mahadewi Dyah Dewi Narendraduhita,
Sri Jayendradewi Dyah Dewi Prajanaparamita, dan Sri Rajendradewi Dyah Dewi
Gayatri.
Dengan Parameswari Tribhuwaneswari, Kertarajasa memiliki
seorang anak laki-laki bernama Jayanagara (versi lain menyebutkan hasil
pernikahan dengan Dara Petak). Dengan Gayatri, ia memperoleh 2 (dua) orang anak
perempuan : Tribhuwanottunggadewi Jayawisnuwarddhana (Bhre Kahuripan) dan
Rajadewi Maharajasa (Bhre Daha).
Para pengikut Kertarajasa yang setia dan berjasa dalam memperjuangkan
pendirian Kerajaan Majapahit, diangkat menjadi pejabat tinggi pemerintahan,
antara lain Wiraraja sebagai mantri mahawiradikara, Nambi sebagai rakryan
mapatih, dan Lembu Sora sebagai rakran apatih di Daha. Pemimpin pasukan ke
Malayu dijadikan panglima perang bergelar Kebo Anabrang.
Namun rupa-rupanya ada juga yang merasa tidak puas atas
pembagian kekuasaan tersebut. Dan ini menjadi sumber penyebab munculnya
pemberontakan selama 2 (dua) dasawarsa pertama dalam sejarah kerajaan baru
tersebut. Pertama adalah Rangga Lawe yang merasa tidak puas, mengapa bukan
dirinya yang dijadikan patih namun Nambi. Ia berhasil dihasut oleh Mahapati,
seorang tokoh licik di Majapahit. Karena itulah, ia pulang ke Tuban dan
menyusun kekuatan. Usaha ayahnya, Wiraraja, untuk memperingatkan Rangga Lawe
tidak berhasil. Maka terjadilah perang saudara pertama yang melanda Majapahit dimana
tokoh yang menjadi biang keladi dari semua kerusuhan itu adalah Mahapati. Dialah
yang mengadu pada raja bahwa Rangga Lawe akan memberontak. Maka terjadilah
pertempuran antara pasukan raja dan pasukan Rangga Lawe yang terjadi pada tahun
1295 M. Dalam pertempuran itu, Rangga Lawe tewas di tangan Kebo Anabrang. Namun
kemudian Kebo Anabrang berhasil dibunuh oleh Lembu Sora. Peristiwa ini dijadikan
taktik busuk Mahapati untuk menyingkirkan Lembu Sora dengan cara menghasut
Nambi bahwa Lembu Sora akan memberontak Majapahit. Terjadilah perpecahan antara
kubu Lembu Sora dan Nambi. Mahapati menganjurkan Raja Kertarajasa agar Lembu
Sora diberikan hukuman. Berat bagi raja untuk memberikan hukuman itu mengingat
jasa-jasanya di masa lalu. Namun dengan segala tipu muslihatnya, Mahapati dapat
memaksakan pertempuran antara pasukan Lembu Sora dengan pasukan kerajaan. Puncaknya,
Lembu Sora beserta dua kawannya, Gajah Biru dan Jurudemung, tewas terbunuh bersama
pengikut-pengikutnya oleh kelompok Nambi dalam suatu perjalanan menuju istana Majapahit.
Setelah Lembu Sora mati, Nambi yang kemudian dijadikan
sasaran Mahapati. Rupa-rupanya Mahapati menghendaki kedudukan sebagai patih
amangkubhumi. Nambi mengetahui maksud jahat Mahapati dan ia merasa lebih baik
menyingkir dari Majapahit. Kebetulan ada alasan dimana ayahnya, Wiraraja,
sedang sakit. Maka ia meminta ijin kepada raja untuk menengok ayahnya di
Lamajang (Lumajang) dimana pasca tewasnya Rangga Lawe, Wiraraja mengundurkan
diri dari jabatannya di Majapahit. Ia menagih janji Wijaya tentang pembagian
wilayah kerajaan. Wijaya pun mengabulkan permintaan Wiraraja dengan membagi
Kerajaan Majapahit menjadi 2 (dua) bagian : sebelah barat dikuasai oleh Wijaya,
dan sebelah timur dikuasai oleh Wiraraja.
Raja Kertarajasa meninggal pada tahun 1309 M dan dicandikan
di Antahpura dengan arca Jina dan di Simping dengan arca Siwa. Tahta kekuasaan
diteruskan oleh anaknya, Jayanagara.