Dalam tulisan sebelumnya telah dijelaskan bahwa Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, raja pertama Kerajaan Medang, merupakan anak Sannaha, dimana Sannaha itu sendiri adalah saudara perempuan Sanna. Lalu siapakah Sannaha dan Sanna itu?
Sannaha adalah adalah anak dari Dewi Parwati, putri Ratu Shima, dimana Dewi Parwati menikah dengan Sang Jalantara (atau Sang Jalantara Rahyang Mandiminyak). Sedangkan Sanna (atau Bratasenawa) juga adalah anak dari Sang Jalantara Rahyang Mandiminyak (Prabu Suraghana), putra Wretikandayun. Dengan demikian, Sanna (Bratasenawa) dan Sannaha adalah 2 (dua) orang bersaudara, kakak beradik, dimana keduanya merupakan anak dari Rahyang Mandiminyak dan Dewi Parwati.
Dengan demikian, Sanjaya adalah anak Sannaha, sedangkan Sannaha adalah anak Dewi Parwati, dan Dewi Parwati adalah anak Ratu Shima. Sehingga dikatakan bahwa Sanjaya juga adalah cicit dari Ratu Shima sehingga ia pun sesungguhnya adalah pewaris tahta Kerajaan Kalingga (dan juga Kerajaan Galuh di Jawa Barat) dimana berdasarkan buku “Sejarah Nasional Indonesia Jilid II - Zaman Kuno”, Poerbatjaraka memiliki pendapat bahwa bersumber dari Kitab Carita Parahyangan, terdapat hubungan antara tokoh Sanjaya dengan Kerajaan Galuh karena dalam kitab tersebut dinyatakan bahwa Sanna berkuasa di Galuh.
Sanna (atau Sang Prabu Bratasenawa) sendiri adalah seorang raja di Kerajaan Galuh yang menggantikan kedudukan ayahnya, Sang Jalantara Rahyang Mandiminyak (Prabu Suraghana), namun ia hanya bertahta selama 7 (tujuh) tahun dimana pada tahun 716 M, terjadi kudeta oleh Purbasora, putra Resiguru Sempakwaja. Lalu siapa itu Sempakwaja?.
Awal mula keberadaan Kerajaan Galuh adalah saat masih berdiri Kerajaan Tarumanagara dimana saat kerajaan dipimpin oleh Suryawarman (535 – 561 M), muncullah kerajaan kecil bernama Kendan yang didirikan oleh menantu Suryawarman bernama Manikmaya dimana kerajaan inilah yang di kemudian hari menjelma menjadi Kerajaan Galuh (pada masa kepemimpinan Wretikandayun) dan memerdekakan diri dari Kerajaan Tarumanagara (pada masa Tarumanagara berada di bawah kepemimpinan Tarusbawa) dimana Tarusbawa telah mengganti nama Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda dengan maksud untuk mengembalikan pamor atau wibawa Kerajaan Tarumanagara ke jaman Purnawarman (Purnawarman kala berkuasa menetapkan Sundapura sebagai ibukota kerajaan). Dari kata Sundapura inilah yang barangkali menginspirasi Tarusbawa untuk mengubah nama Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan Sunda.
Wretikandayun, raja pertama Kerajaan Galuh, memiliki 3 (tiga) anak laki-laki yaitu Sang Jatmika atau Rahyang Sempakwaja (Resiguru di Galunggung), Sang Jantaka atau Rahyang Kidul (Resiguru di Denuh, sekarang masuk wilayah Kampung Daracana, Desa Cikuya, Kecamatan Culamega, Tasikmalaya), dan Sang Jalantara atau Rahyang Mandiminyak.
Setelah berkuasa kurang lebih 90 (sembilan puluh) tahun, Wretikandayun kemudian digantikan oleh Rahyang Mandiminyak, putra mahkota Galuh yang menikahi Dewi Parwati, anak Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga. Sehingga Mandiminyak kemudian tinggal di Kalingga dan menjadi penguasa Kalingga Utara. Jadi, ia berkuasa di 2 (dua) negara yaitu Kerajaan Galuh di tatar Sunda, dan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah dan Jawa Timur (yang kemudian menjadi cikal bakal Kerajaan Medang). Artinya, wilayah kekuasaan Mandiminyak sesungguhnya sangat luas, mulai dari sebelah timur Sungai Citarum sampai ke Hujung Galuh (atau wilayah Surabaya sekarang).
Saat Mandiminyak meninggal dunia, ia digantikan oleh Sanna atau Bratasenawa namun sayangnya hanya mampu bertahta selama 7 (tujuh) tahun karena terjadi kudeta kekuasaan oleh Purbasora, anak Resiguru Sempakwaja. Sanna pun meloloskan diri dan meminta perlindungan kepada Sri Maharaja Tarusbawa, raja pertama Kerajaan Sunda atau yang sebelumnya bernama Kerajaan Tarumanagara.
Dari persahabatan baik antara keduanya, terjadilah hubungan kekerabatan dimana anak dari Sanna yaitu Sanjaya, dijadikan menantu Tarusbawa. Kelak Sanjaya inilah yang kemudian berhasil mengambil alih kembali Kerajaan Galuh yang diduduki oleh Purbasora. Dari sini dapat dikatakan bahwa Sanjaya juga merupakan penerus dari Kerajaan Sunda selain Kerajaan Galuh. Atau dapat disimpulkan bahwa Sanjaya adalah salah satu raja terbesar di Tanah Jawa karena wilayah kekuasaannya meliputi Sunda, Galuh, dan Medang dimana ia mewarisi tahta Kerajaan Sunda dari Tarusbawa, mewarisi Kerajaan Galuh dari Sanna, dan mewarisi Kerajaan Kalingga dari Sannaha. Namanya terukir pada Prasasti Canggal, Prasasti Mantyasih, dan Prasasti Wanua Tengah III, serta Naskah Carita Parahyangan. Penyematan nama ratu pada gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya berdasarkan Naskah Carita Parahyangan didasarkan pada fakta bahwa ia menjabat sebagai raja di 3 (tiga) kerajaan sekaligus yaitu Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Medang.