Mengutip judul lagu Jawa yang sempat viral “Ojo Dibandingke” yang artinya “jangan dibandingkan”, begitu juga dengan kehidupan yang sedang kita jalani, jangan dibanding-bandingkan dengan orang lain. Dikhawatirkan nanti hanya akan muncul rasa hasad atau dengki.
Saat saya terlihat sering melakukan perjalanan baik wisata maupun tugas dinas, ada beberapa komentar yang menyatakan enaknya bisa jalan-jalan terus. Hal ini menjadi semacam tanda yang saya tangkap bahwa kehidupan dirinya tidak lebih baik dari apa yang saya jalani. Ini yang terkadang membuat orang menjadi terbawa alam bawah sadar saat terjadi perbandingan antara dirinya dengan orang lain. Padahal tidak semua orang dapat dibanding-bandingkan kehidupannya karena antara satu orang dengan orang lain memang tidak akan persis bisa sama gerak-gerik kehidupannya dari A sampai Z, dari bangun tidur sampai tidur lagi, dari berangkat kerja sampai pulang kerja, dan seterusnya.
Jika saya harus membandingkan lagi kehidupan saya dengan orang lain, sangat mungkin dalam perspektif yang berbeda, saya justru tidak lebih beruntung dibanding mereka. Mungkin saya bisa pergi ke mana-mana, melihat keindahan alam dan keanekaragaman budaya Indonesia (meski sebenarnya tak banyak daerah yang saya kunjungi). Dalam bayangan mereka yang tidak atau jarang bepergian, kebahagiaan akan mudah saya dapatkan dengan aktivitas tersebut. Apa memang benar demikian ? Nyatanya dalam sisi kehidupan yang lain, saya harus mengorbankan sesuatu yang bisa dianggap paling berharga dalam kehidupan manusia yaitu berkumpul dengan keluarga.
Mereka tidak banyak mengetahui bahwa saya telah “kehilangan” roh berkeluarga dimana seharusnya sepulang dari tempat kerja, saya bisa bercengkerama bersama anak istri di rumah. Menemani mereka menonton TV atau sekedar menanyakan bagaimana sekolah mereka, siapa teman-teman mereka, dan apa permainan favorit yang mereka lakukan. Dunia keluarga yang bagi orang lain dapat diraih dengan mudah, sementara tidak dengan saya. Detik demi detik dan hari demi hari, perkembangan usia anak bagi keluarga lain dapat disaksikan langsung tanpa terlewati. Sementara saya tidak bisa menggapai itu semua. Inilah yang saya maksud agar orang jangan terlalu merasa tidak lebih beruntung dari orang lain. Yang ada nanti hanya rasa iri dengki. Tidak suka melihat kebahagiaan orang lain dan bersyukur atas penderitaan mereka. Usahakan urus diri sendiri dan keluarga masing-masing dengan dimensi persoalan yang berbeda. Anda dapat mendefinisikan arti bahagia menurut Anda sendiri, tidak perlu mencontek orang lain yang bahkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. Dadi, ojo dibanding-bandingke maneh yo, cak !.
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An-Nisa ayat 32).
عن أبي هريرة رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ
Artinya : “Dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, beliau berkata, ‘Rasulullah saw bersabda, ‘Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian” (HR. Bukhari).
Keren banget boss..
ReplyDelete