Dalam tulisan terdahulu telah dibahas tentang kisah putri Cina yang terpaksa harus diasingkan ke Palembang oleh Prabu Brawijaya karena rasa cemburu yang begitu mendalam dari putri Campa yang sama-sama merupakan istri dari Prabu Brawijaya.
Saat berada di Palembang, putri Cina itu kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Patah. Setelah besar, ia sebenarnya diproyeksi untuk menggantikan Arya Damar sebagai penguasa Palembang namun Raden Patah menolak kesempatan itu. Ia memilih pergi ke tanah Jawa (ditemani putra Arya Damar bernama Raden Kusen) yang mana mereka berdua kemudian bertemu dengan Sunan Ampel dan menjadi muridnya.
Raden Kusen sempat mengajak Raden Patah untuk mengabdi kepada Kerajaan Majapahit namun Raden Patah menolaknya. Akhirnya Raden Kusen berangkat sendiri ke Majapahit. Ia diterima untuk mengabdi di Kerajaan Majapahit dan diangkat menjadi seorang adipati dengan nama Adipati Terung.
Raden Patah meminta petunjuk dimana ia bisa tinggal agar hidupnya tentram. Sunan Ampel lantas memberikan petunjuk agar Raden Patah berjalan lurus ke barat dan masuk ke hutan besar yang di dalamnya ditumbuhi ilalang yang harum baunya. Hutan itu bernama Bintara atau Glagah Wangi. Lalu di situlah Raden Patah memutuskan untuk bertempat tinggal. Tak lama kemudian, banyak orang mengikutinya dan membangun perumahan di situ serta berguru agama kepada Raden Patah.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang penduduknya sudah lebih dahulu menganut agama Islam seperti Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah kemudian mendirikan kerajaan Islam Demak dengan Bintara sebagai ibu kotanya sehingga sering disebut sebagai Demak Bintara. Ia sendiri kemudian mendapat gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, Demak sangat berperan dalam proses islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan.
Raden Patah memiliki 3 (tiga) istri : (1) Murtasimah, yaitu anak Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Dari istri pertama ini, Raden Patah memiliki 2 (dua) orang putra yaitu Raden Surya dan Raden Trenggana; (2) seorang putri dari Randu Sanga. Dari istri kedua ini lahir Raden Kanduruwan; (3) putri Bupati Jipang yang melahirkan 2 (dua) putra yaitu Raden Kikin dan Ratu Mas Nyawa. Namun demikian, menurut kronik Tionghoa, Raden Patah hanya memiliki 2 (dua) orang anak yaitu Pati Unus dan Raden Trenggana.
Menurut kronik Tionghoa, Raden Patah meninggal dunia pada tahun 1518 dalam usia 63 tahun. Ia mewariskan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Pulau Jawa. Salah satu sisa keberadaan Kerajaan Demak adalah Masjid Demak. Pada sekitar tahun 1568, keberadaan Kerajaan Demak digantikan oleh Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya.