Kisah percintaan dan pernikahan yang rumit tidak hanya terjadi pada orang-orang biasa namun juga dapat menimpa orang-orang berkedudukan tinggi seperti raja-raja. Salah satunya yang menarik kiranya untuk ditulis dalam blog ini adalah kisah pernikahan Prabu Brawijaya.
Dalam buku “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara” karya Prof. Dr. Slamet Muljana, Raden Alit menyebut dirinya sebagai Brawijaya VII yang memiliki seorang patih bernama Gadjah Mada. Versi lain menyebutkan Prabu Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi, raja terakhir Majapahit.
Raden Alit atau Brawijaya bermimpi menikahi putri Campa bernama Dwarawati. Lalu sang prabu mengirim patih Gadjah Mada ke Campa untuk melamar Dwarawati. Lamaran itu diterima baik lalu putri Campa diserahkan kepada patih Gadjah Mada untuk dibawa ke Majapahit. Prabu Brawijaya menjemput kedatangan rombongan dari Campa di pelabuhan Gresik. Selanjutnya dilangsungkanlah pernikahan antara Prabu Brawijaya dan putri Campa.
Sementara itu ada sekelompok raksasa dan raseksi yang sedang bertapa di hutan. Raksasi ingin menikah dengan raja Majapahit. Meskipun sudah dicegah oleh raksasa agar mengurungkan niatnya namun raksasi nekad pergi ke Majapahit. Ia menyamar sebagai seorang putri cantik jelita dengan nama Ni Endang Sasmitapura. Sesampainya di pasar Majapahit, Ni Endang menjadi pusat perhatian dan dikerumuni banyak orang. Patih Gadjah Mada secara tidak sengaja melewati pasar itu dan melihat Ni Endang yang kemudian segera membawanya ke hadapan Prabu Brawijaya. Akhirnya Ni Endang berhasil menjadi istri sang prabu. Saat mengidam, Ni Endang ingin makan gecokan atau rujak mentah. Setelah memakannya ia berubah kembali rupanya menjadi seorang raksaksi. Seluruh istana pun gempar. Sang prabu marah besar. Ni Endang lalu diperintahkan agar dibunuh namun ia berhasil meloloskan diri. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang jabang bayi yang diberi nama Jaka Dilah. Sesudah dewasa, Jaka Dilah berangkat ke Majapahit untuk mengabdi kepada sang prabu yang merupakan ayahnya sendiri.
Suatu hari, sang prabu ingin berburu di hutan belantara. Jaka Dilah menawarkan kepada sang prabu untuk mendatangkan rusa, kijang, dan banteng dari hutan belantara ke alun-alun agar tidak perlu sang prabu jauh-jauh pergi ke hutan. Mendengar hal itu, sang prabu menyetujuinya. Berbagai binatang buas berhasil dikumpulkan dari hutan dan digiring ke alun-alun. Keberhasilannya itu merupakan hasil bantuan dari ibunya yang menjadi raseksi di hutan dan mampu mengumpulkan berbagai binatang buruan. Sebagai tanda terima kasih, Jaka Dilah diangkat menjadi menteri di Majapahit dan diberi nama Arya Damar. Lalu Arya Damar dikirim ke Palembang sebagai raja bawahan di sana. Versi lain menyebutkan bahwa Arya Damar adalah paman dari Prabu Brawijaya V dimana Arya Damar adalah putra dari Prabu Wikramawardana atau Sang Hyang Wisesa dari seorang selir bernama Endang Sasmitapura.
Sementara itu putri Campa tidak dapat memberikan keturunan kepada sang prabu sehingga prabu Brawijaya kemudian menikah lagi dengan seorang putri Cina atas persetujuan putri Campa, Dwarawati. Namun di sinilah mulai muncul benih-benih perselisihan karena putri Cina itu terlalu cantik dan sangat dikasihi oleh sang prabu. Putri Campa menjadi sangat cemburu dan merajuk. Ia meminta agar putri Cina itu diusir, atau jika tidak, ia dipulangkan saja ke negerinya di Campa. Sang prabu memutar otak. Ia tidak serta-merta memulangkan putri Campa negeri asalnya namun juga tidak mau secara langsung mengusir putri Cina. Sang prabu mengambil langkah menghadiahkan putri Cina kepada Arya Damar. Pada saat itu sebenarnya putri Cina sedang mengandung anak Prabu Brawijaya sehingga sang prabu berpesan kepada Arya Damar agar tidak “mencampuri” putri Cina itu yang dihadiahkan kepadanya sebelum anak darinya lahir ke dunia. Hadiah putri Cina itu pun diterima baik oleh Arya Damar. Sesudah dibawa ke Palembang dan sampai pada bulan kelahirannya, sang putri pun melahirkan seorang jabang bayi laki-laki yang diberi nama Raden Patah. Sedangkan anak langsung dari Arya Damar dan putri Cina bernama Kusen.
Dari cerita di atas dapat dilihat bahwa Prabu Brawijaya setidaknya memiliki 3 (tiga) orang istri yaitu putri Campa, Ni Endang Sasmitapura, dan putri Cina dimana putri Campa merasa tidak senang “dimadu” dengan putri Cina sampai-sampai si putri Campa itu mendesak sang prabu agar mengusir putri Cina dari istana. Namun dalam hal ini, sang prabu merasa khawatir dengan putri Cina karena sedang mengandung anak darinya sehingga dicari jalan lain yaitu menghadiahkan putri Cina kepada Arya Damar yang sedang menunggu angin timur untuk melakukan perjalanan menuju ke Palembang. Kelak dari rahim putri Cina itulah lahir seorang anak laki-laki bernama Raden Patah, sedangkan hasil hubungan pernikahan yang sebenarnya antara Arya Damar dan putri Cina melahirkan seorang anak laki-laki lain bernama Raden Kusen.