Dalam buku “Ken Arok” Cetakan I 2021 karangan M. Syamsuddin dijelaskan bahwa ayah Ken Arok konon tidak jelas asal usulnya. Sejak bayi ia sudah dibuang oleh ibunya di pekuburan karena sang ibu tidak mau menanggung malu mengingat tidak diketahui secara pasti siapa ayahnya. Namun sejarah kemudian membawa anak buangan itu tumbuh menjadi seorang raja besar di tanah Jawa.
Dikisahkan Tunggul Ametung adalah seorang penguasa tiran yang gemar menindas rakyatnya. Ia juga lah yang merampas anak gadis seorang brahmana yang bernama Ken Kedes. Lalu muncullah sosok Ken Arok yang melakukan aksi melawan Tunggul Ametung. Setelah menghabisinya, ia juga memberontak terhadap Kediri yang dikuasai oleh Kretajaya sehingga kemudian Ken Arok menjadi raja sekaligus mempelopori berdirinya Kerajaan Singasari.
Asal usul Ken Arok sendiri masih diselimuti misteri. Kata “Ken” sebenarnya bukanlah nama melainkan sebuah julukan. Sedangkan nama Arok merupakan pemberian Lohgawe, guru Ken Arok, kepadanya yang berarti “pembangun.”
Dalam sebuah sumber dijelaskan bahwa Ken Arok adalah anak dari Gajah Para yang berasal dari Desa Campara, Blitar. Ibunya bernama Ken Ndok dari Desa Jiwut, Nglegok, Blitar. Namun ketika masih dalam kandungan, ayah Ken Arok meninggal dunia. Saat dilahirkan, Ken Arok dibuang ke kuburan dan ditemukan oleh seorang pencuri bernama Lembong. Versi lain menyebutkan bahwa Ken Arok adalah anak dari hubungan Ken Ndok dengan seorang Brahma. Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa Ken Ndok hamil karena tindakan pemerkosaan oleh Tunggul Ametung yang dilambangkan sebagai Dewa Brahma karena menjadi penguasa di Tumapel. Sehingga menurut versi ini, Ken Arok sebenarnya adalah anak dari Tunggul Ametung sendiri. Namun lain halnya dengan keterangan yang ada dalam Serat Pararaton dimana dikisahkan bahwa Ken Arok terlahir dari seorang perempuan bernama Ken Ndok yang nama aslinya Astia. Ken Ndok yang konon menjadi bunga desa membuat Resi Agung Sri Yogiswara terpikat dan menikahinya. Namun Ken Ndok kecewa karena menjadi istri resi justru membuatnya tidak pernah disentuh. Karena puluhan tahun tidak diberi nafkah batin, Ken Ndok jatuh hati kepada seorang pemuda bernama Gajah Para. Meski demikian Gajah Para tidak pernah menghamili Ken Ndok meski dirinya dikenal dekat dengan Ken Ndok. Dalam sebuah sumber dikatakan bahwa Ken Ndok hamil karena ulah seorang resi cabul yang berhasil menghipnotis lalu menyetubuhi dirinya.
Dalam buku “Sejarah Nasional Indonesia” Jilid II dikisahkan bahwa Ken Arok merupakan anak dari Dewa Brahma dengan seorang perempuan asal Desa Pangkur yang bernama Ken Ndok. Ini artinya Ken Arok adalah anak dari seorang dewa. Lalu Ken Ndok membuang anak hasil hubungannya dengan dewa tersebut di kuburan hingga ditemukan oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Dari berbagai versi di atas dapat dilihat bahwa Ken Ndok adalah ibu dari Ken Arok, meskipun sosok ayahnya masih terjadi perbedaan pendapat. Menurut Abimanyu, yang jelas, sosok Ken Arok merupakan tokoh nyata dan bukan tokoh fiktif. Ia sejak kecil menjadi anak buangan sehingga sebelum mendapat nama Arok oleh Lohgawe, ia dipanggil dengan sebutan Temu. Perjalanan hidupnya kemudian mengalami perubahan saat ia bertemu dengan orang tua asuh baru bernama Bango Samparan yang dikenal sebagai raja judi. Sebelum diasuh oleh Bango Samparan, Temu sudah diasuh terlebih dahulu oleh Lembong.
Menurut Muljana dalam bukunya “Tafsir Sejarah Nagarakretagama”, ketika Temu diasuh Lembong, ia bertugas menggembalakan kerbau, namun kerbau-kerbau itu justru habis dijual untuk berjudi. Karena ulahnya yang nakal, Temu lalu diusir oleh ayah angkatnya itu hingga di tengah perjalanan ia bertemu dengan Bango Samparan.
Soal pertemuan Temu dengan Lohgawe, Muljana mengatakan bahwa Lohgawe datang ke Tanah Jawa diutus oleh Dewa Brahma guna mencari seorang pemuda bernama Ken Arok yang dicirikan dengan tangannya yang panjang melebihi lutut, terdapat rajah cakra di telapak tangan dan rajah tutu kerang di telapak tangan kiri. Menurut penuturan Dewa Brahma kepada Lohgawe, Ken Arok adalah titisan Dewa Wisnu di sebuah candi.
Lohgawe pun akhirnya bisa menemukan Ken Arok dimana Ken Arok kemudian dibawa menghadap penguasa Tumapel yaitu Tunggul Ametung. Di hadapan Tunggul Ametung, Lohgawe menyatakan ingin menitipkan anak angkatnya yang bernama Ken Arok. Di sinilah kemudian Ken Arok justru tertarik membidik singgasana kekuasaan Tumapel yang diduduki oleh Tunggul Ametung. Ia nekad membunuh Tunggul Ametung dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Ia kemudian meneguhkan dirinya sebagai penguasa Tumapel dan menikahi Ken Dedes yang notabenenya adalah istri Tunggul Ametung yang sudah ia bunuh.