Kelak, ketika anak-anak kecil yang hidup saat ini, menginjak usia dewasa di puluhan tahun ke depan, mungkin masih akan terngiang dan teringat dalam memori mereka tentang virus corona yang menyebabkan badai pandemi yang dahsyat. Tulisan ini hanya sekedar sebagai catatan kecil yang dapat dijadikan sebagai dokumentasi atas kejadian tersebut.
Orang lebih familiar mendengar kata Covid-19. Itu sebenarnya adalah nama penyakit (berasal dari kata Coronavirus disease atau lengkapnya Coronavirus disease 2019). WHO-lah yang menyematkan nama itu pada tanggal 11 Februari 2020. Sebutan lain adalah penyakit SARS-CoV-2 atau singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome CoronaVirus kedua. Angka 2 disebutkan di sini karena pada tahun 2002 juga pernah muncul kasus serupa yang dinamakan penyakit SARS.
Keberadaan virus yang mulai muncul ke permukaan di Indonesia sejak Maret 2020 ini menyebabkan banyak negara mulai melakukan pengetatan keluar masuk pergerakan manusia guna mencegah terjadinya penularan yang masif ke penduduk di negara-negara tersebut, salah satunya Indonesia. Namun di tahun itu, masyarakat masih banyak yang merasakan situasinya biasa-biasa saja, termasuk saya yang masih berani melakukan aktivitas bepergian.
Kondisi menjadi berbeda saat masuk ke tahun 2021, tepatnya di pertengahan tahun ini. Kabar munculnya strain baru virus corona yang lebih dahsyat menjadikan eksistensi virus yang satu ini semakin mengkhawatirkan banyak pihak. Varian Delta yang dikabarkan masuk dari negara Shah Rukh Khan, India, telah mengambil banyak korban. Saking ngerinya badai pandemi ini terjadi, hampir setiap hari, di group WA muncul notifikasi tentang teman-teman sejawat, kenalan, dan anggota keluarga yang terpapar si Covid-19. Banyak juga berita yang masuk yang mengabarkan informasi kematian secara beruntun, tak ubahnya peristiwa ‘holocaust’ alias ‘pembantaian besar-besaran’ yang mengintip nyawa setiap orang. Siapa yang hari itu tidak beruntung nasibnya akan ‘terperangkap’ dalam jeratan binatang mikroorganisme bergerigi itu. Alamat jika penanganan rumah sakit atau lembaga medis lainnya terlambat, nyawa hanya bisa dihitung dalam ukuran jam.
Setelah menulis postingan ini pun, saya tidak tahu bagaimana dengan nasib kesehatan saya sendiri ke depan. Meskipun saat ini tengah dilakukan PPKM darurat yang mengakibatkan aktivitas perkantoran harus ditutup sementara namun serangan virus yang satu ini tak bisa diprediksi kapan datangnya dan pada saat seperti apa. Berbeda jika si virus dapat kita lihat secara kasat mata, tentu kita bakal siap melakukan tindakan preventif.
Sebagai bahan cerita di masa depan saat anak cucu telah tumbuh dewasa, di bawah ini saya screenshot sejumlah dokumentasi terkait berita pandemi Covid-19. Semoga menjadi ibroh bagi kita semua.
Flyer Coronavirus Wuhan yang dibuat oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
Perbandingan Coronavirus Wuhan dengan virus-virus lainnya
Flyer cara memakai masker yang benar
Himbauan Dewan Masjid Indonesia terkait Covid-19
Covid-19 Varian Delta
Surat test antigen yang diwajibkan bagi calon penumpang pesawat terbang. Biaya test antigennya Rp 200.000,00 yang bisa mencapai 25% dari biaya tiket pesawat itu sendiri.
Penumpang pesawat terbang saat tiba di bandara tujuan wajib mengisi form e-HAC (Electronic Health Alert Card) yang diunduh di Google Play Store
Susunan bangku ujian sertifikasi yang saya ikuti waktu itu (November 2020) dimana harus diatur jarak minimum guna menghindari potensi penularan Covid-19
Model lift saat pandemi dimana tombol antar lantai ditiadakan dan diganti menjadi tombol kaki !
Bangku halte Transjakarta diberi tanda silang merah untuk melakukan jaga jarak antar calon penumpang
Spanduk peringatan bagi jamaah yang akan masuk ke lingkungan Masjid Al-Huda, Kramat Jati, Jakarta Timur
Batas kaki !
Batas pengunjung makan di sebuah kantin di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Suasana di salah satu gerbong commuterline Duri - Tangerang saat pandemi
Papan petunjuk pemeriksaan test genose dan antigen di Stasiun KA Pasar Senen, Jakarta Pusat
Poster kebijakan PPKM Darurat Kota Tangerang, Juli 2021