Bulan Ramadhan menjadi bulan terpenting dalam kalender umat muslim karena di dalam bulan itu terdapat keutamaan-keutamaan yang tidak dijumpai di bulan-bulan lainnya.
Meskipun syetan dikatakan diikat selama bulan Ramadhan namun pada hakekatnya syetan dalam wujud perilaku bisa melekat pada manusia. Menarik jika kita membaca sebuah tulisan yang dimuat di website NU yang berjudul “Waspadai Setan Berwujud Manusia”. Di sana dijelaskan bahwa meskipun selama bulan Ramadhan, syetan-syetan telah dibelenggu namun tetap saja banyak manusia yang tergoda untuk berbuat dosa. Hal ini terjadi karena manusia tetap leluasa saling mempengaruhi dan menggoda satu dengan lainnya. Bahkan ada yang menyatakan bahwa syetan pada hakekatnya adalah sifat (berbeda dengan jin yang merupakan makhluk). Karena syetan merupakan sifat maka ia bisa saja bersemayam dan melekat pada setiap diri manusia. Allah SWT menjelaskan, “Syetan yang membisikkan itu dari golongan jin dan manusia” (QS An-Nas : 6). Disebut atau dinamakan “syetan” karena berasal dari bahasa Arab yang artinya “jauh” atau “jauh dari rahmat Allah”.
Oleh karena itu, agar kita tidak tergelincir oleh syetan, baik yang berasal dari jin maupun dari kalangan manusia, kita harus berupaya untuk menghindari dan melakukan permusuhan dengannya. Jangan dikira syetan hanya menyerang orang yang ibadahnya kurang. Mereka juga melakukan perlawanan kepada orang-orang alim. Maka waspadalah jika kita merasa telah melakukan ibadah yang terbaik, jauh di atas saudara-saudara lainnya. Bahkan mungkin kadang tanpa sadar, kita berupaya menampakkan kesombongan dengan mengupdate status tentang ibadah kita. Di group-group WA mungkin ada yang sering mengupload informasi bacaan Qur’annya yang telah mencapai sekian juz. Ada yang di setiap sahur mengucap hamdalah karena telah berhasil menjalankan puasa sekian hari, lengkap dengan foto-foto menu santap sahurnya. Atau pada setiap menjelang buka puasa ada yang menunjukkan foto-foto saat memberikan bantuan takjil ke masjid-masjid.
Ingat saudara-saudara, bahwa syetan itu sangat dekat dengan kita. Jangan merasa bahwa kita telah terbebas dari makhluk terlaknat itu, sama sekali tidak…!. Dalam hadits sudah disebutkan, “Syetan mengalir dalam diri manusia lewat aliran darah” (HR Bukhari dan Muslim). Begitu ia masuk ke dalam tubuh manusia, ia bisa langsung meluncur menuju otak dan mengendalikan pikiran manusia.
Jadi, dalam hal ibadah (menurut pandangan saya) cara terbaik agar nilai ibadah tersebut tak tergerus riya adalah dengan menyembunyikannya dari pandangan manusia. Jangan sampai bocor dan diumbar ke mana-mana. Cukup kita saja yang tahu karena tanpa diumumkan pun, Allah SWT pasti akan mencatat amal ibadah kita tanpa luput sedikit pun. Sangat disayangkan jika amal ibadah yang mungkin susah payah kita lakukan akan musnah begitu saja hanya karena kita menunjukkan pencapaian itu kepada manusia.
Berbeda dengan masalah keduniaan. Jika kita diberikan tugas dan kewajiban lalu tidak dilaporkan kepada atasan yang berwenang, dipastikan bakal muncul praduga bahwa kinerja kita bermasalah, seolah-olah kita tidak memberikan kontribusi positif bagi kemajuan perusahaan. Maka untuk urusan dunia yang mengandung konsep bisnis, semuanya justru harus dibuat perhitungan dan penghargaan yang wajar. Bekerja dengan niat ikhlas saja tanpa ada penilaian yang adil justru tidak dibenarkan. Apa iya, ada orang telah bekerja keras tapi mau saja tak dibayar dengan dalih hanya mengharap ridho Allah SWT.