Di dalam artikel sebelumnya sudah dibahas tentang apa itu jatuh hati dan bedanya dengan jatuh cinta dimana hubungan cinta yang berkelanjutan tentunya akan bermuara pada suatu janji untuk saling mengikatkan diri dalam jenjang pernikahan.
Ketika fase jatuh hati sudah dilewati, lalu Anda memasuki fase jatuh cinta, maka di saat itulah kesempatan yang harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk dapat mengenal pasangan Anda secara lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan guna memperoleh gambaran yang lebih utuh pada pasangan Anda terutama jika ingin berlanjut ke jejang yang lebih serius yaitu pernikahan. Mengapa keseriusan untuk meneliti lebih detail pasangan itu diperlukan ?. Tidak lain dan tidak bukan karena ikatan pernikahan yang akan dilakukan merupakan jalan panjang yang akan dilalui bersama. Di sini bisa jadi faktor-faktor yang membuat Anda jatuh hati saat pertama kali bertemu akan mulai tergantikan oleh faktor penting lain yaitu “komitmen”. Tanpa dibarengi dengan komitmen yang berorientasi jangka panjang, maghligai rumah tangga dimungkinkan tidak akan bertahan lama.
Untuk itu, agar dapat mendukung komitmen jangka panjang itu, diperlukan sejumlah kriteria khusus yang harus dipenuhi oleh masing-masing pasangan. Dinamakan kriteria khusus karena untuk hal-hal yang berlaku umum tidak perlu disebutkan lagi di sini, dalam arti bahwa kriteria umum harus sudah menjadi sebuah prasyarat sebelum memutuskan masuk ke ranah pernikahan. Contoh dari kriteria umum, bagi laki-laki, adalah masih bujang, seagama, dan serius menjalani masa-masa menuju pernikahan.
Sedangkan kriteria khusus adalah kriteria tambahan yang sedapat mungkin dapat dipenuhi guna mensupport keawetan relasi hubungan jangka panjang selama menjalani bahtera pernikahan di kemudian hari. Saya hanya menyebutkan 3 (tiga) kriteria khusus saja meskipun boleh saja ditambahkan dengan poin-poin lain diluar yang akan saya sebutkan. Adapun ketiga kriteria khusus pria yang harus dicari oleh wanita dalam rangka menuju jenjang pernikahan adalah sebagai berikut :
(1) Memiliki pekerjaan
Komponen pertama ini menjadi hal prioritas, meskipun dalam realitanya, banyak juga dijumpai adanya pernikahan dimana sang suami belum memiliki pekerjaan. Wajar saja karena sebagaimana sudah saya tuliskan sebelumnya bahwa cinta itu tidak mengenal logika. Seorang wanita yang sudah terlanjur jatuh hati dan jatuh cinta kadang tidak bisa memainkan rasio akalnya dengan baik, begitu juga sebaliknya. Jika hal ini tidak dibarengi dengan adanya komitmen jangka panjang dari kedua belah pihak, alamat bahwa pernikahannya bakal tidak begitu mulus. Jalan terjal akan banyak dilewati kelak mengingat beban ekonomi yang harus ditanggung pasca penikahan akan menjadi berat. Apabila suami terpaksa tidak bekerja, sang istri harus memahami dengan sebaik-baiknya realita tersebut karena sejak awal, cinta yang diberikannya tidak melihat faktor kondisi ekonomi calon suaminya. Jangan pernah menyesal di kemudian hari dengan keputusan tersebut. Di sisi lain, pihak suami juga diharapkan dapat mensupport sisi-sisi lain dalam kehidupan rumah tangganya agar tugas dan tanggung jawab istri tidak makin berlebihan. Syukur-syukur dapat dapat berupaya untuk membantu ekonomi keluarga dengan mencari pekerjaan. Sehari dua hari mungkin kondisi seperti itu tidak menjadi masalah, namun setelah bertahun-tahun keluarga berjalan, ditambah dengan lahirnya anak, beban keuangan tentu akan makin berat. Cinta saja tidak cukup untuk membeli kebahagiaan keluarga.
(2) Tidak merokok
Untuk para calon istri, ada baiknya melihat sisi lain dari perilaku calon suami. Boleh saja jatuh cinta kepada pasangan namun jangan juga bersikap buta dan menutup semua mata akan fakta yang ada. Perjalanan waktu berkeluarga akan mengikis unsur-unsur cinta yang dulu dibangun, tergantikan oleh pentingnya komitmen untuk membangun rumah tangga dalam jangka panjang.
Mengapa dianjurkan mencari calon suami yang tidak merokok ?. Perkara ini mungkin menjadi hal yang sepele, namun merefleksikan bagaimana visi ekonomi yang hendak dibangun oleh calon suami. Dari aspek kesehatan sudah jelas disebutkan bahaya merokok sehingga komitmen kepada pasangan untuk menghentikan aktivitas tersebut mencerminkan kesungguhan untuk membangun rumah tangga dengan cara yang baik dan sehat. Penghematan juga dapat diraih dengan mudah apabila tidak ada kegiatan “bakar-membakar” ini. Bayangkan, dengan menyimpan uang yang semula dibeli untuk rokok, sang suami mungkin akan bisa membawa anak istrinya pergi berlibur ke tempat-tempat yang menyenangkan. Tidak ada polusi udara yang juga dapat membahayakan orang lain, terutama jika anak masih dalam usia belia. Perabot di rumah dan interior mobil juga lebih fresh alias tidak berbau. Kondisi yang menyenangkan baik untuk anggota keluarga maupun tamu dan relasi dari luar.
(3) Tidak suka main game dan berkumpul di luar
Memiliki pasangan gamers apalagi istri tidak memiliki hobi serupa bisa mendatangkan malapetaka. Buat apa berkeluarga jika perhatian suami tersedot pada kegiatan-kegiatan yang tidak begitu penting yang hanya menghabiskan waktu bersama keluarga. Begitu juga jika sang suami lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya. Bagaimana dengan tujuan menikah yang seharusnya dapat dipergunakan untuk saling berbagi cerita ?.
Itulah 3 (tiga) kriteria yang patut dipertimbangkan manakala seorang wanita sedang menjalani masa-masa indahnya mabuk cinta dengan pasangannya. Cobalah untuk meluangkan waktu beberapa saat dengan menyingkirkan faktor emosional dan mulai memberi ruang bagi otak untuk berfikir rasional. Cinta mudah dibangun namun cinta pula dapat mudah runtuh jika tidak dibarengi dengan pemikiran yang matang. Kehidupan ke depan makin banyak tantangan yang tidak mudah untuk dilalui. Sementara menggantungkan diri pada orang-orang terdekat seperti orang tua juga bukan pilihan yang dapat dibenarkan. Berfikirlah dewasa, visioner, bertanggung jawab, dan mandiri, maka Anda akan mendapatkan nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya.