Membicarakan romantika hubungan pria-wanita keturunan Adam ini memang tidak ada habisnya. Mulai dari cerita suka maupun cerita yang harus berakhir mengenaskan, semuanya tersaji dalam berbagai fragmen kehidupan manusia di muka bumi ini.
Kehidupan dunia diberikan “warna” dan “gairah” karena Tuhan telah menciptakan makhluk berpasang-pasangan. Jika tidak demikian, “matilah” kehidupan dunia ini, dalam arti tak ada bumbu kehidupan. Ibarat makan nasi tanpa garam atau kecap, tentu berasa hambar bukan !.
Mengikuti fitrah Adam dan Hawa yang saling diberikan keunikan dan keistimewaan masing-masing sehingga bersatulah kedua insan tersebut. Fitrahnya keturunan Nabi Adam adalah adanya saling ketertarikan antar lawan jenis. Meskipun memiliki makna yang berbeda-beda, kerapkali istilah jatuh cinta, jatuh hati, kasmaran, kesengsem, terpesona, dan lain-lain, dipersepsikan sama artinya. Jika ditelusuri lebih lanjut, terdapat perbedaan makna atas setiap istilah di atas, seperti halnya pada kata “jatuh cinta” dan “jatuh hati”. Lalu apa perbedaan dari kedua kata tersebut ?.
Dikutip dari klikdokter.com, menurut penuturan Ikhsan Bella Persada, psikolog, jatuh cinta memiliki dimensi yang lebih dalam daripada sekedar jatuh hati. Orang dikatakan “jatuh hati” jika memiliki kecenderungan tertarik kepada seseorang, bisa karena fisiknya, statusnya, atau gaya bicaranya. Mungkin dalam Bahasa gaulnya, "jatuh hati" = "terpesona !". Ketertarikannya hanya sebatas pada rasa kagum atas sesuatu yang menurut penglihatannya sempurna. Hal ini mudah dijumpai di berbagai kesempatan, misalnya Anda secara tak sengaja bertemu dengan Dian Sastro di mall. Mungkin Anda saat itu berdecak kagum atas kecantikannya. Hanya pada saat itu saja. Esoknya perasaan itu akan hilang. Itu menunjukkan bahwa Anda hanya mencapai taraf “jatuh hati” atau “terpesona”. Belum tentu Anda akan jatuh cinta karena faktor penentunya lebih beragam.
Kata “jatuh hati” juga dapat digunakan dalam makna yang universal. Misal ada seorang ibu yang sedang berbelanja di pasar, lalu melihat seorang bayi mungkin digendong oleh penjual lapak. Si ibu bisa saja mengalami “jatuh hati” kepada anak bayi tersebut. Atau dalam kasus lain, seorang pengunjung pameran lukisan tertarik dengan salah satu lukisan yang ditampilkan. Ia dapat disebut mengalami jatuh hati kepada benda yang menurutnya indah dan menawan. Jadi makna jatuh hati itu memiliki dimensi yang beragam.
Sementara, jatuh cinta tidak hanya berhenti pada taraf terpesona atau kagum, namun ia akan mulai melibatkan unsur emosional. Ketika impresi pertama memunculkan hasil yang positif, lalu ditemukan komponen non fisik yang menurut Anda cocok dengan kriteria yang diidamkan, misal kepribadian, kejujuran, kepolosan, rasa sosial yang tinggi, dan sebagainya, maka Anda mulai masuk ke tahap jatuh cinta. Sehingga menjadi kurang benar jika ada orang yang mengatakan bahwa ia pernah mengalami “jatuh cinta pada pandangan pertama”. Yang ada hanyalah "jatuh hati" atau "terpesona" yang tidak dapat digaransi akan bertahan dalam jangka waktu lama. Bisa saja manakala ia bertemu sosok lain di keesokan harinya, dengan ciri fisik yang lebih oke, sosok yang dijumpai pertama akan hilang dari ingatan. Maka jangan terlalu percaya dengan rayuan kaum lelaki yang mengatakan, “aku jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama”. Bisa jadi itu hanya rayuan gombal !. Ia akan mudah pindah ke lain hati, dan sangat mungkin malah terpesona oleh lebih dari 1 (satu) wanita dalam kurun waktu yang sama. Di sisi lain, kekaguman atau keterpesonaan itu tidak serta membuatnya ingin memiliki sang pujaan. Berbeda dengan jatuh cinta, karena melibatkan unsur emosional dan pemikiran yang mendalam, yang bisa saja telah melewati masa waktu yang panjang, maka efeknya akan lebih kompleks, diantaranya muncul rasa ingin memiliki, memberi penghargaan, saling toleransi, saling mengerti, dan seterusnya.
Nah, kini Anda sudah mengetahui perbedaan jatuh hati dan jatuh cinta. Sekarang Anda sedang mengalami fase yang mana ?.