Pada saat saya masih bekerja di Kota Batam, muncul pemberitaan di harian lokal Batam Pos edisi Jum’at, 17 Desember 2010, yang memuat peristiwa yang bikin miris siapa saja yang membacanya. Judulnya “Kejutan Ultah Berujung Maut ; Siswi SMPN 3 Batam Tewas setelah Dikerjain Guru dan Siswa”.
Diceritakan bahwa seorang siswi SMPN 3 Batam bernama Maizatul Farhanah, tewas pada hari Kamis, 16 Desember 2010, sekitar pukul 04.00 WIB setelah 2 (dua) pekan tak sadarkan diri di RS Budi Kemuliaan Batam. Meninggalnya siswi yang baru duduk di kelas 1 SMP itu diduga disebabkan oleh gangguan otak akibat “kejutan” atau “prank” yang berlebihan pada saat perayaan ultahnya yang ke-13.
Kesalahan fatal yang dilakukan siswa dan wali kelas Maizatul terletak pada tata cara merayakan ultah yang sama sekali tidak Islami yaitu melakukan tuduhan bohong alias dusta dengan cara menuduh Maizatul mencuri HP dan uang Rp 300 ribu milik teman kelasnya. Skenario ini sudah disusun secara matang oleh kawan-kawannya dan sudah mendapat persetujuan dari wali kelas.
Mendapat “surprise” dengan cara yang sama sekali tak terduga dan berbau kebohongan, ia tentu merasa shock. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak melakukan apa-apa kemudian diteriaki “maling” oleh kawan-kawannya. Ia merasa tertuduh dan langsung jatuh pingsan. Berikutnya hari-hari pun dilalui dengan tatapan kosong dan tak bergairah sehingga ia tidak bisa melalui hari-harinya dengan baik. Kondisi kesehatannya semakin memburuk yang harus berakhir dengan kejadian meninggalnya Farhanah di RS Budi Kemuliaan pada Kamis, 16 Desember 2010. Innalilahi wa inna ilaihi rajiuun.
Bagaimana Islam Mengajari Tata Cara Bercanda
Ciri seorang mukmin adalah jujur dalam berbicara sebagaimana pribadi Nabi kita. Abu Hurairah berkata, “Ya Rasulullah, engkau bercanda dengan kami?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tak akan mengucapkan sesuatu kecuali itu benar”. At-Tirmidzy dalam As-Sunan (1990). Hadits ini di-shohih-kan Al-Albany dalam Ash-Shohihah (1726)]
Suatu bentuk kebiasaan buruk yang sering terjadi di lingkungan kita manakala seseorang berusaha untuk membuat orang lain senang dan tertawa namun ia mengucapkan sesuatu yang tidak mengandung kebenaran alias dusta sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pelawak.
Jauhilah dusta dalam bercanda sebab ini akan meluputkan kalian dari suatu fadhilah dan balasan yang agung di sisi Allah pada hari kemudian. Nabi bersabda, “Aku akan memberikan jaminan sebuah rumah di pinggir surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun ia benar, dan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta sekalipun ia bercanda, serta rumah di bagian atas surga bagi orang yang akhlaknya bagus”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4800). Lihat Ash-Shohihah (494)]
Canda Rasulullah SAW
Abu Hurairah ra. Menceritakan bahwa sahabat ada yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah SAW menjawab, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih).
Adapun contoh bercandanya Rasulullah SAW adalah ketika beliau bercanda dengan salah satu dari kedua cucunya yaitu Al-Hasan bin Ali ra. Abu Hurairah ra. menceritakan, “Rasulullah SAW pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali ra. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Ahadits Shahihah, no hadits 70).
Adab Bercanda Sesuai Syariat
Poin di atas cukup mewakili arti bercanda yang dibolehkan dalam syariat. Selain itu, hal penting yang harus kita perhatikan dalam bercanda adalah :
1. Meluruskan tujuan yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
2. Jangan melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
3. Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
4. Jangan bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.
5. Hindari perkara yang dilarang Allah Azza Wa Jalla saat bercanda.
-Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda. Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian mengambil barang milik saudaranya, baik bercanda maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Rasullullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain” (HR. Abu Dawud)
-Berdusta saat bercanda. Rasullullah SAW bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya” (HR. Abu Dawud).
Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
-Melecehkan sekelompok orang tertentu. Misalnya bercanda dengan melecehkan penduduk daerah tertentu, atau profesi tertentu, bahasa tertentu dan lain sebagainya, yang perbuatan ini sangat dilarang.
-Canda yang berisi tuduhan dan fitnah terhadap orang lain. Sebagian orang bercanda dengan temannya lalu mencela, memfitnahnya, atau menyifatinya dengan perbuatan yang keji untuk membuat orang lain tertawa.
6. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian” (QS. Al-Isra’: 53)
7. Tidak banyak tertawa. Nabi SAW mengingatkan agar kita tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati” (HR. Ibnu Majah)
8. Bercanda dengan orang-orang yang membutuhkannya.
9. Jangan melecehkan syiar-syiar agama dalam bercanda. Umpamanya celotehan dan guyonan para pelawak yang mempermainkan simbol-simbol agama, ayat-ayat Al-Qur’an dan syair-syiarnya, wal iyadzubillah! Sungguh perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.
Demikianlah tentang batasan-batasan dalam bercanda yang diperbolehkan dalam syariat. Kita berharap bahwa setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan akhlak kita sesuai dengan tuntutan agama termasuk dalam hal bercanda. Wallahua’lam.