Tanaman ini di Indonesia sering disebut sebagai "Putri malu". Mimosa pudica adalah flora yang memiliki ciri khas adanya duri yang terdapat pada daunnya dimana jika disentuh, daunnya akan segera menutup atau menciut seolah-olah sedang malu, namun dalam beberapa saat akan membuka kembali.
Tanaman ini memiliki beraneka ragam nama di beberapa negara, seperti dalam bahasa Inggris sendiri memiliki banyak julukan, antara lain shame plant, shy plant, humble plant, sensitive plant, sleeping grass, dan touch me not plant. Dalam bahasa Sansekerta, tanaman ini disebut Lajja, dalam bahasa Hindi disebut Laajvanti atau Chhuimui, dalam bahasa Filipina dinamakan makahiya.
Klasifikasi tumbuhan putri malu adalah sebagai berikut : Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Classis: Angiospermae, Ordo: Rosales, Suku: Mimosaceae, Familia: Mimosaceae, Genus: Mimosa, Spesies: Mimosa pudica Linn.
Selain karena sentuhan, tanaman ini juga akan menguncup saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah matahari terbit. Secara geografis, putri malu merupakan tanaman asli dari Amerika dan dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia dengan ketinggian 1 sampai 1200 meter di atas permukaan laut. Putri malu biasanya tumbuh merambat atau kadang berbentuk seperti semak dengan tinggi antara 0,3 sampai 1,5 meter. Putri malu ini biasanya tumbuh liar di pinggir jalan atau di tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari.
Meski tanaman ini memiliki keunikan yang khas namun putri malu ini termasuk sebagai jenis tanaman parasit atau gulma karena memiliki duri yang menganggu. Tanaman berduri ini termasuk dalam tanaman berbiji tertutup atau angiospermae dan terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil.
Daunnya kecil-kecil tersusun majemuk berbentuk lonjong dengan ujung lancip berwarna hijau menyirip dan bertepi rata. Putri malu memiliki letak daun yang berhadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan. Bunganya bulat seperti bola berwarna ungu atau kadang juga terlihat berwarna merah muda dan bertangkai.
Bila daunnya disentuh, ia akan menutup. Gerakan unik dimana putri malu menutup daunnya pada saat disentuh ini disebut dengan seismonati. Gerakan ini dipengaruhi oleh rangsang sentuhan atau tigmonasti. Gerak tigmonasti pada daun putri malu ini akan cepat menutup tanpa memperhatikan darimana datangnya arah rangsangan. Fungsi dari gerakan ini adalah untuk melindungi diri dari hewan pemakan tumbuhan atau herbivora. Adapun cara lain dari putri malu untuk menghindar dari pemangsa adalah melalui warna daunnya yang lebih pucat dan terlihat layu. Hal tersebut akan membuat hewan herbivora cenderung enggan untuk memakannya.
Dibalik kekhasan daunnya, tanaman putri malu memiliki keunggulan yaitu bermanfaat di bidang kesehatan atau medis dan pengobatan herbal dimana di wilayah Asia dan Afrika, mayoritas penduduknya masih tergantung pada obat tradisional yang dipercaya lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping saat dikonsumsi.
Dari daun hingga ke akarnya, tanaman ini berkhasiat sebagai transquilizer atau penenang, ekspektoran atau peluruh dahak, diuretic atau peluruh air seni, antitusif atau anti batuk, antipiretik atau penurun panas, dan anti radang. Para ahli pengobatan herbal mengindikasikan bahwa putri malu ini bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit seperti radang mata akut, kencing batu, panas tinggi pada anak-anak, cacingan, insomnia, peradangan saluran napas atau bronchitis, dan herpes. Pemanfaatan untuk obat dapat dilakukan dengan cara diminum maupun sebagai obat luar. Hanya saja pemanfaatan akar putri malu dalam dosis atau takaran yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan keracunan dan muntah-muntah. Wanita hamil juga dilarang minum ramuan tersebut karena bisa membahayakan janin.