Karena alam ghaib berbeda dengan alam nyata dalam kehidupan manusia sehari-hari maka seharusnya manusia tidak dapat melihat bentuk fisik sesungguhnya dari jin, iblis, atau setan.
Namun sebaliknya, golongan mereka dapat melihat manusia sesuai dengan ayat Al-Qur'an, “Setan dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat dimana kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS Al-A'raaf : 27). Dari ayat ini diperoleh keterangan yang sangat jelas bahwa wujud jin asli tidak dapat dilihat oleh mata manusia (kecuali Rasulullah SAW). Baihaqi meriwayatkan dalam Manaqibusy Syafi'i dengan sanadnya dari Ar Rabi', aku mendengar Syafi'i berkata, "Barangsiapa mengaku melihat jin maka kami batalkan syahadatnya kecuali Nabi." Ini berlaku bagi orang yang mengaku melihat jin dalam bentuk aslinya. Adapun orang yang mengaku melihat sesuatu dari mereka setelah menyerupai bentuk binatang maka hal itu tidak dapat dibantah karena berita-berita tentang penyerupaan mereka sudah mutawatir atau banyak.
Namun bagi sebagian binatang atau hewan, jin dan sebangsanya dapat terlihat oleh mata mereka. Salah satu hadits yang dapat dijadikan sandaran adalah apa yang disampaikan oleh Abu Hurairah, “Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok, mintalah karunia dari Allah, sebab ia melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar keledai meringkik, mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan dan tipu daya setan, sebab keledai itu telah melihat setan” (HR Bukhari Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian mendengar anjing menggonggong dan keledai meringkik, mintalah perlindungan kepada Allah, sebab mereka melihat sesuatu yang tak dapat kalian lihat” (HR Abu Dawud dari Jabir ibn Abdullah).
Namun bagi sebagian binatang atau hewan, jin dan sebangsanya dapat terlihat oleh mata mereka. Salah satu hadits yang dapat dijadikan sandaran adalah apa yang disampaikan oleh Abu Hurairah, “Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok, mintalah karunia dari Allah, sebab ia melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar keledai meringkik, mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan dan tipu daya setan, sebab keledai itu telah melihat setan” (HR Bukhari Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian mendengar anjing menggonggong dan keledai meringkik, mintalah perlindungan kepada Allah, sebab mereka melihat sesuatu yang tak dapat kalian lihat” (HR Abu Dawud dari Jabir ibn Abdullah).
Tempat Tinggal Jin
Seperti halnya manusia yang bertempat tinggal, jin pun memiliki tempat-tempat tertentu untuk berdiam diri. Jenis tempat tersebut bergantung pada jenis jin-nya apakah jin muslim atau jin kafir. Lokasinya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : (1) Tempat-tempat tak berpenghuni manusia, dan (2) Tempat-tempat yang berpenghuni manusia.
Contoh tempat tak berpenghuni manusia atau yang lokasi yang sepi dari keramaian adalah padang pasir. Kejadian yang pernah dialami di jaman Nabi SAW seperti yang telah saya tuliskan pada hadits 1 artikel sebelumnya yang berjudul Muslim Wajib Mempercayai Dunia Ghaib, Termasuk Keberadaan Jin. Dalam hadits yang cukup panjang tersebut disebutkan bahwa Rasulullah SAW datang dari arah sebuah goa di tengah padang pasir untuk mengajarkan Al-Qur'an. Para sahabat, termasuk Ibnu Mas'ud kemudian diajak melihat bekas tempat perapian kelompok jin tersebut.
Tempat lain yang menjadi kediaman jin adalah lobang-lobang di tanah. Qatadah pernah ditanya oleh orang-orang, “Mengapa tidak boleh kencing di lobang ?”. Ia menjawab, Rasulullah SAW bersabda, “Jangan sampai ada yang kencing di lobang sebab lobang adalah tempat tinggal golongan jin” (HR Abu Dawud, Nasa'i, dan Ahmad, dari Abdullah ibn Sarjas).
Tempat berikutnya yang menjadi kediaman jin adalah kandang unta. Rasulullah SAW bersabda, “Kalian jangan mengerjakan shalat di kandang unta sebab di sana ada setan. Kerjakanlah di kandang domba sebab dapat membawa berkah” (HR Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari al-Barra' ibn 'Azib).
Sedangkan tempat bersemayam jin pada lokasi-lokasi yang berpenghuni manusia atau keramaian antara lain di pasar-pasar. Rasulullah SAW bersabda, “Kalau bisa, kalian jangan menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar darinya. Sebab pasar merupakan tempat berseteru para setan. Di pasar, setan menancapkan benderanya” (HR Muslim).
Tempat berpenghuni manusia seperti rumah pun tak luput dijadikan tempat tinggal jin. Di sini ada 2 (dua) tempat khusus yang ditinggali yaitu : (1) atap rumah, dan (2) jamban atau WC. Jin yang tinggal di atap rumah adalah dari jenis jin muslim, sedangkan yang menghuni jamban atau WC adalah dari jenis jin kafir.
Dalam Kitab Fath al-Baari, Ibnu Hajar mengutip riwayat Ibnu Abi Dunya, “Tidak ada satu pun rumah orang muslim kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila mereka (manusia) menghidangkan makanan pagi, jin itu pun ikut makan bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, jin itu juga ikut makan bersama mereka. Namun Allah menjaga orang-orang muslim itu dari gangguan jin tersebut.”
Jin kafir sangat menyukai WC atau jamban atau tempat-tempat kotor lainnya. Maka Rasulullah SAW mengajarkan doa sebelum masuk toilet atau jamban atau WC, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan.”
Waktu atau Saat Jin Keluar dari Tempat Tinggalnya
Rasulullah bersabda, “Apabila malam menjelang tiba, jangan biarkan anak-anak kecil kalian keluar rumah, sebab pada saat itu setan berkeliaran. Jika malam sudah tiba, tempatkanlah mereka di dalam rumah. Tutup pintu-pintu dan jendela dengan menyebut nama Allah sebab setan tidak dapat membuka pintu yang ditutup dengan menyebut nama Allah. Tutup bejana-bejana atau wadah-wadah, meski dengan tutup seadanya, dengan menyebut nama Allah. Matikanlah lampu-lampu jika hendak tidur” (HR Bukhari dan Muslim dari Jabir).
Khusus untuk perintah mematikan lampu sebelum tidur juga berguna agar terhindar dari kemungkinan bahaya kebakaran yang dilakukan oleh setan dalam wujud seekor tikus yang dengan sengaja menjatuhkan lampu sehingga api akan cepat menjalar dan membakar rumah. Ibnu Abbas pernah menceritakan bahwa pada suatu hari seekor tikus menyeret kain terpintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah yang sedang duduk di atas tikar. Kain pintalan tersebut terbakar sebesar uang dirham, kemudian Rasulullah berkata, “Matikan lampu sebelum kalian tidur sebab setan sering kali mewujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah terbakar) ke lampu sehingga dapat terjadi kebakaran” (HR Abu Dawud dari Ibnu Abbas).
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa jin atau setan menyukai berkeliaran saat petang menjelang malam karena gerak-gerik mereka pada waktu tersebut lebih gesit dibanding di siang hari. Bagi setan, suasana gelap membuatnya menjadi lebih kuat.
Referensi :
Mengintip Alam Gaib, Aep Saepulloh Darusmanwiati, M.A., Penerbit Zaman, 2014.