Kementerian Perindustrian RI dalam bukunya yang berjudul Peluang Usaha IKM Kopi (2017) membuat koleksi daftar kopi yang ditanam di Indonesia berdasarkan wilayah geografisnya (yang dikelompokkan dalam pengkategorian tertentu yang dinamakan Indikasi Geografis atau IG).
Saat ini terdapat 17 (tujuh belas) kopi Indonesia yang terdaftar sebagai kopi IG (Indikasi Geografis) yaitu : (1) Kopi Arabika Gayo (2) Kopi Arabika Sumatera Simalungun (3) Kopi Robusta Lampung (4) Kopi Arabika Java Preanger (5) Kopi Arabika Java Sindoro-Sumbing (6) Kopi Arabika Ijen Raung (7) Kopi Arabika Kintamani (8) Kopi Arabika Kalosi Enrekang (9) Kopi Robusta Empat Lawang (10) Kopi Robusta Pinogu Gorontalo (11) Kopi Arabika Mandailing (12) Kopi Arabika Toraja (13) Kopi Arabika Flores Bajawa (14) Kopi Liberika Tungkal Jambi (15) Kopi Robusta Semendo (16) Kopi Liberika Rangsang Meranti, dan (17) Kopi Arabika Sumatera Koerintji
Kementerian Perindustrian RI lebih memilih memakai istilah IG (Indikasi Geografis) dibanding Single-Origin sepertinya dengan pertimbangan untuk membuat pelabelan nama kopi yang lebih spesifik dibanding hanya sekedar single-origin yang dalam padanan bahasa Indonesia sendiri sulit ditemukan terjemahan yang pas. Begitu juga dengan tidak dicantumkannya varietas arabika atau robusta (atau jenis lain) pada pelabelan single-origin dapat menyebabkan konsumen dan pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan kopi tidak mendapat gambaran yang jelas terhadap sebuah produk kopi tertentu yang hendak diperjualbelikan.
Kopi IG (Indikasi Geografis) sendiri juga belum tentu menggambarkan bahwa kopi tersebut merupakan kopi specialty (specialty coffee) mengingat bahwa suatu produk kopi hanya dapat menyandang predikat sebagai kopi specialty jika memenuhi beberapa standard persyaratan tertentu yang telah ditetapkan. Selain dari berbagai pelabelan kopi itu, Indonesia juga memiliki jenis kopi lain dari yang lain yaitu Kopi Luwak yang memiliki cita rasa yang unik sebagai hasil fermentasi dari hewan Luwak yang biasa mengkonsumsi buah kopi yang telah matang.
Kopi Arabika Java Preanger ; Salah Satu Kopi IG Andalan Indonesia
Dengan membaca sejarah masuknya kopi ke Indonesia yang sudah saya tulis dalam artikel sebelumnya maka tidak ada salahnya jika kopi arabika Java Preanger mendapat tempat pertama dalam daftar 17 kopi IG Indonesia yang ditulis di sini.
Sertifikasi IG (Indikasi Geografis) untuk Kopi Arabika Java Preanger dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM RI dengan nomor ID G 000000022 pada tahun 2013. Sertifikat IG tersebut dilampiri dengan buku persyaratan mulai dari tata cara panen, pengolahan, pengemasan produk, dan sebagainya sehingga dapat menjadi panduan bagi para produsen kopi, baik untuk jenis kopi biji (green bean), kopi sangrai (roasted bean), maupun kopi bubuk (ground coffee).
Sebelum mengenal sejarah yang ada, mungkin orang masih banyak mengalami kebingungan mengapa muncul penyebutan “Java Preanger” : Jawa yang dicampur dengan Priangan dimana Jawa identik dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan Preanger identik dengan Sunda atau Jawa Barat. Padahal semuanya masih berada di pulau yang sama yaitu Pulau Jawa.
Maka ketika diterapkan Preangerstelsel pada cocok tanam kopi, bibit kopi yang semula didatangkan dari Malabar, India, itu mulai menyebar ke berbagai daerah lain selain di Kebon Kopi dan wilayah-wilayah terdekat di Batavia. Catatan sejarah menunjukkan wilayah Priangan atau Parahyangan atau Preanger menjadi salah satu lumbung kopi terbesar di Nusantara kala awal-awal budidaya kopi diperkenalkan oleh VOC.
Dan entah mengapa, wilayah Cianjur yang pada masa Bupati Raden Aria Wira Tanu III menjadi pemasuk kopi terbesar kala jaman Hindia Belanda, kini seperti tidak memiliki sisa-sisa bekas kejayaan masa lalu (kenyataan ini membawa dugaan di kepala saya bahwa pada saat pemerintahan Bupati Raden Aria Wira Tanu III, wilayah Cianjur waktu itu bisa jadi mencakup daerah yang luas, termasuk Bandung dan sekitarnya). Petunjuk ini dirasa sesuai dengan ditemukannya perkebunan kopi yang sampai saat ini masih bertahan yaitu di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung.
Ada yang mengatakan bahwa nama Pengalengan itu berasal dari kata “Pangalengan” yang berarti proses pengemasan kopi ke dalam kaleng. Meskipun dulu pernah terjadi kerusakan massal pada tanaman kopi arabika Java coffee akibat serangan penyakit karat daun dan di wilayah Pengalengan sempat terjadi pengalihan budidaya kopi menjadi teh namun setelah masa kemerdekaan RI, penanaman kopi mulai digalakkan kembali melalui pendekatan oleh tokoh setempat kepada para petani lokal. Usaha yang dirintis mulai sekitar tahun 2001 oleh para petani pelopor itu berhasil membuahkan panen raya pada tahun 2004. Sejak saat itu masyarakat Pengalengan mulai dapat memahami bahwa tanaman kopi ke depannya memiliki prospek yang cerah sehingga intensifikasi kopi berjalan dengan baik.
Secara geografis, wilayah Pengalengan memang cocok untuk ditanami pohon kopi terutama jenis arabika (sehingga lahirlah kopi IG Java Preanger itu). Secara topografi, wilayah Pengalengan, Kabupaten Bandung, berada di ketinggian antara 984 sampai dengan 1571 mdpl dengan suhu udara rata-rata antara 16 sampai 25 derajat Celcius dan curah hujan 1996 mm/tahun. Dengan dikelilingi oleh 3 (tiga) pegunungan yaitu Gunung Tilu, Gunung Malabar, dan Gunung Patuha, wilayah ini mampu menghasilkan produk kopi Java Preanger bercitarasa tinggi. Beberapa desa yang menjadi kontributor utama penghasil kopi ini di Kecamatan Pengalengan antara lain Margamulya, Pulosari, Margaluyu, Wanasari, Sukaluyu, Tribaktimulya, Lamajang, dan Sukamanah.
Data menunjukkan bahwa Kabupaten Bandung merupakan sentra produsen kopi terbesar di Jawa Barat, salah satunya disumbangkan secara signifikan oleh keberadaan perkebunan kopi di Kecamatan Pengalengan. Kopi di wilayah ini umumnya ditanam petani dan dijual dalam bentuk gelondongan basah ke koperasi-koperasi dan perusahaan pengolahan kopi. Setidaknya minimal ada 5 (lima) pabrik pengolahan kopi yang berdiri di Pengalengan baik yang dikelola perseorangan maupun berbentuk koperasi dan perusahaan terbatas (PT).
Pada tahun 2013, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah berhasil mendaftarkan kopi IG (Identitas Geografis) yang mencirikan kekhasannya sebagai kopi milik Jawa Barat yaitu Kopi Arabika Java Preanger. Sejarah penamaan kopi IG yang satu ini tidak perlu ditulis ulang lagi karena sudah tergambarkan dalam postingan-postingan saya sebelumnya.
Dalam perkembangannya, Kopi Arabika Java Preanger yang telah ditetapkan sebagai salah satu kopi IG (Indikasi Geografis) dibagi lagi ke dalam 2 (dua) varian yaitu : (1) Kopi Arabika Java Preanger Bandoeng Highland yang meliputi wilayah penanaman di Gunung Tilu, Gunung Malabar, Gunung Patuha, Gunung Beser, Gunung Halu, Gunung Caringin, Gunung Papandayan, dan Gunung Cikuray. (2) Kopi Arabika Java Preanger Soenda Mountain yang merupakan kopi yang dihasilkan di wilayah Gunung Manglayang, Gunung Tangkuban Perahu, dan Gunung Burangrang.
Kehebatan Kopi Java Preanger telah terbukti dengan dicatatkannya prestasi dan pengakuan level internasional yang berhasil diraih, diantaranya juara pertama dalam ajang SCAA (Specialty Coffee Association of America) Expo 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.