Bajawa adalah suatu tempat di Pulau Flores, tepatnya ia adalah nama ibu kota Kabupaten Ngada (Ngadha), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Konon Bajawa berasal dari kata Bhajawa (Bha : piring dan Jawa : perdamaian) yang berarti piring perdamaian atau daerah yang memulai perdamaian guna mempersatukan Pulau Flores secara keseluruhan. Namun pejabat Hindia Belanda saat itu sulit mengatakan kata Bhajawa sehingga sering disebut sebagai Bajawa.
Bajawa sendiri diapit oleh 2 (dua) gunung yaitu Gunung Inierie dan Gunung Ebulobo yang kedua-duanya merupakan gunung jenis stratovolcano. Keberadaanya di lereng kedua gunung tersebut menyebabkan Kecamatan Bajawa (bersama Kecamatan Golewa dan Golewa Barat) menjadi sentra perkebunan kopi di Provinsi NTT yang cocok ditanami jenis kopi arabika dengan ketinggian di atas 1000 mdpl. Disamping itu jenis tanah vulkanik yang mengandung entisol dan inceptisol menjadikan lokasi tersebut cocok bagi tanaman kopi.
Suhu udaranya berkisar antara 15 sampai 25 derajat Celcius, namun pada masa tertentu dapat mencapai di bawah 10 derajat Celcius akibat pengaruh hembusan angin muson tenggara dari Benua Australia. Biasanya penanaman dilakukan di bawah pohon pelindung dengan memanfaatkan pupuk organik. Dengan demikian kopi yang dihasilkannya memiliki cita rasa yang khas.
Suhu udaranya berkisar antara 15 sampai 25 derajat Celcius, namun pada masa tertentu dapat mencapai di bawah 10 derajat Celcius akibat pengaruh hembusan angin muson tenggara dari Benua Australia. Biasanya penanaman dilakukan di bawah pohon pelindung dengan memanfaatkan pupuk organik. Dengan demikian kopi yang dihasilkannya memiliki cita rasa yang khas.
Dengan kombinasi antara ketinggian, iklim, suhu, curah hujan, dan tata cara penanaman serta pasca panen, memiliki dampak yang signifikan pada aroma dan citra rasa khas dari Kopi Arabika Flores Bajawa.
Berdasarkan keterangan dari David Lado Baraus, seorang peneliti sejarah Flores, uji coba pertama penanaman kopi dilakukan oleh Belanda di Larantuka dan Flores Timur pada tahun 1871. Kopi tersebut merupakan hasil percobaan dari salah satu perkebunan kopi di Pasuruan, Jawa Timur.
Jejak pengenalan kopi di Flores kemudian sampai ke Bajawa. Salah satu indikatornya adalah penggunaan kata sombar (bahasa Bajawa) yang berarti pohon penaung kopi. Kata sombar diduga kuat berasal dari bahasa Portugis, sombra, yang berarti penaung.
Pengajuan Kopi Arabika Flores Bajawa sebagai kopi IG dilakukan oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Organisasi ini didirikan pada tahun 2009 yang beranggotakan masyarakat Bajawa yang memiliki visi dan misi yang sama dalam upaya untuk menjaga kualitas Kopi Arabika Flores Bajawa agar tetap dipertahankan pada level yang dipersyaratkan.
Pada sekitar tahun 2011, MPIG Kopi Arabika Flores Bajawa memiliki anggota yang berasal dari 25 kelompok tani produsen kopi merah, 14 kelompok tani pengolah, dan 1 penyangrai. Nama resmi yang disematkan dalam salah satu list kopi Indikasi Geografis (IG) Indonesia adalah Kopi Arabika Flores Bajawa. Jenis produk yang didaftarkan meliputi kopi biji (green bean), kopi sangrai (roasted bean), dan kopi bubuk (ground coffee).
Pada sekitar tahun 2011, MPIG Kopi Arabika Flores Bajawa memiliki anggota yang berasal dari 25 kelompok tani produsen kopi merah, 14 kelompok tani pengolah, dan 1 penyangrai. Nama resmi yang disematkan dalam salah satu list kopi Indikasi Geografis (IG) Indonesia adalah Kopi Arabika Flores Bajawa. Jenis produk yang didaftarkan meliputi kopi biji (green bean), kopi sangrai (roasted bean), dan kopi bubuk (ground coffee).
Dengan diperolehnya sertifikasi kopi Indikasi Geografis maka membawa manfaat bagi Kopi Arabika Flores Bajawa yaitu memperjelas identifikasi produk, menghindari praktek persaingan tidak sehat, memberikan perlindungan kepada konsumen atas kualitas kopi yang dibelinya, serta mengangkat reputasi kopi ini baik dalam skala lokal, nasional, maupun global.
Karakter utama Kopi Arabika Flores Bajawa adalah aroma nutty yang bercita rasa seperti kacang dengan aroma tembakau pada aftertaste-nya. Ia juga memiliki tingkat keasaman sedang sehingga cukup aman bagi lambung. Pada derajat sangrai sedang (medium roast), Kopi Arabika Flores Bajawa yang dihasilkan menunjukkan warna sangrai yang homogen dengan fragrance dan aroma kopi bubuk bernuansa wangi bunga (floral). Sementara dari hasil analisa cita rasa mendapati adanya hasil olah basah giling kering dengan rasa manis (sweetness) yang kuat, rasa asam (acidity) yang cukup kuat, dan kekentalan (body) yang sedang sampai kuat.
Sampai saat ini, Flores telah berhasil mengekspor Kopi Arabika Flores Bajawa, terutama ke pasar Amerika. Melalui keberhasilannya mendapatkan sertifikat kopi Indikasi Geografis, diharapkan dapat semakin memperluas wilayah pemasaran kopi ini di level internasional.