Di Indonesia sendiri ada 2 (dua) kategori utama martabak yaitu : (1) martabak asin, dan (2) martabak manis.
Martabak telur inilah yang masuk dalam kategori martabak asin yang sempat saya nikmati saat berkunjung ke Palembang, tepatnya di Rumah Makan Martabak HAR Palembang. Para pengunjung dapat memilih berbagai menu yang ditawarkan seperti Martabak Nasi Kambing, Martabak Nasi Ayam, Martabak Kambing Goreng, dan Martabak Tuna. Namun dari berbagai pilihan menu tersebut, Martabak Nasi Kambing dan Martabak Nasi Ayam menjadi menu favorit pengunjung.
Mengapa Disebut Martabak 'HAR' ?
Tampaknya keberadaan martabak telur yang aslinya berasal dari India dapat dilihat atau dibaca dari penamaan makanan ini. Ya, kata martabak konon berasal dari bahasa India “murtabak” yang berarti “berlipat”, sesuai dengan cara pembuatannya yang dilipat-lipat. Dalam versi lain, martabak telur ini awalnya berasal dari Yaman yang memiliki populasi warga India yang cukup banyak. Kata “martabak” di sini dikatakan berasal dari kata “mutabbaq” yang dalam bahasa Arab bermakna “dilipat”. Namun sumber lain menyebutkan bahwa kata martabak berasal dari kata “mutabar” yang beredar luas di Kerala, India. Kata “mutabar” merupakan singkatan dari kata “muta” yang berarti telur, dan “bar” atau “barota” yang berarti roti prata yang menjadi cikal bakal martabak India.
Bagi yang belum mengetahui mungkin tidak akan mengira bahwa kata 'HAR' dalam Martabak HAR adalah sebuah singkatan dari sang pendirinya yaitu Haji Abdul Rozak. Ia adalah seorang saudagar Palembang keturunan India yang menikah dengan wanita asal Palembang. Ia mendirikan Martabak HAR pada tanggal 7 Juli 1947 yang bertempat di Jl Sudirman, Palembang dimana sampai saat ini masih dapat dijumpai keberadaannya. Dan karena kepopulerannya, rumah makan Martabak HAR kini banyak dijumpai di Kota Palembang baik yang berafiliasi langsung dengan keluarga Haji Abdul Rozak maupun yang dikelola oleh mantan pekerja yang pernah bekerja di Martabak HAR.
Proses pembuatan martabak ini terbilang unik karena adonan tepung yang sudah siap kemudian dibentuk dengan cara melempar-lemparkan ke meja khusus guna memperoleh sebuah lempengan tipis berukuran besar. Setelah beberapa kali “dilempar” dan “dipukul” sampai tipis barulah diisi dengan telor untuk selanjutnya dipanaskan di atas penggorengan dengan minyak secukupnya. Sajian pun siap ditaruh di meja setelah diguyur atau disiram dengan kuah kari berbahan daging. Bila ingin rasa lain dapat ditambah cabai hijau dan kecap.
Meski saat ini martabak telur yang mirip-mirip rasanya dengan Martabak HAR Palembang dapat dijumpai di berbagai kota di Indonesia namun tak ada salahnya jika sedang berkunjung ke Kota Palembang, Anda dapat mencoba merasakan cita rasa Martabak HAR asli dan original yang pertama kali didirikan oleh sang pendirinya. Untuk mengetahui apakah rumah makan yang dikunjungi adalah asli memiliki jalur histori yang menyambung langsung ke sang pendirinya, ada trik tertentu. Guna membedakan apakah sebuah rumah makan Martabak HAR merupakan cabang resmi dari Martabak HAR milik keluarga Haji Abdul Rozak yaitu dengan melihat ada tidaknya foto wajah Haji Abdul Rozak semasa masih hidup yang terpampang di dinding rumah makan. Jika ditemukan foto Pak Haji Abdul Rozak maka dapat dikatakan di situlah rumah makan cabang resmi Martabak HAR milik keluarga dan keturunan langsung Haji Abdul Rozak.