Salah satu rujukan penting dalam menelusuri dari mana asal usul kata “coffee” atau “kopi” adalah sebuah buku karangan William H. Ukers yang berjudul All About Coffee yang diterbitkan pada tahun 1922.
William H. Ukers adalah seorang editor pada The Spice Mill, majalah internal milik perusahaan kopi bernama the Jabez Burns. Mengikuti trend yang terus berkembang, ia pernah memberikan usulan kepada atasannya untuk memperluas jangkauan majalah itu menjadi sebuah jurnal perdagangan yang bisa diakses oleh masyarakat luas. Namun usulannya itu ditolak oleh sang boss. Si Ukers ini lalu keluar dari pekerjaannya untuk kemudian fokus pada penelitiannya tentang sejarah kopi dan teh. Salah satu karya pertamanya yang monumental adalah buku berjudul All About Coffee yang membawanya melakukan sejumlah perjalanan dalam rangka penelitian ke Brazil, Indonesia, Kolombia, India, Cina, Jepang, Afrika, Eropa, dan Amerika.
Dalam bukunya itu, Tuan Ukers mengatakan bahwa kata “coffee” sesungguhnya berasal dari kata “qahwah” (bahasa Arab) meski tidak secara langsung karena melalui bahasa Turki, “kahveh” yang lambat laun menjadi “kahve” (hilang huruf “h” di paling belakang). Di Arab sendiri, istilah qahwah tidak merujuk pada nama sebuah tanaman kopi sebagaimana yang kita kenal sekarang, namun ditujukan pada nama suatu jenis minuman yang diproses seperti wine (anggur) di Arab. Dari akar kata kahveh atau kahve ini kemudian ditransliterasi ke berbagai bahasa lain di dunia menjadi coffee (Inggris), koffie (Belanda), caffe (Italia), dan cafe (Perancis), termasuk koppi atau kopi dalam bahasa Melayu. Sementara itu, seorang kontributor peneliti kopi, Col. W.F. Prideaux menyatakan bahwa transliterasi “coffee” di beberapa bahasa Eropa didapatkan secara langsung dari bahasa Arab, “qahwah” (tidak melalui bahasa Turki - “kahveh”).
Ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Sir James Murray dalam the New English Dictionary yang menyatakan bahwa kata coffee diduga merupakan kata asing yang mungkin berasal dari Afrika dan diduga memiliki hubungan dengan nama “Kaffa”, sebuah kota di Shoa, barat daya Abyssinia yang memiliki reputasi sebagai tempat perkebunan kopi yang terkenal. Namun demikian pendapat ini tidak memiliki bukti-bukti yang kuat.
Meskipun kata “kopi” bukan berasal dari Afrika namun hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan kopi mula-mula berasal dari Abyssinia (atau mungkin Arab) dimana wilayah penanamannya kemudian menyebar ke beberapa negara tropis. Dan berbicara Abyssinia berarti akan membicarakan Kekaisaran Ethiopia atau negara Ethiopia sekarang (note : kota ini mengingatkan kita tentang sejarah Nabi SAW dimana beliau pertama kali melakukan hijrah ke negeri Abyssinia atau Habasyah).
Dalam bukunya itu, Tuan Ukers mengatakan bahwa kata “coffee” sesungguhnya berasal dari kata “qahwah” (bahasa Arab) meski tidak secara langsung karena melalui bahasa Turki, “kahveh” yang lambat laun menjadi “kahve” (hilang huruf “h” di paling belakang). Di Arab sendiri, istilah qahwah tidak merujuk pada nama sebuah tanaman kopi sebagaimana yang kita kenal sekarang, namun ditujukan pada nama suatu jenis minuman yang diproses seperti wine (anggur) di Arab. Dari akar kata kahveh atau kahve ini kemudian ditransliterasi ke berbagai bahasa lain di dunia menjadi coffee (Inggris), koffie (Belanda), caffe (Italia), dan cafe (Perancis), termasuk koppi atau kopi dalam bahasa Melayu. Sementara itu, seorang kontributor peneliti kopi, Col. W.F. Prideaux menyatakan bahwa transliterasi “coffee” di beberapa bahasa Eropa didapatkan secara langsung dari bahasa Arab, “qahwah” (tidak melalui bahasa Turki - “kahveh”).
Ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Sir James Murray dalam the New English Dictionary yang menyatakan bahwa kata coffee diduga merupakan kata asing yang mungkin berasal dari Afrika dan diduga memiliki hubungan dengan nama “Kaffa”, sebuah kota di Shoa, barat daya Abyssinia yang memiliki reputasi sebagai tempat perkebunan kopi yang terkenal. Namun demikian pendapat ini tidak memiliki bukti-bukti yang kuat.
Meskipun kata “kopi” bukan berasal dari Afrika namun hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan kopi mula-mula berasal dari Abyssinia (atau mungkin Arab) dimana wilayah penanamannya kemudian menyebar ke beberapa negara tropis. Dan berbicara Abyssinia berarti akan membicarakan Kekaisaran Ethiopia atau negara Ethiopia sekarang (note : kota ini mengingatkan kita tentang sejarah Nabi SAW dimana beliau pertama kali melakukan hijrah ke negeri Abyssinia atau Habasyah).
Beberapa peneliti mempercayai bahwa perkebunan di Ethiopia itu merambah ke distrik Yaman setelah diketahui perkembangan perkebunan di Abyssinia (dan mungkin Arab) mengalami perlambatan sampai abad 15 dan 16. Karena bangsa Arab merasa tercengang dan takjub dengan penemuan tanaman baru ini dan guna memproteksi keistimewaan tanaman ini, mereka berupaya untuk mencegah bibit tanaman ini menyebar ke negara-negara lain. Caranya dengan hanya mengijinkan biji kopi yang telah dimasak saja yang boleh dibawa keluar. Namun lama kelamaan para pendatang berhasil membawa benih kopi itu dari Mocha. Kota ini (yang juga disebut Mukha atau Mokha) adalah sebuah pelabuhan di Laut Merah di pantai Yaman (jadi, istilah mochacino atau kopi moka diduga berasal dari sini).
Dari informasi di atas dapat disimpulkan bahwa kopi itu secara asal-usulnya tidak lepas dari bangsa Arab dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa tradisi minum kopi yang terjadi secara turun temurun di Indonesia maupun di belahan negara lain juga berasal dari bangsa ini.