Selain alat transportasi patroli polisi berupa mobil dan sepeda motor terdapat juga jenis sepeda angin yang pernah dipakai pihak kepolisian tempo dulu dalam menjalankan aktivitas pengawasan di lingkungan atau kawasan patroli yang sudah ditentukan.
Beberapa unit sepeda onthel berbahan bakar angin itu masih dapat disaksikan di Museum Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setidaknya ada 3 (tiga) unit sepeda yang tersimpan di lantai 1 dan 1 (satu) unit lainnya ditempatkan di lantai 2 gedung Museum Polri.
Sepeda-sepeda patroli tersebut (disebut juga sebagai Blok) digunakan sejak tahun 1960 sampai 1975 dimana unit yang dijadikan sebagai display merupakan asset sepeda yang pernah dimiliki oleh Kantor Polisi Wilayah Parahyangan. Pada kertas keterangan yang terbaca di samping sepeda itu tidak disebutkan merk dan tipe sepedanya.
Sepeda patroli polisi jaman dulu bermerk Hima dinyatakan pernah ditemukan dan sampai saat ini tersimpan di Polres Salatiga, Jawa Tengah. Merk ini diproduksi oleh perusahaan produsen sepeda milik Belanda yang memiliki pabrik di Surabaya sekitar tahun 1930-an. Bukti kuat yang menunjukkan bahwa sepeda yang ada di Polres Salatiga itu adalah benar milik kepolisian adalah adanya ukiran bertuliskan “POLISI” yang tertempel pada rangka sepeda.
Tentu saja sepeda polisi yang terkenal karena memiliki cerita sejarah yang tinggi adalah sepeda onthel yang pernah dipakai oleh Sukitman, seorang Agen Polisi Tingkat II (Dua) yang waktu itu sedang berpatroli di kawasan Kebayoran Baru yang berdekatan dengan kediaman Jenderal DI Panjaitan, petinggi TNI AD yang kemudian diketahui menjadi salah satu korban pemberontakan G30S PKI.
Dari beberapa sumber disebutkan bahwa merk sepeda yang dipakai Sukitman adalah Phoenix buatan negeri Cina. Meski pada batang stang sepeda milik Sukitman itu tertempel merk “Banteng” yang namanya bercita rasa lokal namun bisa saja aslinya adalah merk Phoenix mengingat pada waktu itu sudah menjadi hal lazim jika unit sepeda yang diimport oleh distributor di Indonesia lalu diubah merknya menjadi merk lokal setelah melalui proses perakitan ulang. Bahwa sepeda buatan Cina bermerk Phoenix juga sangat mungkin waktu itu banyak masuk ke Indonesia di bawah perintah Presiden Soekarno sebagai akibat pembatasan penggunaan barang-barang produksi negara barat.
Sepeda-sepeda patroli tersebut (disebut juga sebagai Blok) digunakan sejak tahun 1960 sampai 1975 dimana unit yang dijadikan sebagai display merupakan asset sepeda yang pernah dimiliki oleh Kantor Polisi Wilayah Parahyangan. Pada kertas keterangan yang terbaca di samping sepeda itu tidak disebutkan merk dan tipe sepedanya.
Sepeda patroli polisi jaman dulu bermerk Hima dinyatakan pernah ditemukan dan sampai saat ini tersimpan di Polres Salatiga, Jawa Tengah. Merk ini diproduksi oleh perusahaan produsen sepeda milik Belanda yang memiliki pabrik di Surabaya sekitar tahun 1930-an. Bukti kuat yang menunjukkan bahwa sepeda yang ada di Polres Salatiga itu adalah benar milik kepolisian adalah adanya ukiran bertuliskan “POLISI” yang tertempel pada rangka sepeda.
Tentu saja sepeda polisi yang terkenal karena memiliki cerita sejarah yang tinggi adalah sepeda onthel yang pernah dipakai oleh Sukitman, seorang Agen Polisi Tingkat II (Dua) yang waktu itu sedang berpatroli di kawasan Kebayoran Baru yang berdekatan dengan kediaman Jenderal DI Panjaitan, petinggi TNI AD yang kemudian diketahui menjadi salah satu korban pemberontakan G30S PKI.
Dari beberapa sumber disebutkan bahwa merk sepeda yang dipakai Sukitman adalah Phoenix buatan negeri Cina. Meski pada batang stang sepeda milik Sukitman itu tertempel merk “Banteng” yang namanya bercita rasa lokal namun bisa saja aslinya adalah merk Phoenix mengingat pada waktu itu sudah menjadi hal lazim jika unit sepeda yang diimport oleh distributor di Indonesia lalu diubah merknya menjadi merk lokal setelah melalui proses perakitan ulang. Bahwa sepeda buatan Cina bermerk Phoenix juga sangat mungkin waktu itu banyak masuk ke Indonesia di bawah perintah Presiden Soekarno sebagai akibat pembatasan penggunaan barang-barang produksi negara barat.