Hampir dipastikan bahwa setiap orang atau warga negara Indonesia telah mengenal dengan baik apa itu batik, sebuah model pakaian yang mengusung ciri khas budaya Jawa dan nusantara yang sangat kental.
Keterkenalan dan kehebatan baju batik bahkan sudah menembus level internasional atau dunia dimana batik telah diakui oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Nah, jika Anda ingin mengetahui berbagai koleksi kain batik nusantara tanpa harus keliling ke setiap daerah, Anda bisa mengunjungi salah satu museum di Jakarta yang khusus mengkoleksi berbagai jenis kain batik dari seluruh Indonesia. Datanglah ke Museum Tekstil yang berlokasi di Jl KS Tubun No 4, Petamburan, Jakarta Barat.
Museum Tekstil tersebut menempati sebuah kompleks gedung tua yang keberadaannya dilindungi oleh undang-undang karena memiliki nilai histori yang tinggi sebagai warisan bangunan arsitektur Hindia Belanda dan memiliki daya tarik tersendiri ditinjau dari potensi kepariwisataan.
Gedung Museum Tekstil sendiri pada awalnya merupakan rumah pribadi seorang warga negara Perancis di abad ke-19 yang kemudian dijual kepada seorang pegawai Konsulat Turki bernama Sayed Abdul Azis Al Kazimi. Kepemilikan selanjutnya beralih kepada Karel Christian Crucq di tahun 1942. Pada saat Jakarta sedang dibakar semangat juang dalam merebut kemerdekaan, gedung ini pernah digunakan sebagai markas tentara BKR (Barisan keamanan Rakyat). Setelah masa revolusi berakhir, gedung ini secara berturut-turut dihuni oleh Lie Sion Phin (1947) yang kemudian disewakan kepada Departemen Sosial RI sebagai tempat penampungan orang jompo, sebelum pada akhirnya pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial RI.
Pada tahun 1972, gedung ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi oleh Undang-Undang Monumen (Monumenten Ordonantie) STBL 1931 No 23 dan Surat Keputusan Gubernur KDKI Jakarta No CB 11/1/12/72 tertanggal 10 Januari 1972. Lalu pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta untuk digunakan sebagai bangunan museum.
Pemrakarsa pendirian Museum Tekstil adalah kelompok himpunan pecinta kain, tenun dan batik Indonesia Wastraprema yang terdiri dari Lasmidjah Hardi, Gusti Putri Mangkunegoro, Herawati Diah, Sekartini Sofyar, Mien Sjahfiri Alim, Ir. Safioen, Ida Anak Agung Gde Agung, Sudarmadji Damais, dan Ir. Martono. Gubernur DKI Jakarta yang pada waktu itu dijabat oleh Ali Sadikin mendukung gagasan itu dengan menyediakan sebuah tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu gedung yang berlokasi di Jl KS Tubun No 4 Petamburan, Jakarta Barat. Pada tanggal 28 Juni 1976 gedung tersebut diresmikan sebagai Museum Tekstil oleh Ibu Tien Soeharto dengan disaksikan oleh Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Pada tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan areal Museum Tekstil ke arah timur dan sekaligus menjadikan sebuah gedung tua di Jl KS Tubun No. 2 tersebut sebagai sarana penunjang kegiatan museum dengan menampung partisipasi masyarakat untuk turut mengembangkan tekstil kontemporer sehingga gedung itu diberi nama Galeri Tekstil Kontemporer. Gedung bagian dua itu diresmikan pada tanggal 21 November 2000 yang ditandai dengan kegiatan perdana berupa Pameran Koleksi Batik Iwan Tirta yang merupakan hasil kerja sama antara Museum Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia.
Koleksi awal yang berhasil dikumpulkan dan disimpan di Museum Tekstil berasal dari sumbangan Wastraprema (sekitar 500 koleksi) yang selanjutnya ditambah melalui pembelian koleksi lainnya oleh dinas terkait serta sumbangan masyarakat baik individu maupun kelompok. Hingga saat ini koleksi Museum Tekstil tercatat sebanyak kurang lebih 1914 buah.
A. Visi Museum Tekstil
Menjadikan Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan sebagai rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan referensi bagi proses pembangunan bangsa.
B. Misi Museum Tekstil
Melakukan usaha-usaha pelestarian alam baik hewani maupun nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya pertekstilan di Indonesia, melakukan kegiatan inventarisasi sumber-sumber daya alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan ragamnya, melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian-penelitian, dan melakukan penyajian informasi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas.
C. Fasilitas Gedung
Gedung Museum Tekstil yang merupakan salah satu cagar budaya di Kota Jakarta yang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 2 (dua) hektar dan ditunjang dengan beberapa fasilitas untuk pengunjung yaitu :
Gedung Utama
Gedung Utama terletak di bagian depan yang digunakan untuk memamerkan koleksi tekstil Indonesia baik tekstil koleksi museum, kolektor, desainer, maupun masyarakat pecinta tekstil. Bangunan cantik bergaya art and craft ini juga sering digunakan untuk latar belakang pengambilan film, video klip, lukisan, dan foto.
Gedung Galeri Batik
Galeri ini merupakan hasil renovasi gedung lama tanpa mengubah bentuk fisik bangunan sehingga kondisinya cukup bagus namun tetap mempertahankan kesan antik. Gedung ini digunakan untuk memamerkan koleksi batik dari berbagai daerah di Indonesia. Pengelolaan galeri ini bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2010 oleh Jero Wacik selaku Menbudpar RI bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional.
Gedung Workshop Center (Pendopo)
Bangunan kayu bergaya joglo ini digunakan untuk berbagai aktivitas pelatihan seperti membatik, jumputan, dan lain-lain.
Taman Pewarna Alam
Taman dengan luas 2000 m² yang terletak di belakang Gedung Utama berfungsi untuk melestarikan dan mengenalkan kepada pecinta tesktil tentang pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alami.
Perpustakaan
Untuk memberikan pelayanan data dan informasi kepada para pengunjung, Museum Tekstil menyediakan perpustakaan sebagai sarana untuk mengenal lebih jauh tentang pertekstilan Indonesia.
Ruang Labolatorium & Konservasi
Ruangan ini digunakan sebagai laboratorium dan kegiatan rutin konservasi tekstil.
Ruang Penyimpanan (Storage)
Ruangan ini digunakan sebagai laboratorium dan kegiatan rutin konservasi tekstil.
Gerai Cinderamata (Souvenir Shop)
Souvenir Shop merupakan sarana bagi para pengunjung untuk memperoleh cenderamata baik aksesori, kain dan busana batik, dan lain-lain.
Ruang Multimedia (Auditorium)
Ruangan ini difungsikan sebagai tempat pemutaran film dokumenter mengenai seluk-beluk pertekstilan Indonesia dan ruang seminar.
Musholla
Disediakan bagi para pengunjung yang hendak melakukan shalat yang terletak di belakang Gedung Galeri Batik. Bangunannya berada di tengah taman dan rerimbunan pohon yang bisa memberikan suasana ketenangan dalam beribadah.
Area Parkir
Area Parkir yang luas di Museum Tekstil terbagi menjadi 3 (tiga) tempat, yaitu di bagian depan, tengah, dan di belakang.
Untuk memasuki Museum Tekstil ini, setiap pengunjung akan dikenakan biaya karcis masuk sebesar Rp 5.000,00 per orang dengan jam buka setiap hari Selasa sd Minggu (Senin libur) mulai pukul 09.00 sd 16.00 WIB.