Tak ada orang yang meragukan kehebatan Hamka. Selain merupakan tokoh agama yang , almarhum juga tersohor karena novelnya yang cukup populer yaitu “Di Bawah Lindungan Ka'bah.”
Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dibesarkan di lingkungan yang taat dengan agama. Pada saat berada di Medan setelah perantauannya dari Makassar, ia mulai menulis novel Di Bawah Lindungan Ka'bah sembari menjabat sebagai editor di majalah Islam Pedoman Masjarakat.
Mahakarya Hamka tersebut yang awalnya diterbitkan pada tahun 1938 oleh Balai Pustaka kemudian dituangkan dalam tayangan film sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada tahun 1981 dan 2011.
Dikisahkan, Hamid, seorang pemuda muslim kelahiran Minangkabau, pada usia 6 (enam) tahun disekolahkan oleh Haji Ja'far dimana Hamid kecil bertemu dengan seorang anak perempuan bernama Zainab di sekolah yang sama. Mereka kemudian menempuh pendidikan masing-masing di sekolah Hindia Belanda. Sebagaimana romantika anak muda, mereka berdua mulai saling merasakan jatuh cinta meski sama-sama tidak mengutarakan perasaannya. Sampai akhirnya Hamid harus melanjutkan pendidikannya di kota lain sehingga mereka pun semakin jarang bertemu.
Karena tidak diketahui oleh orang lain, dalam suatu pertemuan, ibunda Zainab, Asiah, meminta bantuan Hamid untuk membujuk Zainab agar mau dinikahkan dengan sepupunya. Meski bertentangan dengan kata hatinya, permintaan ibu Zainab itu berusaha dipenuhi Hamid. Di samping itu, keinginan untuk menikahi Zainab pun dirasa bakal mengalami kendala mengingat ibu kandungnya juga tidak mengijinkan dirinya menikahi Zainab karena perbedaan strata sosial. Hamid mengalami keguncangan hati yang mendalam dan patah hati karena langkah yang telah diambilnya. Maka ia memilih untuk pergi menjauh dari daerahnya guna menuju Mekkah.
Setelah mendiami Mekkah selama sekitar setahun, Hamid yang mulai sakit-sakitan bertemu dengan Saleh dimana istri Saleh ternyata adalah teman dekat Zainab sehingga kabar tentang gadis pujaannya itu dapat didengar dari Saleh dan istrinya. Ia mengetahui bahwa Zainab pun ternyata begitu mencintai dirinya dan rupanya Zainab juga tidak jadi menikah dengan laki-laki pilihan ibunya. Mengetahui keadaaan tersebut, ia memiliki secercah harapan dan kemudian berniat untuk kembali ke Padang seusai menunaikan ibadah haji. Pada saat yang sama, Saleh memperoleh informasi bahwa Zainab meninggal dunia dan kabar itu tidak disampaikan kepada Hamid. Ketika didesak oleh Hamid barulah kabar menyedihkan itu diketahui oleh Hamid. Kejadian itu kemudian disusul dengan meninggalnya Hamid di depan Ka'bah.
Mahakarya Hamka tersebut yang awalnya diterbitkan pada tahun 1938 oleh Balai Pustaka kemudian dituangkan dalam tayangan film sebanyak 2 (dua) kali yaitu pada tahun 1981 dan 2011.
Dikisahkan, Hamid, seorang pemuda muslim kelahiran Minangkabau, pada usia 6 (enam) tahun disekolahkan oleh Haji Ja'far dimana Hamid kecil bertemu dengan seorang anak perempuan bernama Zainab di sekolah yang sama. Mereka kemudian menempuh pendidikan masing-masing di sekolah Hindia Belanda. Sebagaimana romantika anak muda, mereka berdua mulai saling merasakan jatuh cinta meski sama-sama tidak mengutarakan perasaannya. Sampai akhirnya Hamid harus melanjutkan pendidikannya di kota lain sehingga mereka pun semakin jarang bertemu.
Karena tidak diketahui oleh orang lain, dalam suatu pertemuan, ibunda Zainab, Asiah, meminta bantuan Hamid untuk membujuk Zainab agar mau dinikahkan dengan sepupunya. Meski bertentangan dengan kata hatinya, permintaan ibu Zainab itu berusaha dipenuhi Hamid. Di samping itu, keinginan untuk menikahi Zainab pun dirasa bakal mengalami kendala mengingat ibu kandungnya juga tidak mengijinkan dirinya menikahi Zainab karena perbedaan strata sosial. Hamid mengalami keguncangan hati yang mendalam dan patah hati karena langkah yang telah diambilnya. Maka ia memilih untuk pergi menjauh dari daerahnya guna menuju Mekkah.
Setelah mendiami Mekkah selama sekitar setahun, Hamid yang mulai sakit-sakitan bertemu dengan Saleh dimana istri Saleh ternyata adalah teman dekat Zainab sehingga kabar tentang gadis pujaannya itu dapat didengar dari Saleh dan istrinya. Ia mengetahui bahwa Zainab pun ternyata begitu mencintai dirinya dan rupanya Zainab juga tidak jadi menikah dengan laki-laki pilihan ibunya. Mengetahui keadaaan tersebut, ia memiliki secercah harapan dan kemudian berniat untuk kembali ke Padang seusai menunaikan ibadah haji. Pada saat yang sama, Saleh memperoleh informasi bahwa Zainab meninggal dunia dan kabar itu tidak disampaikan kepada Hamid. Ketika didesak oleh Hamid barulah kabar menyedihkan itu diketahui oleh Hamid. Kejadian itu kemudian disusul dengan meninggalnya Hamid di depan Ka'bah.
Dua Kali Diangkat ke Layar Lebar
Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Hamka kemudian diangkat ke layar lebar. Versi pertama dirilis pada tahun 1981 yang diproduksi oleh P.T. Tati & Sons Jaya Film dengan sutradara Asrul Sani. Pemeran utama dilakoni oleh Camelia Malik dan Cok Simbara.
Adaptasi dalam bentuk film kedua dibuat pada tahun 2011 dengan judul yang sama dengan judul novelnya. Kali ini filmnya disutradarai oleh Hanny R. Saputra dengan dibintangi sejumlah artis masa kini antara lain Herjunot Ali dan Laudya Cynthia Bella.
Meskipun terjadi beberapa perubahan skenario antara naskah pada novel asli dengan adegan di layar lebar namun upaya insan perfilman Indonesia untuk mengangkat film dari karya novelis lokal patut diapresiasi di tengah gempuran tontonan film luar negeri.
Adaptasi dalam bentuk film kedua dibuat pada tahun 2011 dengan judul yang sama dengan judul novelnya. Kali ini filmnya disutradarai oleh Hanny R. Saputra dengan dibintangi sejumlah artis masa kini antara lain Herjunot Ali dan Laudya Cynthia Bella.
Meskipun terjadi beberapa perubahan skenario antara naskah pada novel asli dengan adegan di layar lebar namun upaya insan perfilman Indonesia untuk mengangkat film dari karya novelis lokal patut diapresiasi di tengah gempuran tontonan film luar negeri.
Nah, poster adegan film Di Bawah Lindungan Ka'bah versi tahun 1981 masih dapat kita lihat di Perpustakaan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Setiabudi, Jakarta Selatan.