Film bertema penjajahan Jepang tersebut dikabarkan sempat mendapat protes dari pemerintah Jepang yang diterima saat pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Adam Malik.
Dalam sebuah sesi wawancara antara wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat dengan Wakil Presiden Adam Malik pada tahun 1984 muncul nada kecaman dari wakil presiden itu atas protes yang dilontarkan pemerintah Jepang terhadap film dimaksud. Adam Malik beralasan bahwa justru pemerintah Indonesialah yang seharusnya merasa tersinggung karena betapa sengsaranya bangsa ini di kala dijajah oleh Jepang pada rentang tahun 1942 sampai 1945. Adam Malik memberi penegasan bahwa segala sesuatu yang baik harus dikatakan baik dan yang jahat juga harus dibilang jahat, apalagi menyangkut peristiwa sejarah.
Film Budak Nafsu merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata tentang pengorbanan seorang wanita Indonesia yang rela tubuhnya dijadikan sebagai pelampiasan nafsu tentara Jepang demi membela anaknya yang menjadi darah dagingnya sejak kecil. Kisah ini sebelumnya telah dituliskan dalam bentuk novel karya Titie Said berjudul “Fatima” yang mendapat apresiasi cukup besar dari para pembaca novel di seluruh Indonesia. Atas kepopulerannya itulah, produser Ram Soraya tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar dengan menggandeng sutradara kawakan, Sjumandjaya. Pemeran utama film dipercayakan kepada Jenny Rachman, El Manik, Roy Marten, Minati Atmanegara, Mang Udel, dan lain-lain.
Film berdurasi sekitar 94 (sembilan puluh empat) menit itu berkisah tentang Fatima (Jenny Rachman) yang terpaksa merelakan tubuhnya dijadikan pengganti tubuh putrinya yang hendak diperkosa tentara Jepang. Bersama dengan ratusan wanita lainnya, ia kemudian dikirim ke Malaya untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu serdadu Jepang. Di Malaya itulah ia bertemu dengan Takashi (El Manik), seorang pejabat Jepang yang baik hati. Si Takashi ini pun jatuh cinta kepada Fatima namun kisah cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Fatima lebih memilih berjuang dengan rakyat Malaya. Di tengah hancurnya markas tentara Jepang, Takashi memilih mengambil jalan singkat dengan melakukan harakiri.
Fatima sendiri berhasil memperoleh bantuan dan berusaha kembali ke Indonesia namun di tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya diserang oleh tentara NICA. Ibarat keluar dari kandang macan lalu masuk ke kandang buaya, ia pun kembali harus menjadi pemuas nafsu tentara NICA. Perjuangan tetap ia lanjutkan sampai Indonesia mendapatkan kemerdekaan, meski nasibnya tidak berubah, ia tetap miskin dan sakit-sakitan. Dalam kondisi sakit parah ia dirawat di sebuah rumah sakit dimana di tempat itulah ia bertemu dengan putrinya yang telah menjadi seorang dokter.
Sebagaimana beberapa buah ringkasan film yang saya tulis sebelumnya, poster film Budak Nafsu ini dapat disaksikan di Perpustakaan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Film Budak Nafsu merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata tentang pengorbanan seorang wanita Indonesia yang rela tubuhnya dijadikan sebagai pelampiasan nafsu tentara Jepang demi membela anaknya yang menjadi darah dagingnya sejak kecil. Kisah ini sebelumnya telah dituliskan dalam bentuk novel karya Titie Said berjudul “Fatima” yang mendapat apresiasi cukup besar dari para pembaca novel di seluruh Indonesia. Atas kepopulerannya itulah, produser Ram Soraya tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar dengan menggandeng sutradara kawakan, Sjumandjaya. Pemeran utama film dipercayakan kepada Jenny Rachman, El Manik, Roy Marten, Minati Atmanegara, Mang Udel, dan lain-lain.
Film berdurasi sekitar 94 (sembilan puluh empat) menit itu berkisah tentang Fatima (Jenny Rachman) yang terpaksa merelakan tubuhnya dijadikan pengganti tubuh putrinya yang hendak diperkosa tentara Jepang. Bersama dengan ratusan wanita lainnya, ia kemudian dikirim ke Malaya untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu serdadu Jepang. Di Malaya itulah ia bertemu dengan Takashi (El Manik), seorang pejabat Jepang yang baik hati. Si Takashi ini pun jatuh cinta kepada Fatima namun kisah cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Fatima lebih memilih berjuang dengan rakyat Malaya. Di tengah hancurnya markas tentara Jepang, Takashi memilih mengambil jalan singkat dengan melakukan harakiri.
Fatima sendiri berhasil memperoleh bantuan dan berusaha kembali ke Indonesia namun di tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya diserang oleh tentara NICA. Ibarat keluar dari kandang macan lalu masuk ke kandang buaya, ia pun kembali harus menjadi pemuas nafsu tentara NICA. Perjuangan tetap ia lanjutkan sampai Indonesia mendapatkan kemerdekaan, meski nasibnya tidak berubah, ia tetap miskin dan sakit-sakitan. Dalam kondisi sakit parah ia dirawat di sebuah rumah sakit dimana di tempat itulah ia bertemu dengan putrinya yang telah menjadi seorang dokter.
Sebagaimana beberapa buah ringkasan film yang saya tulis sebelumnya, poster film Budak Nafsu ini dapat disaksikan di Perpustakaan Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Setiabudi, Jakarta Selatan.