Sir Stamford Raffles awalnya adalah seorang petugas administrasi yang bekerja di bawah pemerintahan Kolonial Inggris dan kemudian terkenal sebagai Letnan Gubernur Hindia Belanda yang juga pendiri negara Singapura.
Stamford Raffles atau lengkapnya Thomas Stamford Bingley Raffles lahir pada tanggal 6 Juli 1781 di atas kapal ayahnya yang sedang berlayar di dekat Port Morant, Jamaika. Ibunya bernama Anne Lyde dan ayahnya bernama Benjamin Raffles yang menjadi seorang kapten kapal pedagang.
Pada usia menginjak 14 (empat belas) tahun, Raffles harus bekerja untuk menghidupi keluarganya dimana pada tahun 1795 ia mulai mengabdikan dirinya sebagai pekerja di the East India Company (EIC). Meskipun secara pendidikan formal tidak terlalu mencukupi, ia berhasil mencapai kemajuan yang baik dalam pekerjaan karena ditopang oleh minat belajar yang tinggi baik terhadap sains, sejarah, alam, dan bahasa.
Pada tahun 1805, Raffles ditugaskan ke Penang, sebuah pulau yang berada di Selat Malaka, dimana ia bekerja sebagai asisten sekretaris gubernur. Karena ia mampu menguasai bahasa Melayu dengan baik, pengetahuannya itu didengar oleh telinga Lord Minto, Gubernur Jenderal di India. Lord Minto lantas mengangkat Raffles sebagai Agen Gubernur Jenderal Negara Melayu. Selanjutnya dalam pendudukan Batavia dalam rangka perlawanan menghadapi Perancis dan Belanda, Raffles diangkat oleh Lord Minto sebagai Letnan Gubernur Hindia Belanda.
Mengapa Raffles sendiri tidak dimakamkan di samping makam istrinya, Olivia Mariamne Raffles yang berada di kompleks Museum Taman Prasasti Jakarta ?. Dari penelusuran sejarah diperoleh keterangan bahwa setelah ditinggal mati Olivia Mariamne, Raffles lalu bertemu dengan wanita lain bernama Sophia Hull yang kemudian dinikahi pada tanggal 22 Februari 1817 atau 3 (tiga) tahun setelah meninggalnya Olivia. Pada tahun 1818 ia mengambil alih kekuasaan di Bencoolen (Bengkulu). Ia membawa semangat reformasi dan mencoba mengakhiri sistem perbudakan yang merajalela pada waktu itu.
Raffles juga lah yang merintis pendirian negara Singapura ketika ia menyadari bahwa Inggris membutuhkan pelabuhan strategis guna melawan dominasi Belanda dalam perdagangan di Timur Jauh. Bersama dengan Kolonel R.J Farquhar, Raffles memutuskan untuk menjadikan Singapura sebagai kota pelabuhan bagi perdagangan Inggris. Melalui proses negosiasi dengan Sultan Johor waktu itu, Hussein Shah, ditandatanganilah Perjanjian Singapura (the Treaty of Singapore) pada tanggal 6 Februari 1819. Farquhar lalu diangkat sebagai Residen Singapura sedangkan Raffles kembali ke Bencoolen (Bengkulu). Namun naas, karena Bencoolen merupakan daerah endemik malaria, ia harus kehilangan putra-putrinya karena menjadi korban penyakit malaria. Hal ini menyebabkan kesehatan Raffles ikut terganggu yang pada akhirnya membuat dirinya memutuskan untuk pulang ke Inggris. Ia menyempatkan diri mengunjungi Singapura sebelum berangkat ke Inggris dimana kota pelabuhan Singapura telah mengalami perkembangan yang pesat. Raffles lantas menginstruksikan insinyur Philip Jackson guna menyusun strategi agar kota Singapura makin berkembang. Rencana pengembangan itu dikenal sebagai “Jackson Plan” atau “Raffles Town Plan.” Pada tahun 1823, Raffles melakuan perubahan administrasi yang cukup agresif dimana ia menyatakan bahwa berjudi adalah melanggar hukum, menetapkan pajak yang tinggi untuk aktivitas penggunaan obat-obatan terlarang, dan merancang undang-undang pidana. Setelah menghabiskan waktunya di Singapura, ia kemudian berangkat menuju Inggris pada tanggal 2 Februari 1824 dan tiba di sana pada tanggal 22 Agustus 1824. Ia sempat mendirikan perkumpulan bernama the Zoology Society of London dan London Zoo dimana ia menjadi presiden yang pertama.
Raffles diketahui meninggal dunia pada tanggal 5 Juli 1826 di Inggris karena sakit parah. Namanya kemudian diabadikan sebagai nama berbagai lembaga dan institusi di Singapura seperti Raffles Institution, Raffles Singapore, Raffles Hospital, dan lain-lain.
Dari sejarah hidup Raffles di atas dapat disimpulkan bahwa ia tidak dimakamkan di samping kuburan Olivia Mariamne di Jakarta karena setelah istri pertamanya itu wafat, ia menikah lagi dengan Sophia Hull dan setelah mendirikan Singapura serta menyusun sistem pemerintahan di sana, Raffles lalu berangkat ke Inggris dan tinggal di negara itu sampai maut menjemputnya.