Jika
Anda berkunjung ke Johor Bahru jangan sampai melewatkan salah satu situs
bangunan bersejarah umat Islam yang berada di sana yaitu Masjid Sultan Abu
Bakar.
Masjid
ini dinamakan Masjid Sultan Abu Bakar yang berasal dari nama Duli Yang Maha Mulia
Almarhum Sultan Abu Bakar (Seri Maharaja) Ibni Almarhum Raja Temenggung Tun
Ibrahim (3 Februari 1833 – 4 Juni 1895). Ia adalah Sultan Johor pertama
sekaligus sebagai penerus kepemimpinan sang ayah, Daeng Ibrahim.
Temenggung
Abu Bakar adalah seorang tokoh Kesultanan Johor yang amat bijaksana. Ia telah
berjasa memajukan Kesultanan Johor dan mengubah nama Tanjung Puteri atau
Iskandar Puteri menjadi Johor Bahru. Pada masa kepemimpinanya, ia memberikan
kesempatan kepada orang Cina untuk membuka lahan pertanian berupa gambir
(gambier) dan lada (pepper), termasuk kepada Wong Ah
Fook melalui sistem Kangcu.
Keberadaan
situs agama Islam bernama Masjid Sultan Abu Bakar merupakan salah satu bukti
peninggalan sejarah yang cukup penting bagi masyarakat Johor Bahru yang
menunjukkan masa kejayaan dan kebesaran Kesultanan Johor. Masjid ini pun
menjadi salah satu bangunan tertua di Johor Bahru. Terletak di atas bukit yang
berdekatan dengan Pantai Lido atau kira-kira 1 (satu) kilometer dari Selat
Tebrau yang memisahkan daratan Malaysia dan Singapura.
Pembangunan
masjid dimulai sejak instruksi sang sultan pada tanggal 26 Juli 1891 pada saat
ibukota Kesultanan Johor dipindah dari Teluk Belangga di Singapura ke Tanjung
Puteri, sebuah kampung nelayan di selatan Semenanjung Malaya yang kemudian
berubah nama menjadi Johor Bahru, yang kemudian ditindaklanjuti dengan proses
awal pembangunan pada tahun 1892 dan memakan waktu sekitar 8 (delapan) tahun.
Pendanaan pembangunan masjid ini konon mencapai angka 400 Ringgit Malaysia.
Peresmian masjid dilakukan oleh putra Sultan Abu Bakar yang bernama Sultan
Ibrahim Ibni Abu Bakar pada tahun 1900 karena Sultan Abu Bakar sendiri telah
meninggal dunia sebelum proses pembangunan masjid tersebut selesai.
Keunikan
bangunan ini adalah adanya percampuran gaya arsitektur muslim India, Persia,
dan Eropa Klasik. Banyak yang mengatakan bahwa menara masjid menyerupai menara
pengawas pada bangunan di Kerajaan Inggris. Layout masjid berbentuk segi empat
dimana sisi kiblatnya lebih panjang. Ruang utama sholat ditutup oleh atap
berbentuk limas tunggal tak bertumpuk.
Masjid
ini memiliki 4 (empat) menara bergaya Victoria yang berada di setiap sisi
bangunan. Menara di sisi utara menyatu dengan pintu masuk utama sedangkan yang
lainnya berada di sisi timur yang menghadap ke Pantai Lido, serta pada sisi
kiblat dan sisi selatan. Denah pondasi menara berbentuk segi empat bujur
sangkar yang menjorok keluar dari ruang utama sholat.
Meski
usia masjid saat ini sudah mencapai 120 (seratus dua puluh) tahun, namun
kondisi bangunan masih terlihat bagus dan terawat. Interior dan eksterior
bangunan beserta fasilitas yang ada boleh dikatakan masih sangat baik dan
terjaga kebersihannya. Pengunjung non muslim dapat mengunjungi area masjid
namun tidak diperbolehkan masuk ke ruangan di dalam. Bagi Anda yang ingin
mengunjungi masjid yang satu ini dapat mengarahkan GPS atau taksi atau
kendaraan pribadi menuju Jalan Gertak Merah, Masjid Sultan Abu Bakar, 80000
Johor Bahru, Johor, Malaysia.