Johor
Bahru (atau orang Batam dan Indonesia biasanya menyebut Johor Baru) adalah ibu
kota negara bagian Johor, Malaysia, yang secara geografis berada di ujung paling
selatan Semenanjung Malaya.
Letaknya
yang strategis (karena berbatasan langsung dengan Singapura dan Indonesia)
menyebabkan negara bagian ini memiliki aktivitas atau geliat perekonomian yang
sangat sibuk.
Maka
ketika saya berkunjung ke Johor Bahru dalam rangka mengantar anak melakukan
pengecekan kesehatan di KPJ
Puteri Specialist Hospital, kesempatan tersebut saya gunakan juga untuk
mencoba mencari tahu sejarah Johor Bahru itu sendiri. Tempat yang paling tepat
untuk dikunjungi dalam upaya mendapatkan informasi tersebut adalah Chinese Heritage Museum yang kebetulan
tidak jauh lokasinya dari tempat kami menginap.
Sebelum
sampai tepat di depan museum dengan berjalan kaki dari hotel menginap, kami
melewati jalan yang di ujung masuknya terdapat gapura bertuliskan “Laluan
Kebudayaan Tan Hiok Nee”. Lorong itu bernama Jalan Tan Hiok Nee yang lalu
lintasnya hanya berlaku 1 (satu) arah karena lebar jalan yang relatif sempit.
Posisi jalan ini berada di ujung belokan ke arah selatan dari sepanjang Jalan
Wong Ah Fook yang membelah pusat ekonomi dan perdagangan Johor Bahru. Dari
nama-nama jalan yang berbau Cina ini saja dapat dipahami bahwa Johor Bahru
sangat erat kaitannya dengan negara panda tersebut.
Nah,
tidak jauh melangkah ke Jalan Tan Hiok Nee, terdapat deretan toko lama yang
pada dinding bangunannya tertera semacam summary atas sejarah kedatangan bangsa
Tiongkok ke Johor Bahru. Di situ disebutkan beberapa keterangan bertuliskan
bahasa Melayu, Mandarin, dan Inggris, yang antara lain menyatakan sebagai
berikut :
Johor juga awalnya dikenal dengan sebutan
“Hujung Tanah” karena berada di tempat paling selatan benua Asia. Sejak
pertengahan abad ke-19 di bawah pentadbiran Temenggung Ibrahim dan Sultan Abu
Bakar yang arif bijaksana, ramai orang Cina datang ke Johor, meneroka tanah
untuk menanam gambir di bawah sistem kangcu yang istimewa, memajukan Johor ke
dalam sebuah negeri yang kaya. Jalan Tan Hiok Nee adalah sebatang jalan
bersejarah untuk memperingati Kangcu dan pemimpin Cina, Tan Hiok Nee.
Di bawah Sistem Kangcu, kepala kangcu
biasanya akan menyediakan bangsal/bengkel gambir atau rumah besar di kangkar.
Kawasan kang itu biasanya dinamakan dengan nama keluarga kangcu, misalnya Tan
Chu Kang, Ng Chu Kang, Tay Chu Kang, dan sebagainya.
Kebanyakan kangcu Johor terdiri daripada
orang Cina, cuma sedikit sahaja berusaha bersama dengan orang Melayu. Diantara
kangcu-kangcu Cina itu, kebanyakan orang Teochew. Di Johor Bahru, kangcu-kangcu
yang terkenal meliputi Tan Hiok Nee, Tan Kee Soon, Lim Ah Siang, Wong Ah Fook,
dan lain-lain.
Dari informasi yang dijumpai pada dinding di deretan toko di Jalan Tan Hiok Nee saja, kita sudah dapat memperoleh gambaran umum tentang bagaimana sejarah orang Cina datang ke Johor Bahru. Catatan sejarah yang lebih lengkap tentu saja dapat kita jumpai di Chinese Heritage Museum.