Gedung
perkuliahan Program Studi Teknik Sipil di kampus ITB (Institut Teknologi
Bandung) merupakan salah satu bangunan tertua yang berada di kompleks
pendidikan tinggi tersebut.
Kompleks
gedung Teknik Sipil mulai dibangun pada tahun 1922 dan selesai setahun kemudian
yaitu 1923 dimana terdapat 2 (dua) gedung tidak bertingkat yang berdiri
berdampingan, berdekatan dengan bangunan Aula Barat ITB.
Pada
rancangan awal, sebenarnya lokasi gedung perkuliahan Teknik Sipil tidak berada
di situ (awalnya di tempat tersebut diperuntukkan bagi Program Studi Teknik
Mesin). Namun perubahan dilakukan oleh Henri MacLaine Pont dimana lokasi
Program Studi Teknik Mesin kemudian dipindahkan ke tempat yang lain.
Gedung
perkuliahan Teknik Sipil ITB dibagi menjadi 2 (dua) bangunan utama yaitu 1
(satu) bangunan di sebelah selatan dan 1 (satu) lagi di sebelah utara. Bangunan
pertama terdiri dari 2 (dua) ruang kuliah besar yang diberi nama Ruang 3201 dan
Ruang 3202. Sedangkan bangunan di sebelah utaranya diperuntukkan sebagai ruang
gambar, ruang maket, dan ruang assisten (belakangan dipakai juga sebagai ruang
perpustakaan dan tata usaha).
Kedua
bangunan itu sampai sekarang masih ada dan berfungsi sebagaimana ruang
perkuliahan bagi mahasiswa Teknik Sipil meskipun beberapa kali mengalami
renovasi. Lalu terdapat bangunan tambahan berupa Laboratorium Rekayasa Sumber
Daya Air, Mekanika Fluida dan Hidraulika yang berlokasi di sebelah utara
bangunan kedua atau bersebelahan dengan Gedung Program Studi Fisika. Gedung
tersebut juga dipakai sebagai Sekretariat Integrated
Water Resources Management.
Dengan melihat unsur usia bangunan yang terbilang tua, maka bangunan Teknik Sipil bersama-sama dengan bangunan Aula Timur, Aula Barat, dan Fisika, menjadi bangunan bersejarah (heritage building) yang perlu dijaga eksistensinya.
Dengan melihat unsur usia bangunan yang terbilang tua, maka bangunan Teknik Sipil bersama-sama dengan bangunan Aula Timur, Aula Barat, dan Fisika, menjadi bangunan bersejarah (heritage building) yang perlu dijaga eksistensinya.
Salah satu
nilai sejarah yang tertanam di sini adalah keberhasilan Presiden RI pertama,
Soekarno, meraih gelar sarjana Teknik Sipil (Ir) pada tahun 1926 (dulunya
bernama Technische Hoogeschool atau
Sekolah Tinggi Teknik). Kabarnya hingga kini pihak kampus masih menyimpan buku
raport Ir Soekarno (semoga suatu saat dapat menyaksikan langsung dokumen
bersejarah tersebut).