Nama
Tebing Karaton a.k.a Tebing Keraton tentunya sudah begitu melekat bagi
masyarakat Bandung terutama bagi mereka yang tinggal tidak jauh dari lokasi ini
tepatnya Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Setelah
sempat memutari Desa Cimenyan, akhirnya saya mempunyai waktu untuk mengunjungi
Tebing Keraton, tempat yang sesungguhnya sudah saya incar dari awal perjalanan
menuju Bandung dari Jakarta dalam program Bandung Explorer.
Untuk sampai ke lokasi, saya menggunakan ojek online dari start pemberangkatan dari Cibeuying Kidul, Kota Bandung. Sayangnya ojek online tidak bisa menurunkan penumpang sampai di mulut pintu masuk lokasi Tebing Keraton namun hanya bisa sampai di sebuah pertigaan di bawah yaitu Warung Bandrek. Dari titik tersebut, pengunjung harus nyambung lagi memakai ojek pangkalan dengan biaya sekali jalan Rp 30.000,00 atau Rp 50.000,00 bolak-balik.
Nilai jual bagi wisatawan yang berkunjung ke sini adalah view atau pemandangan ke arah kota dari sebuah tebing yang dikelilingi pepohonan di Kompleks Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Bandung. Di lokasi dengan ketinggian sekitar 1200 mdpl ini, Anda juga dapat menikmati pepohonan pinus yang dapat dijadikan lokasi camping ground. Apabila diselimuti kabut, lokasi ini menjadi semakin menarik untuk berfoto selfie. Maka guna memperoleh hasil foto yang terbaik, Anda disarankan untuk sampai di lokasi ini di pagi hari dimana dari bibir tebing yang saat ini sudah diberi pagar pengaman, Anda akan dapat menyaksikan datangnya sunrise alias matahari terbit.
Mengapa disebut Tebing Keraton atau Tebing Karaton ?. Dari penuturan warga setempat diperoleh keterangan bahwa tebing keraton memiliki makna yang luhur berhubungan dengan keindahan alam yang mengagumkan di tempat tersebut. Nama ini mulai dikenalkan pada tahun 2014 ketika seorang warga berinisiatif membuka jalan akses di depan halaman rumahnya sampai menuju ke titik dimana terdapat tebing yang saat ini dapat dinikmati pengunjung.
Untuk dapat menikmati lokasi wisata ini, setiap pengunjung akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 15.000,00 per orang. Setelah diamati, bentuk dan besaran nilai tiket masuk ini sama dengan tiket masuk Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda jika Anda masuk dari pintu masuk pos bawah. Meski sewaktu saya ke sana belum mencoba trek dari Tebing Keraton ke spot lain di kawasan arah bawah namun saya menduga ada jalan setapak yang dapat dilalui pengunjung sehingga secara ideal, jika Anda ingin meng-eksplore Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda maka Anda dapat memulai trekking dari Tebing Keraton sebagai titik paling atas. Ke arah bawah Anda akan dapat menemui sejumlah lokasi wisata lain yang masih berada di kawasan Tahura Ir H Djuanda seperti Curug Omas Maribaya, Goa Belanda, Goa Jepang, dan seterusnya.
Untuk sampai ke lokasi, saya menggunakan ojek online dari start pemberangkatan dari Cibeuying Kidul, Kota Bandung. Sayangnya ojek online tidak bisa menurunkan penumpang sampai di mulut pintu masuk lokasi Tebing Keraton namun hanya bisa sampai di sebuah pertigaan di bawah yaitu Warung Bandrek. Dari titik tersebut, pengunjung harus nyambung lagi memakai ojek pangkalan dengan biaya sekali jalan Rp 30.000,00 atau Rp 50.000,00 bolak-balik.
Nilai jual bagi wisatawan yang berkunjung ke sini adalah view atau pemandangan ke arah kota dari sebuah tebing yang dikelilingi pepohonan di Kompleks Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Bandung. Di lokasi dengan ketinggian sekitar 1200 mdpl ini, Anda juga dapat menikmati pepohonan pinus yang dapat dijadikan lokasi camping ground. Apabila diselimuti kabut, lokasi ini menjadi semakin menarik untuk berfoto selfie. Maka guna memperoleh hasil foto yang terbaik, Anda disarankan untuk sampai di lokasi ini di pagi hari dimana dari bibir tebing yang saat ini sudah diberi pagar pengaman, Anda akan dapat menyaksikan datangnya sunrise alias matahari terbit.
Mengapa disebut Tebing Keraton atau Tebing Karaton ?. Dari penuturan warga setempat diperoleh keterangan bahwa tebing keraton memiliki makna yang luhur berhubungan dengan keindahan alam yang mengagumkan di tempat tersebut. Nama ini mulai dikenalkan pada tahun 2014 ketika seorang warga berinisiatif membuka jalan akses di depan halaman rumahnya sampai menuju ke titik dimana terdapat tebing yang saat ini dapat dinikmati pengunjung.
Untuk dapat menikmati lokasi wisata ini, setiap pengunjung akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 15.000,00 per orang. Setelah diamati, bentuk dan besaran nilai tiket masuk ini sama dengan tiket masuk Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda jika Anda masuk dari pintu masuk pos bawah. Meski sewaktu saya ke sana belum mencoba trek dari Tebing Keraton ke spot lain di kawasan arah bawah namun saya menduga ada jalan setapak yang dapat dilalui pengunjung sehingga secara ideal, jika Anda ingin meng-eksplore Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda maka Anda dapat memulai trekking dari Tebing Keraton sebagai titik paling atas. Ke arah bawah Anda akan dapat menemui sejumlah lokasi wisata lain yang masih berada di kawasan Tahura Ir H Djuanda seperti Curug Omas Maribaya, Goa Belanda, Goa Jepang, dan seterusnya.