Sesar
Lembang yang melewati Tebing Keraton dan desa terdekat di dalamnya menjadikan
tempat ini menyimpan sejuta bahaya bencana dibalik keindahan alamnya yang
menawan.
Pengunjung Tebing Keraton yang berada di bagan sisi atas dari Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda mungkin tidak begitu menyadari bahwa di bawah anjungan tempat mereka berpijak sebenarnya terdapat jalur sesar atau patahan yang sewaktu-waktu akan bergerak hebat saat terjadi gempa bumi.
Jika bencana itu benar-benar terjadi maka akibatnya menjadi sangat fatal. Beberapa desa yang berdekatan dengan Tebing Keraton juga otomatis akan menerima dampak yang mematikan apabila terjadi gempa bumi yang dipicu dari pergerakan Sesar Lembang ini, termasuk Desa Cimenyan yang sebagian besar penduduknya hidup dari lahan pertanian.
Sesar
Lembang sendiri memiliki panjang sekitar 29 (dua puluh sembilan) kilometer yang
membentang dari arah barat ke timur di wilayah Bandung dan sekitarnya, dimulai
dari Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, hingga Kabupaten Bandung. Di titik
pandang Tebing Keraton sendiri terdapat rambu Sesar Lembang (Lembang Fault)
yang tepat berada di KM 21 dari titik 0 di sebelah barat.
Diperkirakan,
pergeseran awal Sesar Lembang dari bagian timur bertepatan dengan pembentukan
kaldera setelah letusan gunung sunda purba yang terjadi sekitar 100.000 tahun
lalu, sementara di bagian barat bergeser pada 24.000 tahun yang lalu.
Maka di keberadaan Sesar Lembang sebagai tempat wisata favorit wisatawan lokal maupun mancanegara dapat menjadi ancaman serius akibat dari bahaya alam yang sewaktu-waktu mengancam warga di sekitarnya, sementara Kota Bandung sendiri terletak pada suatu cekungan bersedimen yang memiliki karakteristik kecepatan rambat gelombang geser yang rendah sehingga gelombang gempa dapat mengalami penguatan ketika melewati medium yang memiliki karakteristik seperti itu.
Pada papan rambu Sesar Lembang yang terpasang di Tebing Keraton terdapat QR Code sehingga dari hasil pemindaian ke perangkat smartphone, pengunjung dapat memperoleh informasi yang lengkap mengenai sesar ini. Harapannya, para pengunjung yang datang tidak hanya disuguhi view indah Kota Bandung dari atas, namun juga akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai kebencanaan di daerah tersebut. Penandaan rambu itu sendiri merupakan hasil program Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana 1 (satu) rambu diantara 30 (tiga puluh) total rambu sudah ditanam di Tebing Keraton.
Maka di keberadaan Sesar Lembang sebagai tempat wisata favorit wisatawan lokal maupun mancanegara dapat menjadi ancaman serius akibat dari bahaya alam yang sewaktu-waktu mengancam warga di sekitarnya, sementara Kota Bandung sendiri terletak pada suatu cekungan bersedimen yang memiliki karakteristik kecepatan rambat gelombang geser yang rendah sehingga gelombang gempa dapat mengalami penguatan ketika melewati medium yang memiliki karakteristik seperti itu.
Pada papan rambu Sesar Lembang yang terpasang di Tebing Keraton terdapat QR Code sehingga dari hasil pemindaian ke perangkat smartphone, pengunjung dapat memperoleh informasi yang lengkap mengenai sesar ini. Harapannya, para pengunjung yang datang tidak hanya disuguhi view indah Kota Bandung dari atas, namun juga akan memperoleh tambahan pengetahuan mengenai kebencanaan di daerah tersebut. Penandaan rambu itu sendiri merupakan hasil program Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dimana 1 (satu) rambu diantara 30 (tiga puluh) total rambu sudah ditanam di Tebing Keraton.