Salah
satu spot menarik yang berada di dalam Kompleks Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H
Djuanda, Bandung, namun memiliki jarak perjalanan terjauh dan terlama jika
diukur dari Pintu Masuk Pos I adalah Curug Omas Maribaya.
Jika
Anda memiliki dengkul yang kuat dan nafas yang tak cepat ngos-ngosan maka Anda
layak mencoba melakukan trekking ke arah atas Komplek Taman Hutan Raya Ir H
Djuanda Bandung dari sejak Pintu Masuk Pos I atau dari arah bawah lainnya.
Papan petunjuk menyebutkan bahwa jarak curug ini dari Goa Belanda adalah
sekitar 3,5 kilometer.
Dengan
jalan yang semakin menanjak, meskipun tidak curam, dipastikan jalur ini bakal
menguras tenaga dan fisik pengunjung Taman Hutan Raya Ir H Djuanda. Ketika saya
mencoba mengambil tantangan ini pun lumayan diperlukan konsistensi semangat
dengan dilengkapi stamina yang prima. Meskipun demikian saya perlu melakukan 1
(satu) kali istirahat (makan siang) di sebuah warung makan yang berdiri di
jalur trekking tersebut. Tak banyak pengunjung yang mencoba berjalan kaki
menuju Curug Omas Maribaya ini kecuali terlihat satu dua anak muda yang
ditemani pasangannya.
Namun
sembari melangkahkan kaki, Anda dapat menikmati suasana hutan yang jauh dari
hiruk pikuk keramaian manusia. Disamping itu kita juga dapat men-tadabbur-i keindahan ciptaan Allah SWT.
Maka dengan kesabaran yang tinggi meski terjadi kepenatan yang luar biasa selama
melakukan trekking akan terbayar ketika pengunjung berhasil memasuki lokasi
curug yang suaranya menggelegar karena airnya jatuh dari jarak yang lumayan
tinggi.
Inilah
Curug Ciomas Maribaya yang keberadaannya “menyingkirkan” eksistensi sejumlah
curug lain yang berada di sepanjang jalur trekking Taman Hutan Raya Ir H
Djuanda Bandung yaitu Curug Koleang, Curug Kidang, dan Curug Lalay.
Air
terjun Curug Omas Maribaya diperkirakan berasal dari aliran lava basalt yang
membeku dengan membentuk tingkat-tingkat setinggi kurang lebih 30 meter
sehingga ketika dialiri air dari mata air di atasnya menjadikan aliran air yang
indah. Curug Omas Maribaya juga merupakan sebuah titik pertemuan dari 2 (dua)
aliran sungai yaitu Sungai Cikawari dan Sungai Cigulun dimana penyatuan 2 (dua)
aliran tersebut kemudian menjadi sebuah aliran sungai yang bernama Sungai
Cikapundung Hulu.
Belum
ada informasi akurat yang dapat dijadikan acuan mengenai asal usul nama Curug
Omas Maribaya namun dalam Kamus Sunda Lama, omas
diartikan sebagai bilangan 400 dan sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang
berjumlah banyak. Jika jumlahnya lebih banyak lagi maka akan disebut dengan
domas (dari “dua omas”).
Sayangnya tidak (atau : belum) ditemukan akses jalan setapak menuju dasar sungai yang berdekatan dengan aliran air terjun Curug Omas Maribaya sehingga pengunjung hanya cukup puas menikmati keindahan curug tersebut dari arah jembatan.
Sayangnya tidak (atau : belum) ditemukan akses jalan setapak menuju dasar sungai yang berdekatan dengan aliran air terjun Curug Omas Maribaya sehingga pengunjung hanya cukup puas menikmati keindahan curug tersebut dari arah jembatan.