Jalan-jalan
atau traveling memang dapat menjadi
aktivitas yang mengasyikkan terutama bagi mereka yang suka mengunjungi
tempat-tempat baru. Namun dalam situasi tertentu kadang traveler harus dihadapkan pada pilihan : (1) bepergian sendiri,
atau (2) bepergian secara berkelompok.
Menurut saya, tidak ada jawaban pilihan yang paling benar diantara 2 (dua) pilihan tersebut di atas. Dalam arti, tidak selalu bepergian sendiri (solo traveling) adalah pilihan yang keliru, begitu juga sebaliknya, bepergian secara berkelompok (group traveling) juga tidak selalu merupakan keputusan yang paling baik. Masing-masing memiliki alasan yang berbeda dan bisa jadi dilatarbelakangi oleh hal-hal spesifik yang dimiliki setiap traveler.
Sebagai
contoh, saya cenderung lebih memilih bepergian secara sendirian (solo traveling) jika prasarat utamanya
terpenuhi yaitu lokasi tujuan dan rute perjalanannya dapat dianalisa meskipun
tidak 100% dapat diprediksi dengan benar. Sebagai contoh, baru-baru ini saya
melakukan perjalanan sendiri ke suatu kawasan wisata di daerah Cianjur dimana
sebelumnya saya belum pernah mengunjungi lokasi tersebut. Sementara beberapa
info yang diperoleh baik dari teman maupun googling di internet tidak secara penuh
dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang lokasi dan tata cara menuju ke
tempat tersebut. Apalagi moda transportasi yang saya gunakan selama menjadi solo traveler lebih banyak berupa public transportation (maklum, tidak ada
kendaraan pribadi yang saya pakai). Sangat berbeda apabila seorang traveler memiliki kendaraan pribadi,
cukup men-setting GPS pun, hampir dikatakan 75% persoalan rute perjalanan akan
teratasi.
Nah,
ketika prasarat utamanya terpenuhi yaitu terdapat tingkat keyakinan bahwa
lokasi tujuan bepergian dan rute perjalanan bisa diprediksi maka saya akan
mengambil option pertama : bepergian sendiri. Kalkulasi-kalkulasi penyelesaian
masalah seandainya terjadi mismatch
atau misprediction sudah diusahakan
tergambarkan terlebih dahulu. Namun sebaliknya, jika tingkat keyakinan terhadap
hal ini benar-benar 0% maka saya lebih baik mengurungkan niat untuk berangkat
sendirian.
Lalu,
apa sebenarnya yang menyebabkan saya lebih nyaman melakukan perjalanan sendiri
(solo traveling) ?. Ada beberapa
pertimbangan yang mendasarinya, diantaranya sebagai berikut :
1. Melatih
mandiri
Dengan melakukan
perjalanan sendirian, kita akan belajar untuk menyesuaikan diri dengan alokasi
biaya, waktu, dan tenaga. Alokasi biaya bisa kita sesuaikan dengan budget yang
ada maupun style kita masing-masing.
Misal dengan merencakan untuk menggunakan moda transportasi umum seperti
angkot, kereta api, bus umum, dan sejenisnya, akan dapat menghemat anggaran
perjalanan. Sedangkan dari aspek manajemen waktu, kita dapat mempersiapkan dan
mengatur itinerary atau schedule perjalanan sesuai kehendak kita
sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Apalagi untuk tipe-tipe orang
yang ingin menepati janji waktu yang ditetapkan maka menjadi riskan jika harus
bepergian dengan orang lain secara berkelompok. Yang biasanya terjadi,
orang-orang yang bertipe on-time
terpaksa harus berkorban menunggu kedatangan orang lain yang tidak berusaha
menepati janji waktunya. Selain itu, kemandirian juga dapat tumbuh dengan
melihat kondisi bahwa ketiadaan travel
mate akan memaksa seorang solo
traveler untuk berusaha mencari tahu hal-hal yang belum diketahuinya selama
dalam perjalanan. Ia akan berusaha bertanya kepada orang yang dijumpainya di
jalan, saat mampir makan siang di kedai makan, atau bertanya kepada penduduk
setempat. Kebiasaan ini dapat menjadi nilai positif bagi solo traveler dalam melatih kemampuan menjalin komunikasi dengan
orang-orang yang dijumpainya di tengah perjalanan.
2. Menemukan
jati diri
Melakukan solo traveler menjadi tantangan
tersendiri terhadap bagaimana cara kita melakukan pengendalian diri dan dalam
menghadapi sejumlah pilihan saat di tengah perjalanan. Kita juga dapat
melakukan introspeksi diri (muhasabah)
ketika melihat atau menjumpai berbagai fenomena yang terjadi selama perjalanan.
Sebagai contoh, mungkin saja kita akan berjumpa dengan orang-orang yang harus
mengorek-ngorek sisa-sisa makanan di tempat sampah karena ke-papa-an orang yang
kurang beruntung. Maka tentunya kita saat itu akan berusaha memanjatkan rasa
syukur yang mendalam karena nasib kita tidak lebih jelek dari orang itu. Saat
kita sedang berjalan kaki di suatu lokasi baru dan ternyata menemukan jalan
buntu, kita akan diajari bagaimana untuk menjadi orang yang sabar dan tak mudah
berputus asa. Nah, penemuan jati diri ini biasanya akan mudah dilakukan apabila
kita berada jauh dari orang-orang terdekat yang kita kenal karena di saat itu
hanya ada kita dan Sang Maha Pencipta.
3. Menemukan
kebebasan
Kebebasan di sini tentu
saja kebebasan dalam arti yang positif, karena bisa saja, ketiadaan partner
perjalanan akan membuat kita menjadi terpancing untuk melakukan hal-hal
negatif. Kebebasan yang menjadi nilai positif bagi solo traveler adalah kebebasan manakala tidak ada orang lain yang
akan mengatur jadwal perjalanan kita, kapan harus bangun untuk siap-siap
berangkat, kapan harus sarapan atau makan siang, apakah berhenti sejenak di
tengah perjalanan atau langsung menuntaskan sisanya, dan sebagainya. Dan justru
dari aspek ini, yang saya alami adalah hal-hal tak terduga lainnya yang membuat
memori perjalanan menjadi lebih menarik dan amazing
untuk diingat. Sebagai contoh, ketika pada sebuah lokasi titik persimpangan di suatu
jalur tea walk, saya sempat ragu
apakah akan mencoba melangkah sekitar 250 meter ke depan dan melihat apa yang ada
di sana, ataukah balik badan daripada langkah kaki makin menjauh. Ketika saya
mencoba mengambil pilihan pertama ternyata didapati sebuah spot yang sangat lumayan indah untuk berfoto-foto dan mengambil video
di tengah-tengah perkebunan teh yang luas dengan pemandangan yang luar biasa
menakjubkan. Nah, jika saat itu ada partner perjalanan lain yang memiliki
keinginan berbeda, tentu saja hal-hal menarik di luar dugaan itu belum tentu akan
didapatkan.
Nah,
kekurangan pada jenis perjalanan sendirian atau solo traveler secara umum juga ada 3 (tiga) yaitu :
1. Ketiadaan
teman perjalanan
Secara sosial, ketika
bepergian sendirian maka perjalanan menjadi sepi, namun jika ada partner perjalanan secara berdua atau berkelompok maka ada teman yang
bisa diajak untuk ngobrol dan bercanda tawa guna mengusir kejenuhan. Disamping itu ada teman berdiskusi untuk
mengambil sebuah pilihan saat di tengah perjalanan muncul beberapa alternatif
penyelesaian masalah.
2. Biaya
perjalanan ditanggung sendiri
Dengan melakukan solo traveling, biaya perjalanan menjadi lebih besar dimana dengan berkelompok, biaya yang keluar tersebut akan dapat
dipikul bersama dengan sistem cost sharing.
3. Tidak bisa meminta tolong kawan mengambilkan
foto-foto diri sendiri maupun titip tas ketika harus ke toilet
Bepergian sendirian kadang menjadikan kesulitan bagi solo traveler ketika ingin mengabadikan foto
diri sendiri. Meminta orang lain untuk memfotokan kita juga tidak bisa
dilakukan sewaktu-waktu. Berbeda halnya jika ada partner perjalanan, meminta bantuan seperti itu menjadi lebih mudah dilakukan. Begitu juga dengan tas dan barang
bawaan lain yang jika dalam solo traveling terpaksa harus terus dipegang atau digendong sendiri di pundak ke mana pun pergi sehingga dapat mempercepat rasa lelah dan penat.
So, itulah kelebihan dan kekurangan jika kita
bepergian secara sendirian atau solo
traveler. Anda sendirilah yang tentunya akan mengambil keputusan apakah
akan lebih memilih menjadi solo traveler
atau group traveler. Preferensi atas pilihan tipe itu sedikit banyak merupakan cermin dari kepribadian Anda sendiri.