Dalam
setiap era kenabian selalu saja terdapat rintangan yang menghadang langkah
dakwah masing-masing nabi dan rasul tersebut.
Hal
ini sesuai dengan Sabda Nabi, “Orang yang
paling besar ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shaleh, kemudian
berikutnya dan berikutnya. Seseorang diuji berdasarkan ukuran kadar
keimanannya. Kalau keimanannya sangat kuat maka Allah tambah ujiannya. Jika ia
tegar tatkala menghadapi ujian, Allah tambah ujiannya, dan tatkala imannya
lemah maka Allah akan ringankan ujiannya”.
Tentu
saja banyak peristiwa menyakitkan yang pernah dihadapi Rasulullah SAW dalam
rangka memperjuangkan dakwah Islam. Namun dalam tulisan ini saya hanya
merangkum 3 (tiga) kejadian saja diantara banyak kejadian tersebut.
Dari beberapa kejadian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pendakwah Islam pasti harus menghadapi sejumlah cobaan dan ujian, baik hanya secara lisan maupun berupa serangan fisik. Maka ketika tubuh dan hati tersakiti, boleh saja mendoakan orang yang berbuat dzalim agar ditimpakan sesuatu yang jelek. Meskipun demikian, Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan gangguan tersebut lebih memilih bersabar dan menolak untuk mendoakan kejelekan dan sebaliknya, memilih untuk memberikan doa kebaikan bagi mereka.
1. Nabi Muhammad SAW Dilempar Kotoran Unta Saat Sholat
Kejadian ini tentu saja menyakitkan hati baginda Nabi dan pengikutnya saat itu dimana terdapat salah satu sahabatnya yang menyaksikan langsung peristiwa itu, dialah Ibnu Mas’ud. Pada saat itu ada tokoh kafir Quraisy bernama Abu Jahal yang menyaksikan Nabi SAW tengah melaksanakan sholat di dekat ka’bah. Lalu Abu Jahal membuat sayembara, “Tidakkah ada seorang laki-laki yang mau mengambilkan kotoran unta dari Bani Fulan, lalu ia mau melemparkannya kepada Muhammad yang sedang sholat itu ?”.
Tak lama, berdirilah Uqbah bin Abi Mu’aith yang datang dengan membawa kotoran unta dan langsung melemparkannya kepada Rasulullah SAW yang sedang dalam posisi sujud. Beliau tidak berdiri dari sujud sampai datang putri beliau, Fatimah binti Muhammad (atau yang lebih dikenal sebagai Fatimah Az-Zahra) untuk membersihkan kotoran dari punggung dan sekujur tubuh ayahnya. Saking terasa menyakitkan atas perlakuan yang biadab itu, Rasul sampai melafadzkan doa yang berisi laknat kepada orang yang melakukan perbuatan tersebut.
2. Leher Nabi SAW Dijerat Sarung
Upaya para kafir Quraisy terus berlanjut. Dalam kesempatan lain, Uqbah bin Abi Mu’aith kembali berulah. Kali ini disaksikan oleh Abdullah bin ‘Amr yang berkata, “Saya telah melihat Uqbah bin Abi Mu’aith datang kepada Nabi SAW dalam keadaan beliau sedang sholat, kemudian tiba-tiba Uqbah melilitkan sarungnya ke leher Rasul SAW lalu menariknya dengan keras. Untung saja datang Abu Bakar yang kemudian menolong Nabi SAW”. Abu Bakar berteriak kepada Uqbah dan orang-orang kafir yang menyaksikan peristiwa itu, “Apakah kalian akan membunuh seorang hanya karena berkata Rabbnya adalah Allah dan dia telah datang dengan bukti-bukti yang nyata dari Rabbnya ?!”.
3. Nabi SAW Dilempari Batu Saat Hijrah ke Thaif
Peristiwa dahsyat yang menimpa diri Rasul SAW terjadi saat beliau bersama sejumlah sahabat terpaksa melakukan hijrah ke Thaif karena pasca meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, tekanan dan intimidasi kaum Quraisy semakin kuat dan menjadi-jadi. Maka mulailah Rasul mencari tempat baru sebagai alternatif tempat mengembangkan syariat Islam dan Thaif diputuskan sebagai tempat baru tersebut. Sayangnya kedatangan Rasul ke sana tidak disambut baik oleh para pembesar Thaif. Yang terjadi adalah penolakan atas dakwah Nabi SAW. Lalu pada saat Rasul memutuskan untuk meninggalkan Thaif, terjadilah pelemparan batu oleh orang-orang Thaif, termasuk anak-anak. Zaid bin Haritsah yang menyertai Nabi pun harus menjadi tameng pelindung bagi beliau meskipun pada akhirnya Nabi SAW tetap terkena lemparan batu, begitu juga dengan tubuh Zaid yang banyak terluka. Lemparan batu yang diarahkan ke Rasul mengenai pembuluh darah di atas tumit Rasul sehingga darah mengucur keluar sampai-sampai sandal beliau SAW berlumuran darah.
Keduanya berhasil melarikan diri lalu beristirahat di sebuah kebun milik Utbah bin Rabi’ah. Saat memlanjutkan perjalanan kembali ke Mekkah karena terusir dari tanah Thaif, tibalah keduanya di Qarnul Manazil. Di sinilah rasa penderitaan dan nestapa yang menimpa Rasul berada dalam puncaknya yang sudah tidak tertahankan lagi. Rasul SAW lalu mengalihkan wajahnya ke langit, lalu dilihatnya awan bergerak dan tiba-tiba muncul Malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung. Lalu Jibril berkata, “Wahai Muhammad, apakah engkau mau jika aku timpakan dua gunung kepada mereka. Jika kau mau maka aku akan lakukan itu”. Bagaimana sikap Rasul atas tawaran tersebut ?. “Jangan. Walaupun orang-orang ini tidak dapat menerima ajaran Islam namun siapa tahu atas kehendak Allah SWT, suatu saat anak-anak keturunan mereka akan menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya”.
Dari beberapa kejadian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap pendakwah Islam pasti harus menghadapi sejumlah cobaan dan ujian, baik hanya secara lisan maupun berupa serangan fisik. Maka ketika tubuh dan hati tersakiti, boleh saja mendoakan orang yang berbuat dzalim agar ditimpakan sesuatu yang jelek. Meskipun demikian, Rasulullah SAW dalam menghadapi cobaan dan gangguan tersebut lebih memilih bersabar dan menolak untuk mendoakan kejelekan dan sebaliknya, memilih untuk memberikan doa kebaikan bagi mereka.