Monumen
Nasional atau lebih dikenal dengan sebutan Monas merupakan ikon termegah yang
ada di ibukota Republik Indonesia, Jakarta. Maka tidak ada pilihan lain bagi pengunjung yang sedang
berada di Jakarta untuk wajib mengunjungi tempat yang satu ini.
Monas
yang berdiri tegak menjulang di tengah-tengah Lapangan Merdeka merupakan hasil
gagasan presiden pertama RI, Ir Soekarno. Ia menginginkan bangunan monumental
layaknya Menara Eiffel di Perancis yang sangat terkenal itu. Maka pada tanggal 17
Agustus 1955 dibuatlah sayembara rancangan monumen dimana hasil karya Frederich
Silaban menjadi satu-satunya desain yang paling mendekati keinginan sang
presiden. Desain awal itu kemudian dilanjutkan oleh RM Soedarsono dengan
memperhatikan aspek filosofi kebangsaan dimana tinggi cawan dari halaman
mencapai 17 meter, lebar dasar monumen 8 meter, dan lebar halaman cawan 45
meter, yang semuanya mencerminkan angka 17-8-45 yang merupakan angka keramat bagi sejarah kemerdekan bangsa Indonesia.
Pembangunan
Monas dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di atas lahan seluas 80 ha di
tengah-tengah Jalan Medan Merdeka. Meskipun sempat tersendat karena adanya
peristiwa G30S pada tanggal 30 September 1965, pembangunannya akhirnya dapat
diselesaikan pada tahun 1975 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal
12 Juli 1975.
Jika
kita lihat sekilas bentuk Monas, desain cawannya menyerupai bangunan Lingga-Yoni
dimana dalam agama Hindu, Lingga
merupakan simbol Dewa Syiwa dalam bentuk alat kelamin laki-laki, sedangkan Yoni
merupakan lambang kesuburan yang disimbolkan dengan alat kelamin perempuan.
Jam
buka Monas dimulai pukul 08.00 sd 22.00 setiap hari Selasa sd Minggu, sementara
hari Senin lokasi ini ditutup untuk pengunjung. Harga tiket masuk dibagi 2
(dua) jenis : jika sampai cawan saja dikenakan biaya Rp 2.000,00 untuk
anak-anak dan Rp 5.000,00 untuk dewasa, sedangkan jika ingin naik sampai ke
atas puncak monumen dikenakan biaya tambahan Rp 2.000,00 untuk anak-anak dan Rp
10.000,00 untuk dewasa. Sayangnya saat saya mencoba membeli karcis masuk,
petugas loket mengarahkan saya untuk membeli kartu Jakcard dimana saldonya
tidak bisa di-refund. Akhirnya saya tidak tertarik lagi untuk masuk ke dalam untuk menaiki Monas lalu balik badan. Saya pun hanya cukup puas mengambil foto-foto Monas dari luar pagar.