Bercerita
tentang "Sarung untuk Bapak", saya jadi teringat dengan salah satu kota di Jawa Tengah yang
terkenal sebagai produsen utama merk-merk sarung terkenal di Indonesia yaitu
Kota Pekalongan.
Selain dikenal sebagai kota penghasil sarung dengan merk premium seperti sarung cap Mangga, Gajah Duduk, Wadimor, dan lain-lain, kota ini memiliki kehebatan lain yang menonjol yaitu kehidupan masyarakatnya yang cukup religius. Pengajian-pengajian di berbagai masjid biasanya dipadati oleh umat muslim dari berbagai kalangan.
Jika Anda berkunjung ke kota ini, jangan lupa untuk mengunjungi salah satu peninggalan peradaban Islam yaitu sebuah masjid yang berada di tengah-tengah Kota Pekalongan. Masjid itu dinamai Masjid Agung Al Jami dimana sebelum tahun 1968, masjid ini bernama Masjid Besar Pekalongan. Atas saran dari Habib Ali bin Ahmad Alatas namanya kemudian diubah menjadi Masjid Al Jami Pekalongan.
Menurut
sejarah, masjid ini dibangun pada tahun 1852 oleh Raden Arjo Wirijo Tumenggung
Adinegoro yang merupakan bupati Pekalongan ke-tiga. Pada tahun 1933, seorang
muslim bernama Sayyid Husein bin Ahmad bin Syahab memberikan bantuan penuh
untuk pembangunan sebuah menara yang tingginya mencapai 27 meter.
Pintu utama
masjid berada berhadapan dengan alun-alun Kota Pekalongan yang berupa bangunan
gapura berbentuk segi empat dengan menara dan kubah kecil di setiap sudutnya.
Sementara pada bagian atas bangunan utama masjid ditutup dengan atap berbentuk
limasan tumpang. Secara umum desain arsitektur masjid ini merupakan gabungan
antara gaya tradisional Jawa Tengah dengan Timur Tengah.