Hari
Rabu tanggal 17 Juli 2019, kawan kantor mengirim WA ke saya tentang acara Lebaran Betawi
yang akan diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama 3 (tiga)
hari yaitu tanggal 19 sd 21 Juli 2019 di Lapangan Monas Jakarta.
Mendengar
adanya perhelatan akbar tersebut, saya langsung tertarik untuk mencoba mendatangi kegiatan yang rutin diselenggarakan oleh Bamus (Badan Musyawarah) Betawi bekerja sama dengan Pemprov DKI itu. Kali ini gelaran ke-12 tidak dilakukan di Setu Babakan, Jagakarsa namun dipindahkan ke kompleks Monas dengan pertimbangan demi kemudahan
aksesibilitas bagi para warga dan masyarakat yang ingin hadir dalam acara
tersebut.
Tradisi yang sudah dikembangkan sejak tahun 2008 ini merupakan ajang silaturahmi masyarakat Jakarta demi menjaga persatuan para warganya. Disamping itu, melalui ajang ini diharapkan budaya tradisi Betawi akan tetap dapat dilestarikan dan dipertahankan dari generasi ke generasi.
Selama 3 (tiga) hari pelaksanaan Lebaran Betawi itu kita dapat menyaksikan berbagai macam bentuk rumah tradisional Betawi beserta para penjaganya yang memakai pakaian khas Betawi : stelan kemeja koko dan celana hitam plus peci hitam bagi laki-laki dan stelan kemeja putih dan rok batik bagi perempuan, terlihat gagah-gagah bak pahlawan dan cantik-cantik bagai bidadari. Aksesoris dan pernak-pernik berbau Betawi juga sangat kental di lokasi acara seperti kehadiran patung ondel-ondel baik model laki-laki maupun perempuan yang didandani dengan aneka desain pakaian yang mencolok.
Acara yang secara resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta ini menampilkan pula sejumlah atraksi panggung di beberapa titik seperti tanjidor, gambang kromong, gambus, marawis, dan lain-lain. Ketika saya mengunjungi kegiatan ini pada hari Sabtu, 20 Juli 2019, lokasi acara sudah dipadati oleh lautan manusia yang juga sedang menghadiri event tersebut. Semua orang dari berbagai lapisan usia memenuhi setiap sudut anjungan yang mewakili seluruh kecamatan yang ada di Pemprov DKI Jakarta. Sejumlah patung ondel-ondel menjadi sasaran berfoto para warga, disamping suasana rumah tradisional Betawi yang diserbu pengunjung sebagai tempat berfoto ria.
Yang menarik lagi, pada sejumlah stand disediakan makanan khas Betawai secara gratis seperti soto mie Betawi, es selendang mayang, gulali Betawi, dan lain-lain. Sayangnya saya tak sempat ikut mencicipi makanan tersebut karena tidak mau terlalu lama mengikuti antrian yang mengular. Saya memilih berkeliling dari satu stand ke stand yang lain untuk berburu objek foto yang menarik untuk didokumentasikan.
Dikabarkan -saya tidak ikut menghadiri sampai akhir acara- pada hari terakhir gelaran Lebaran Betawi 2019, sebagai puncak acara diselenggarakan karnaval budaya dan sorendo-rendo yang akan diikuti oleh kurang lebih 2.000 peserta perwakilan dari 5 (lima) kota dan kabupaten di bawah wilayah Pemprov DKI Jakarta. Saya sendiri tak datang lagi di hari terakhir perhelatan karena sudah datang di hari sebelumnya sehingga tidak bisa menyaksikan acara puncak tersebut.
Tradisi yang sudah dikembangkan sejak tahun 2008 ini merupakan ajang silaturahmi masyarakat Jakarta demi menjaga persatuan para warganya. Disamping itu, melalui ajang ini diharapkan budaya tradisi Betawi akan tetap dapat dilestarikan dan dipertahankan dari generasi ke generasi.
Selama 3 (tiga) hari pelaksanaan Lebaran Betawi itu kita dapat menyaksikan berbagai macam bentuk rumah tradisional Betawi beserta para penjaganya yang memakai pakaian khas Betawi : stelan kemeja koko dan celana hitam plus peci hitam bagi laki-laki dan stelan kemeja putih dan rok batik bagi perempuan, terlihat gagah-gagah bak pahlawan dan cantik-cantik bagai bidadari. Aksesoris dan pernak-pernik berbau Betawi juga sangat kental di lokasi acara seperti kehadiran patung ondel-ondel baik model laki-laki maupun perempuan yang didandani dengan aneka desain pakaian yang mencolok.
Acara yang secara resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta ini menampilkan pula sejumlah atraksi panggung di beberapa titik seperti tanjidor, gambang kromong, gambus, marawis, dan lain-lain. Ketika saya mengunjungi kegiatan ini pada hari Sabtu, 20 Juli 2019, lokasi acara sudah dipadati oleh lautan manusia yang juga sedang menghadiri event tersebut. Semua orang dari berbagai lapisan usia memenuhi setiap sudut anjungan yang mewakili seluruh kecamatan yang ada di Pemprov DKI Jakarta. Sejumlah patung ondel-ondel menjadi sasaran berfoto para warga, disamping suasana rumah tradisional Betawi yang diserbu pengunjung sebagai tempat berfoto ria.
Yang menarik lagi, pada sejumlah stand disediakan makanan khas Betawai secara gratis seperti soto mie Betawi, es selendang mayang, gulali Betawi, dan lain-lain. Sayangnya saya tak sempat ikut mencicipi makanan tersebut karena tidak mau terlalu lama mengikuti antrian yang mengular. Saya memilih berkeliling dari satu stand ke stand yang lain untuk berburu objek foto yang menarik untuk didokumentasikan.
Dikabarkan -saya tidak ikut menghadiri sampai akhir acara- pada hari terakhir gelaran Lebaran Betawi 2019, sebagai puncak acara diselenggarakan karnaval budaya dan sorendo-rendo yang akan diikuti oleh kurang lebih 2.000 peserta perwakilan dari 5 (lima) kota dan kabupaten di bawah wilayah Pemprov DKI Jakarta. Saya sendiri tak datang lagi di hari terakhir perhelatan karena sudah datang di hari sebelumnya sehingga tidak bisa menyaksikan acara puncak tersebut.