Meskipun
praktek poligami yang dilakukan Rasul tidak sampai menimbulkan prahara yang
hebat namun dalam kenyataan tetap saja muncul rasa cemburu diantara istri-istri beliau, salah satunya yang dialami oleh Aisyah ra.
Padahal ia adalah wanita pilihan dan tercatat dalam sejarah peradaban Islam
sepanjang masa.
Munculnya rasa cemburu itu membuktikan bahwa perasaan manusia pada dasarnya tidak dapat dibohongi. Secara prinsip wanita tetap akan sulit menerima keberadaan wanita lain bagi suaminya. Dan memang seperti itulah watak manusia yang penuh dengan kelemahan. Ia bukan layaknya robot yang kaku dan tidak memiliki perasaan. Ia juga bukan sosok malaikat yang terbebas dari rasa cemburu, marah, dengki, dan sifat-sifat negatif manusia pada umumnya. Maka menjadi hal yang wajar pula jika Aisyah pun memendam rasa cemburu kepada Rasulullah SAW. She is just a woman, bro !.
Awal
mula rasa cemburu yang menimpa Aisyah terjadi ketika di suatu malam, saat Rasul
mendatangi Aisyah, beliau berbaring di sisi Aisyah dan bercanda dengannya. Namun
tidak berselang lama tiba-tiba Rasul SAW berdiri untuk memakai pakaiannya dan
kemudian berjalan keluar dengan cepat. Hal ini membuat Aisyah bertanya-tanya
daam hati, “Mungkinkah beliau datang ke rumah salah satu maduku ?”. Seketika
itu munculah rasa cemburunya. Selanjutnya ia memberanikan diri mengikuti
langsung kepergian Nabi SAW dari kejauhan untuk membuktikan prasangkanya.
Aisyah
terus berjalan membuntuti Rasul hingga diketahui bahwa Rasul bukanlah pergi menuju
ke salah satu istrinya yang lain selain Aisyah namun Rasulullah SAW pergi ke
makam Baqi. Di sana Rasul memanjatkan doa dan membacakan istighfar
untuk arwah kaum muslimin termasuk para syuhada yang gugur di medan
pertempuran. Mengetahui hal tersebut, Aisyah menjadi malu sendiri karena telah
berprasangka lain kepada Rasul. Ia berkata sendiri dalam hatinya, “Engkau, Ya
Rasulullah disibukkan dengan urusan agama dan keselamatan umat Islam sedangkan
aku disibukkan dengan urusan dunia”.
Aisyah
segera cepat-cepat berjalan pulang ke rumah karena takut diketahui Rasululah
SAW. Ia pun sampai di rumah dengan nafas yang terengah-engah. Tetapi selang tidak
lama kemudian Rasul masuk ke dalam rumah dan bertanya kepada Aisyah, “Mengapa
nafasmu itu, wahai Aisyah??”. Dengan nada malu-malu Aisyah berkata, “Wahai Nabi
Allah, engkau datang kepadaku dan berbaring di sampingku namun tiba-tiba engkau
bangkit berdiri dan berjalan keluar meninggalkanku sendirian. Karena itulah
muncul rasa cemburuku, takut jika engkau pergi ke salah satu maduku. Akupun
berjalan keluar mengikuti engkau namun ternyata engkau berada di Baqi dan aku
melihat apa yang engkau lakukan. Setelah itu aku segera pulang hingga membuat nafasku
terengah-engah seperti ini”.
Rasul
SAW hanya tersenyum mendengar penjelasan Aisyah, kemudian ia bersabda,
“Sesungguhnya ketika aku berbaring di sisimu tiba-tiba Malaikat Jibril datang kepadaku
dan mengatakan bahwa pada hari ini adalah malam nishfu sya’ban dimana Allah SWT
memerdekakan orang-orang dari neraka sebanyak bulu kambing Bani Kalb atau
banyak sekali. Namun terdapat kelompok manusia yang Allah tidak akan
memandangnya (disebutkan beberapa jenis orang-orang ini). Mengetahui hal itu, aku meninggalkanmu untuk mendatangi makam Baqi guna
mendoakan umatnya agar semakin banyak yang dibebaskan dari api neraka".
Hikmah
yang dapat dipetik dari kisah di atas adalah bahwa mustahil ada kehidupan rumah
tangga poligami yang berjalan mulus layaknya jalan tol !. Sehebat-hebatnya
seorang wanita dan berstatus istri Nabi SAW, Aisyah tetap merupakan sosok manusia yang dilahirkan dengan dianugerahi perasaan
yang peka dan halus.
Tulisan ini tidak kemudian bermaksud merupakan penentangan terhadap praktek poligami di kalangan muslim karena Al-Qur’an sudah mengatur akan kebolehannya. Namun untuk mencapai kondisi pernikahan poligami yang ideal pastinya akan menghadapi perjalanan yang terjal dan berliku.
Tulisan ini tidak kemudian bermaksud merupakan penentangan terhadap praktek poligami di kalangan muslim karena Al-Qur’an sudah mengatur akan kebolehannya. Namun untuk mencapai kondisi pernikahan poligami yang ideal pastinya akan menghadapi perjalanan yang terjal dan berliku.