Salah
satu bangunan bersejarah terkait peristiwa G30S PKI adalah Museum Sasmitaloka
Pahlawan Revolusi Ahmad Yani yang berlokasi di pertemuan antara Jalan Lembang
dan Jalan Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat.
“Sasmitaloka” sendiri berasal dari kata “Sasmita” yang artinya firasat atau wangsit atau pengingat, sedangkan “Loka” artinya tempat, sehingga Sasmitaloka dapat diartikan sebagai sebuah tempat untuk mengingat yaitu terhadap jasa perjuangan dan pengorbanan para Pahlawan Revolusi termasuk Ahmad Yani yang gugur dalam membela dasar negara Pancasila dari rongrongan ideologi komunis.
Museum
ini sendiri pada awalnya merupakan tempat tinggal pribadi keluarga Jenderal
Ahmad Yani yang sudah didiami sejak beliau masih berpangkat Letnan Kolonel.
Pasca kejadian G30S PKI rumah ini kemudian diserahkan kepada Letnan Jenderal
Soeharto yang selanjutnya diresmikan menjadi Museum Sasmitaloka Pahlawan
Revolusi Ahmad Yani pada tanggal 1 Oktober 1966. Pengelolaan gedung kemudian
diserahkan kepada Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat.
Apabila
Anda mengunjungi museum ini akan mendapati beberapa ruangan (mengikuti arah
masuk pengunjung dari samping bangunan) yaitu
:
Ruang
Dokumentasi
Setelah
melewati samping bangunan, Anda akan masuk ke ruangan tengah yang dulunya
dijadikan sebagai ruang tamu bagian belakang. Di ruangan ini Anda akan
mendapati koleksi foto dokumentasi Ahmad Yani selama aktif bertugas di
kemiliteran seperti saat Operasi Penumpasan DI/TII di Magelang, Kunjungan Kerja
Letjend A Yani ke Rusia, Philipina , Vietnam ,
Yugoslavia , dan
negara-negara lainnya.
Juga terdapat foto-foto penggalian dan pengangkatan jenazah Pahlawan revolusi di Lubang Buaya, upacara pemakaman jenazah Pahlwan Revolusi di TMP Kalibata,
Juga terdapat foto-foto penggalian dan pengangkatan jenazah Pahlawan revolusi di Lubang Buaya, upacara pemakaman jenazah Pahlwan Revolusi di TMP Kalibata,
Ruang
Tunggu
Ruang
Ajudan
Digunakan
sebagai tempat bekerja ajudan Jenderal Ahmad Yani. Di ruangan ini terdapat
sejumlah foto-foto Ahmad Yani semasa aktif menjabat sebagai Menpangad termasuk
ketika masa awal bergabungnya Ahmad Yani di tentara PETA sebagai Shodancho.
Ruang
Kerja
Di
ruangan ini Jenderal Ahmad Yani melakukan tugas-tugasnya termasuk mengadakan
pertemuan dengan assisten-assistennya. Di belakangnya terdapat rak berisi buku-buku
bacaan yang dikoleksi Ahmad Yani.
Ruang
Tamu Khusus
Merupakan
ruangan dimana Ahmad Yani menerima tamu-tamu khusus yang datang ke tempat
kediamannya. Disamping sofa dan meja putih panjang, di sini juga terdapat
lukisan Ahmad Yani berukuran besar yang terpampang di dinding ruangan yang
menggambarkan saat Ahmad Yani menampar salah satu pasukan Cakrabirawa saat
dipaksa untuk ikut mereka tanpa diberikan kesempatan untuk berganti baju
terlebih dahulu, meskipun maksud sebenarnya adalah untuk meraih senjata api
karena Ahmad Yani telah menangkap gelagat yang mencurigakan dari gerak-gerik
pasukan tersebut.
Ruang
Santai
Di
ruangan ini biasanya Ahmad Yani bersantai sambil melihat dan mengawasi
anak-anaknya bermain ayunan di taman. Di dalam ruangan ini tersimpan aquarium,
foto-foto, dan stik golf yang merupakan salah satu olah raga kegemaran
almarhum.
Ruang
Makan
Pada
bagian dinding di ruangan ini terpampang sejumlah foto para Pahlawan Revoluasi.
Juga terdapat berbagai surat
keputusan piagam penghargaan dan ucapan bela sungkawa untuk almarhum Jenderal
Ahmad Yani. Tersimpan juga sebuah televise merk Sharp BW yang dibeli Ahmad Yani
saat melakukan kunjungan kerja ke Jepang pada tahun 1963.
Yang paling menonjol dan menarik perhatian adalah tentunya sebuah lantai yang dikelilingi rantai pembatas serta bertuliskan ”Di sinilah gugurnja Pahlawan Revolusi Djenderal TNI A. Yani pada tanggal 1 Oktober 1965”.
Yang paling menonjol dan menarik perhatian adalah tentunya sebuah lantai yang dikelilingi rantai pembatas serta bertuliskan ”Di sinilah gugurnja Pahlawan Revolusi Djenderal TNI A. Yani pada tanggal 1 Oktober 1965”.
Ruang
Tidur Jenderal Ahmad Yani
Pada
saat saya berkunjung ke museum ini, saya diwanti-wanti oleh penjaga museum untuk
tidak mengambil foto di ruang tidur Ahmad Yani. Meski sepertinya tidak ada
alasan khusus yang menyebabkan pengunjung tidak diperbolehkan mengambil foto
namun penjaga hanya mengatakan bahwa berhubung di dalam ruangan tersebut
tersimpan senjata api asli yang dipakai oleh pasukan Cakrabirawa saat
memberondong tubuh Ahmad Yani dengan peluru tajam, maka untuk mencegah terpublikasinya
foto itu yang dapat “memancing” orang tertentu untuk mencurinya sebagai koleksi
atau dijual di pasar gelap, kamar itu menjadi tidak boleh dipublikasi. Rumor
lain yang berkembang adalah bahwa ketika ada pengunjung yang memfoto ruangan
ini, tak lama kemudian ketika sampai di kediamannya, pengunjung tersebut sakit
tak kunjung sembuh.
Di ruangan
ini tersimpan juga replika pakaian tidur baju lengan pendek kesayangan Ahmad
Yani yang kemudian digunakan oleh istri Ahmad Yani untuk mengepel dan
membersihkan lantai yang penuh dengan lumuran darah. Gaji terakhir beliau di bulan
Obtober 1965 sejumlah Rp. 123.000.- (uang lama) yang belum sempat diberikan
kepada istrinya juga tersimpan di situ. Begitu juga beberapa benda lain seperti
cincin, kaca mata, keris, tongkat komando, pakaian dan lain-lain.
Untuk menuju ke lokasi, Anda dapat menggunakan angkutan umum baik berupa bus Transjakarta maupun KRL Commuterline. Jika menggunakan Transjakarta Anda dapat turun di halte Latuharhary untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jika menggunakan KRL Commuterline, Anda dapat turun di Stasiun Cikini lalu melanjutkannya dengan ojek. Museum ini dibuka untuk umum mulai hari Selasa sampai dengan Minggu pukul 08.00 sd 16.00 WIB. Tidak ada biaya masuk alias gratis, hanya saja setiap pengunjung diwajibkan untuk mengisi buku tamu yang tersedia di ruang petugas jaga.
Untuk menuju ke lokasi, Anda dapat menggunakan angkutan umum baik berupa bus Transjakarta maupun KRL Commuterline. Jika menggunakan Transjakarta Anda dapat turun di halte Latuharhary untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jika menggunakan KRL Commuterline, Anda dapat turun di Stasiun Cikini lalu melanjutkannya dengan ojek. Museum ini dibuka untuk umum mulai hari Selasa sampai dengan Minggu pukul 08.00 sd 16.00 WIB. Tidak ada biaya masuk alias gratis, hanya saja setiap pengunjung diwajibkan untuk mengisi buku tamu yang tersedia di ruang petugas jaga.