Banyak
dari kita yang masih beranggapan bahwa Inggit Garnasih adalah istri pertama Ir
Soekarno, padahal dari penelusuran sejarah diperoleh keterangan yang berbeda.
Istri
pertama pahlawan proklamator bangsa Indonesia ,
Ir Soekarno, sebenarnya adalah putri sulung HOS Tjokroaminoto yang bernama Siti
Oetari. Ceritanya berawal ketika Soekarno muda menempati rumah kontrakkan HOS
Tjokroaminoto saat menimba ilmu di Surabaya .
Saking seringnya Soekarno muda berinteraksi dengan gurunya, HOS Tjokroaminoto,
membuat dirinya juga mengenal dengan baik anggota keluarga HOS, termasuk Oetari
yang konon sering dipanggil dengan panggilan Lok dimana Lok pada waktu itu
masih berusia sangat muda (lebih muda 4 tahun dari Soekarno). Lok diam-diam
menaruh perhatian kepada Soekarno karena pembawannnya yang supel dan pandai
berpidato. Meskipun demikian, cintanya hanya ibarat cinta monyet karena ia pun
tidak terlalu serius seperti wanita dewasa yang siap menikah. Sementara di
rumah kontrakkan ayahnya juga terdapat sejumlah pemuda lain, termasuk sepupu
Oetari yang bernama Sigit Bachroensalam (kelak ia menikahi Oetari pasca
perceraiannya dengan Soekarno). Artinya Oetari juga banyak bergaul dengan
laki-laki lain yang sama-sama menempati rumah kontrakkan milik ayahnya.
Kedekatan
HOS Tjokroaminoto dengan Soekarno berlanjut dengan hubungan yang lebih dekat
lagi ketika Soekarno menikahi Oetari binti HOS Tjokroaminoto. Kegembiraan HOS ditunjukkan dengan memberikan
kamar yang besar dan perabot yang banyak kepada menantunya. Namun demikian,
sampai akhir hayatnya, HOS Tjokroaminoto dikabarkan tidak mengetahui bahwa
motif Soekarno menikahi putrinya lebih disebabkan karena rasa penghormatan yang
mendalam kepada sosok gurunya itu. Soekarno menggambarkan pernikahannya dengan
Oetari sebagai kawin gantung karena tidak ada persentuhan atau hubungan badan
antara Soekarno dengan istrinya yang masih sangat muda itu. Bahkan Soekarno
kemudian lebih menganggap Oetari sebagai adik dibanding istri.
Tiba saatnya di bulan Juni 1921, Soekarno
harus berangkat ke kota kembang Bandung untuk melanjutkan pendidikannya di
tingkat tinggi bernama Technische Hogeschool (THS), kini Institut Teknologi
Bandung (ITB). Di sinilah “petaka” itu tiba. Ia menempati kost milik Haji Sanusi
yang sudah beristrikan Inggit Garnasih. Manakala berkenalan dengan istri Haji
Sanusi itu, Soekarno telah menyimpan kesan yang mendalam meskipun secara nalar
sulit diterima akal sehat manakala pemuda berusia 20 tahunan terpikat oleh
wanita yang usianya lebih dari 30 tahun, plus berstatus istri orang.
Meskipun Oetari kemudian menyusul Soekarno
yang menimba ilmu di Bandung namun keberadaan Oetari tidak serta merta membuat
Soekarno dapat berpaling dari Inggit Garnasih. Mungkin karena Soekarno
menyadari bahwa Oetari masih terlalu muda untuk dijadikan teman berdiskusi.
Sementara di sisi lain terdapat perempuan yang lebih dewasa dan mampu
berdiskusi dengan bahasa yang lebih nyambung dengan Soekarno. Keadaan ini
membuat Soekarno kemudian harus mengambil pilihan untuk ”mengembalikan” Oetari
kepada orang tuanya. Demikianlah, maka pada tahun 1923, Soekarno menyerahkan
Oetari kepada ayahnya, HOS Tjokroaminoto, untuk selanjutnya kisah asmara
Soekarno berlanjut ke sosok Inggit Garnasih. Praktis usia pernikahan Soekarno
dan Oetari hanya berumur sekitar 2 (dua) tahun. Dan akibat tidak pernah berhubungan
suami istri, dari pernikahan dengan Oetari ini, Soekarno tidak memperoleh
keturunan.