Bagi
Anda yang baru pertama kali mengunjungi Museum Sejarah Jakarta atau lebih
dikenal dengan Museum Fatahillah mungkin tidak menyadari bahwa ada bagian
tertentu di bangunan tersebut yang dulunya digunakan sebagai penjara bawah
tanah.
Penjara
bawah tanah di bekas gedung Stadhius van Batavia
itu sendiri sebenarnya ada 2 (dua) jenis yaitu penjara perempuan dan penjara
laki-laki. Untuk penjara perempuan yang akses pintu masuknya berada di
pelataran depan eks Stadhius van Batavia saat ini tidak dapat dinikmati
pengunjung. Sedangkan penjara
laki-laki dapat Anda jumpai dari arah bagian belakang bangunan.
Penjara bawah tanah untuk tahanan
laki-laki itu berbentuk setengah lingkaran (parabola) berukuran 6 x 3,2 m
dengan ketinggian 160 cm yang terdiri dari 5 (lima) ruangan. Kondisinya yang
gelap karena berada di bawah permukaan tanah menyebabkan suasananya terasa
lebih angker dan menakutkan. Kabarnya di dalam penjara itu pernah dipasang
lampu namun setiap 2 (dua) hari mati sehingga akhirnya dibiarkan begitu saja
sesuai keadaan aslinya. Akibat kekurangan penyinaran, para tahanan hampir sulit
membedakan antara siang dan malam karena sama-sama gelap. Di setiap ruangan
tahanan laki-laki bawah tanah itu terdapat bola-bola besi untuk merantai kaki
para tahanan. Tokoh sejarah yang dikabarkan pernah merasakan dingin, gelap, dan
seramnya ruangan penjara laki-laki ini adalah Untung Suropati, sedangkan di
penjara perempuan pernah terdapat nama Cut Nyak Dien sebagai salah satu
penghuninya. Saking angkernya penjara bawah tanah ini dikabarkan sering tercium
bau anyir darah yang cukup menyengat dan kadang muncul penampakkan hantu-hantu
yang bergentayangan baik berusia anak-anak, laki-laki, dan perempuan dengan
kondisi tubuh dan kepala yang memprihatinkan.