Trowulan
adalah nama sebuah desa yang terletak diantara kota
Mojokerto dan Mojoagung, Jawa Timur. Nama ini dikenal sebagai situs yang
memiliki begitu banyak peninggalan bekas kota
yang diduga mewakili masa Majapahit abad 13-15 Masehi.
Diantara
sekian banyak temuan arkeologis ini terdapat variasi atau ragam peninggalan
yang menarik perhatian dimana didominasi oleh barang-barang dari tanah liat
bakar mulai dari bangunan bata seperti candi sampai kelompok boneka-boneka
kecil.
Selain
dikenal sebagai situs sejarah, Trowulan kini berkembang sebagai sentra
kerajinan rakyat yang memproduksi sentra kerajinan rakyat antara lain terakota.
Sentra ini menjadi unik karena sebagian produk yang dikembangkan merupakan
tiruan dari bentuk barang-barang peninggalan Majapahit yang dikategorikan
sebagai barang antic seperti boneka, binatang, atau benda yang memiliki fungsi
khusus.
Kegiatan
akhir dari kerajinan terakota adalah membakar produk yang dilakukan di tempat
yang disebut sebagai “dobong” yaitu sebuah struktur berbentuk melingkar yang
dibut dari tatanan bata. Produk terakota mentah diletakkan di dalamnya, lalu
dengan bahan baker berupa kayu, bamboo dan sampah tanaman, dilakukan proses
pembakaran yang berlangsung dalam waktu kurang lebih 11 (sebelas) jam.
Sebagian dari karya itu menjadi istimewa karena merupakan potret dari
sebuah budaya yang telah hilang namun masih dapat ditiru bentukannya dari
produk lama. Kerajinan tembikar terus berlangsung secara normative
mengikuti bentuk karya tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Tembikar
tradisional seperti itu merupakan warisan yang tetap hidup sampai saat ini
sekalipun semakin jarang digunakan.