Masjid yang terletak di Jl Kampung Luar
Batang V No. 1 RT 004/03 Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara ini memiliki
sejarah yang cukup panjang dan hampir sama tuanya dengan sejarah VOC di
Batavia.
Adalah Al Habib Husein bin Abdullah bin Abubakar Alaydrus atau yang lebih dikenal dengan sebutan Habib Husein Luar Batang, seorang pendakwah asal kota Gujarat yang melakukan syiar Islam hingga sampai menginjakkan kaki di nusantara. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Aceh lalu Banten, Jawa Timur, dan Cirebon hingga akhirnya memutuskan untuk tinggal di Sunda Kelapa. Kedatangan Habib Husein di Sunda Kelapa diperkirakan sekitar tahun 1736. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaf Willem Baron van Imhof (1743-1750), Habib Husein dihadiahi tanah seluas kurang lebih 16,5 hektar dimana saat Habib datang ke kampung ini konon sudah ada langgar atau musholla. Atas inisiatif beliau langgar tersebut kemudian diperluas menjadi sebuah masjid.
Beredar sebuah cerita pada masa VOC
berkuasa, ada seorang warga Tionghoa bernama Ne Bok Seng yang menjadi buronan
tentara Belanda. Ia bersembunyi di wilayah Luar Batang dan dilindungi oleh
Habib Husein. Atas pertolongan ini, warga Tionghoa itu lantas memeluk agama
Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul Qodir. Ia menjadi murid sekaligus
sahabat setia Habib Husein sehingga pada saat wafatnya, makamnya kemudian
dibuat bersebelahan dengan makam Habib Husein yang meninggal lebih dahulu pada
tanggal 24 Juni 1756 atau bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 H.
Nama Luar Batang juga terkait dengan
cerita dimana pada saat Habib Husein meninggal dunia dan hendak dimakamkan di
Tanah Abang, berkali-kali jenazah beliau tidak diketemukan di dalam keranda
(kurung batang) namun selalu berada di ruang kamar tempat beliau meninggal.
Pada akhirnya jenazahnya urung dikuburkan di Tanah Abang dan dimakamkan di
dalam kamarnya yang pada saat ini tepat berada di selasar Masjid Luar Batang.
Makam dan masjid ini tidak pernah sepi
dari kedatangan pengunjung yang ingin berziarah baik dari sekitaran Jakarta
maupun dari luar Jakarta, apalagi pada saat bulan Ramadhan. Masjid ini sejak
jaman kemerdekaan sudah direnovasi sebanyak 3 (tiga) kali dimana pada masa
pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo dibangun 2 (dua) buah menara
yang menjulang di sisi kanan dan kiri masjid.