Setelah Jayakarta direbut oleh VOC
di bawah komando Jan Pieterzoon Coen di tahun 1619, kota ini berubah menjadi
Batavia dimana seluruh bangunan yang ada pada waktu itu dibumihanguskan.
Sebelum membangun kota Batavia
secara lebih luas, di atas bekas reruntuhan Sunda Kelapa ini dibangun sebuah
benteng baru bernama Kastil Batavia (Kasteel van Batavia) yang luasnya 9
(sembilan) kali luas benteng lama.
Bangunan kastil ini dibuat persegi
empat dari dinding bata tebal dimana di masing-masing ke-4 sudutnya dibuat
bastion atau kubu pertahanan yang dilengkapi dengan meriam. Keempat bastion itu
diberi nama : Diamant, Parrel, Robijn, dan Saphier. Pada masa pembangunan ini
sempat terjadi penyerangan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram sebanyak 2
(dua) kali yaitu pada tahun 1627 dan 1628 meskipun gagal. Guna menghindari
risiko jatuhnya benteng ini ke tangan Sultan Agung di penyerangan berikutnya,
VOC akhirnya membangun parit mengelilingi Kastil Batavia.
Kondisi Kastil Batavia Saat Ini
Sayangnya orang sekarang tidak dapat lagi
menyaksikan kemegahan dan kekokohan Kastil Batavia. Gubernur Jenderal Herman
Willem Herman Daendels telah membongkar atau menghancurkan bangunan itu pada
tahun 1808. Hal ini dikarenakan pusat kota di tepi pantai itu banyak merenggut
nyawa manusia karena menjadi sarang penyakit. Dewasa ini, salah satu bangunan
yang masih tersisa adalah bangunan yang berfungsi sebagai gudang yang terletak
berada pada garis lurus menuju utara dari Museum Sejarah Jakarta melalui Jl
Cengkeh lalu menuju Jl Tongkol. Setelah melewati jalan di bawah jalan layang
Ancol lalu belok kanan ke Jl Tongkol Dalam. Wilayah ini secara administratif
masuk dalam Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Salah satu
sisi bekas Kastil Batavia saat ini berubah fungsi menjadi tempat parkir truk
dalam kondisi yang memprihatinkan. Bagian luar kastil sudah tampak kumuh dengan
berbagai akar pohon merambat pada dinding kastil.