Geyser
Cisolok merupakan salah satu bukti adanya aktivitas magmatik dan hydrothermal
yang terjadi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Keberadaan
Geyser Cisolok tidak dapat dipisahkan dari proses pergerakan lempeng dan
subduksi yang berlangsung di wilayah selatan Indonesia .
Geyser dapat terjadi karena adanya kombinasi dari munculnya panas sebagai
akibat aktivitas magma di perut bumi dan sistem saluran di bawah tanah. Tanpa
salah satu bagian tersebut maka geyser tidak bisa tercipta dan tidak ada
semprotan uap air ke udara di atas permukaan tanah.
Letupan
geyser terjadi ketika panas yang bersumber dari magma memanaskan batuan di
sekitarnya sehingga memiliki kemampuan untuk memanaskan air bawah tanah dan
menghasilkan tekanan yang cukup besar di atas suhu titik didih. Saat air keluar
melalui saluran ke permukaan akan terjadi pelepasan tekanan yang menyebabkan
letupan besar dan membentuk semburan air yang disebut geyser.
Semburan
air di permukaan akan menghasilkan endapan berwarna putih yang disebut sebagai
traverin (karbonat) karena pada saat perjalanan mencapai permukaan, air
tersebut menyusup melalui formasi batuan karbonat atau batu kapur.
Sejumlah
mata air panas dijumpai di sepanjang Sungai Cisolok tetapi di bawahnya tidak
memiliki sistem saluran yang dibutuhkan untuk menghasilkan tekanan yang
dibutuhkan untuk membuat geyser sehingga air panas hanya keluar sebagai
rembesan dan tidak berupa semburan atau semprotan ke permukaan.
Semburan geyser dan mata air panas ini memiliki suhu yang bervariasi (antara 40 – 98 derajat Celcius) dengan tingkat keasaman mencapai PH 7 sehingga relative aman untuk digunakan sebagai tempat pemandian. Cisolok sendiri memiliki potensi panas bumi dengan kapasitas sekitar 50 MW.
Semburan geyser dan mata air panas ini memiliki suhu yang bervariasi (antara 40 – 98 derajat Celcius) dengan tingkat keasaman mencapai PH 7 sehingga relative aman untuk digunakan sebagai tempat pemandian. Cisolok sendiri memiliki potensi panas bumi dengan kapasitas sekitar 50 MW.