Sejak perusahaan tempat saya bekerja
diakuisisi oleh institusi keuangan lokal yang berpusat di Pekalongan, baru kali
ini saya berkesempatan mengunjungi langsung lokasi kantor pusat holding company
di ”kota batik” tersebut.
Di sela-sela padatnya jadwal meeting
pembuatan sistem B2B, saya dan kolega kantor yang bersama-sama melakukan
kunjungan ke Pekalongan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk meng-explore
sebagian kecil Kota Pekalongan meskipun sebelumnya saya juga pernah singgah ke
kota ini dalam rangka melaksanakan suatu survey risiko.
Beberapa titik yang berhasil dikunjungi pada
kesempatan ini antara lain alun-alun Pekalongan yang lokasinya memang tidak
terlalu jauh dari tempat menginap, Kampung Batik Kauman Pekalongan, dan Pasar Grosir
Batik Setono sebagai salah satu sentra penjualan batik terlengkap dan termurah
di Kota Pekalongan.
Wisata kuliner yang biasanya berusaha
dikunjungi pertama kali oleh pengunjung dari luar kota Pekalongan adalah
”garang asem”. Salah satu warung makan yang cukup populer menjual menu khas
kota Pekalongan ini adalah Garang Asem H. Masduki. Lokasinya persis berada di
sebelah alun-alun, tepatnya di Kompleks Travel Alun-Alun Kota Pekalongan.
Warung makan ini telah hadir sejak tahun 1950-an dengan menu favorit garang
asem. Menurut pemiliknya, garang asem yang dijual di tempat ini dibuat dari
bumbu kluwak sehingga menyebabkan warna garang asem menjadi kecoklatan.
Daging yang dipakai juga bukan daging ayam namun daging sapi yang
dipotong-potong. Sekilas seperti menu rawon biasa namun dengan kuah yang agak
lebih bening di atasnya dan makin kecoklatan di bawahnya. Campuran bumbu yang
ada menyebabkan rasa kuahnya begitu menyegarkan. Menemani garang asem, nasi
megono turut menjadi pelengkap bagi menu makan siang kami waktu itu. Nasi
megono ini dibuat seperti membuat nasi biasa yaitu dengan dikukus, sementara
campuran nasinya berupa bunga kecombrang dan parutan kepala serta cabe.
Harga yang ditawarkan ke pengunjung juga
tidak terlalu mahal dan terpampang dengan jelas pada selembar spanduk yang
dibentangkan di tembok ruangan makan. Sebagai contoh, garang asem plus telor
dihargai Rp 26.000,00 seporsinya, nasi megono Rp 4.000,00 per piring, serta
beberapa menu minuman seharga Rp 5.000,00-an per gelas.
Selain
wisata kuliner, kita pastinya sudah mengetahui bahwa Kota Pekalongan terkenal
sebagai kota produsen baju batik. Di sejumlah titik di sudut-sudut jalan
perkotaan, kita bisa menjumpai toko-toko batik yang menyediakan berbagai model
untuk dijual kepada pengunjung toko. Beberapa papan petunjuk memperlihatkan
juga kepada kita bahwa penjual batik dapat ditemui juga di gang-gang perumahan
di kota tersebut. Namun dari sejumlah tempat yang saya kunjungi berdua dengan
teman kantor kemarin, dari sisi harga, variasi desaian, dan jenis pakaian yang
dijual, tidak ada yang selengkap di Pasar Grosir Batik Setono, Pekalongan. Di
sini, Anda dapat mengelilingi berbagai kios yang berderet dari ujung ke ujung.
Lokasinya yang berada di tepi jalur lalu lintas Pantura memudahkan pelancong
untuk menemukan lokasi pasar ini. Dengan berkumpulnya pengusaha batik di pasar
grosir ini, harga yang ditawarkan kepada pengunjung bisa lebih kompetitif
dibandingkan jika Anda mencari batik di pusat kota atau toko-toko modern di
Kota Pekalongan.
|
Garang Asem H Masduki, Kompleks Travel Alun-Alun Kota Pekalongan |
|
Garang Asem H Masduki |
|
Garang Asem H Masduki |
|
Wujud Garang Asem Plus Telor |
|
Nasi Megono |
|
Kasir Garang Asem H Masduki |
|
Alun-Alun Kota Pekalongan |
|
Pekalongan ; World's City of Batik |
|
Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan |
|
Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan |