Cerita ini bermula saat Pak Anton
sedang mengajar di kampus IPB, tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Suara
penelpon di ujung sana
mengaku bernama Sudi Silalahi, orang dekat SBY, yang memerintahkan agar ia segera
menghadap ke Cikeas. Tentu saja Pak Anton ini tidak langsung 100% percaya. Mengapa
ia, seorang pengajar kampus, tiba-tiba diminta menghadap SBY. Setelah
diyakinkan bahwa memang benar SBY yang sedang menunggu kedatangannya maka saat
itu juga Pak Anton cepat-cepat menuju Cikeas dengan menyetir mobil tuanya,
Kijang, dengan didampingi rekan sepengajiannya, Dr Ahmad.
Setibanya di Cikeas, terdapat
kejadian yang “unik” dan “lucu” dimana Pak Anton disangka oleh penjaga Puri
Cikeas sebagai sopir (karena waktu itu ia sendiri yang menyetir mobilnya),
sementara rekan di mobilnya tadi disangka sebagai Anton. Maka si penjaga
tersebut meminta agar Pak Anton memarkirkan mobilnya di kapling yang sudah
tersedia dan menunggu di ruang tunggu. Namun ternyata si penjaga tadi salah
duga. Sosok yang dikira “sopir” tadi malah menuju tempat SBY berada sedangkan
rekannya berjalan ke arah ruang tunggu. Pak Anton hanya berkomentar singkat,
“Mungkin tas dan sepatu saya tidak sekinclong calon menteri lainnya” katanya
sambil tertawa.
Dan memang banyak orang terkejut
dengan terpilihnya Anton sebagai menteri SBY kala itu. Mungkin karena sosok
Anton yang serba sederhana dan bukan politisi terkenal sehingga kemunculannya
sebagai menteri membuat orang lain terperangah. Salah satu orang yang dekat
dengan Pak Anton, Daisy Irawan, mahasiswa master IPB, menyatakan, “Hari ini
kecele-lah orang-orang yang selama ini memandang rendah beliau. Gondoklah orang-orang
yang mentertawakan kaus kakinya yang bolong. Terhinalah orang-orang yang hobi
merendahkan orang karena hal-hal duniawi. Pak Anton yang sederhana, yang
bertahun-tahun tidak punya TV karena menurutnya lebih banyak mudharat daripada
manfaatnya, eh, hari ini menjadi menteri.”
Daisy pun menuturkan bahwa Pak
Anton-lah yang secara tulus membantunya terlepas dari ancaman drop out dari program master IPB. Ruang
kerja Pak Anton adalah ruang yang paling nyaman. Beliau juga tak segan
meminjamkan buku-buku pribadinya. Begitu pula fasilitas internet gratis,
komputer yang bisa dipinjam dikala komputer Daisy rusak, scanner yang juga
boleh dipinjam manakala detik-detik terakhir penyusunan tesis.
Setelah kita membaca kisah yang
dimuat di tabloid Republika di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita
tidak boleh sekali-kali meremehkan orang lain yang menurut kita jauh berada di
bawah kita, baik dari segi penampilan, kekayaan, kedudukan, kepintaran, dan
lain-lain. Jangan sampai kita malu sendiri dengan segala kepongahan dan
kesombongan kita. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT untuk merubah takdir
seseorang. Yang hari ini kaya, suatu saat bisa jatuh miskin. Yang hari ini
mempunyai kedudukan, suatu saat bisa jatuh kedudukan itu.