Dalam buku "Ganti Rezim
Ganti Sistim, Pergulatan Menguasai Nusantara" karya Sri Bintang Pamungkas
terbitan tahun 2014, disebutkan sejumlah "kerajaan" bisnis Soeharto
yang dijalankan melalui berbagai yayasan yang dibuatnya, diantaranya RS Harapan
Kita, pabrik kertas Kiani, pabrik kabel Kabelindo, flour mill Bogasari, dan pabrik kimia Chandra Asri.
Hobi Soeharto mendirikan
yayasan-yayasan itu tidak terlepas dari pengalamannya sewaktu menjabat sebagai
Komandan Teritorial-IV (yang kemudian berubah menjadi Divisi-VII Diponegoro)
pada tahun 1956. Dalam jabatannya sebagai komandan itu, dia memprakarsai
pembentukan badan-badan koperasi di seluruh wilayah kesatuan Diponegoro dengan
maksud untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit dan masyarakat sekeliling,
antara lain dengan melakukan kegiatan perdagangan antar pulau dan ekspor-impor.
Di situ dia dibantu oleh Soetikno alias Lie Tek Liong, seorang pedagang dari
Sindang Laut, Cirebon .
Pada waktu Soeharto terkena tuduhan melakukan tindakan korupsi dalam
menjalankan bisnisnya (yang melibatkan uang Kodam Diponegoro) dan sempat
diperiksa beberapa kali, Soetikno inilah yang rela "pasang badan"
menjadi joki dan divonis bersalah.
Meskipun demikian, penasehat
bisnis Soeharto yang sesungguhnya adalah Bob Hasan, bukan Soetikno. Bob Hasan
yang nama aslinya The Kian Seng, juga bertemu dengan Soeharto ketika Soeharto
menggantikan posisi Jendral Gatot Soebroto sebagai Komandan TT-IV Diponegoro.
Kian Seng adalah anak angkat Gatot Soebroto sesudah mobil yang dipakai sang
jendral menabraknya. The Kian Seng lalu mengubah namanya saat masuk Islam,
menjadi Bob Hasan yang ternyata sangat piawai menjalankan bisnisnya.
Selain bertemu dengan Kian Seng,
Soeharto ketika menjabat Panglima Divisi Diponegoro juga bertemu dengan Liem
Sioe Liong, pedagang yang memulai usahanya di Kudus sebagai penyalur cengkih
untuk pabrik-pabrik rokok yang banyak berdiri di sana. Ia juga menjadi penyalur
tekstil yang dilakukannya dengan cara mengimpor dari Cina. Lewat Soeharto
inilah, Sioe Liong berhasil memegang hak monopoli pengadaan sabun dan keperluan
rumah tangga tentara di lingkungan Divisi Diponegoro.
Perihal korupsi yang dilakukan
Soeharto semasa menjabat Panglima Divisi Diponegoro ternyata diketahui oleh Gatot
Soebroto dan Ahmad Yani. Ketika itu Ahmad Yani sudah menjadi assisten Mayjend
Nasution. Ahmad Yani sempat marah dan mengusulkan agar Soeharto dipecat dari
Angkatan Darat. Akan tetapi karena dibela oleh Mayjend Gatot Suebroto yang saat
itu menjabat sebagai Wakil Kasad, Soeharto terlepas dari ancaman pemecatan dan
hanya diwajibkan bersekolah di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD)
di Bandung.