Diakui bahwa Singapura memiliki “kecerdikan”
dalam melakukan strategi pengembangan wisata sehingga cukup banyak wisatawan
asing yang tertarik mengunjungi negara ini, salah satu "kecerdikan"
itu adalah memanfaatkan tempat ibadah sebagai objek wisata, antara lain bangunan
atau tempat ibadah umat muslim bernama Masjid Sultan yang berada di daerah Bugis,
Singapura.
Secara arsitektural, bangunan
Masjid Sultan mengadopsi desain Saracenic style, campuran gaya
arsitektur India ,
Arab, dan Gothic. Arsiteknya bernama Denis Santry yang bekerja di perusahaan
konsultan arsitek Swan and Maclaren yang bermarkas di UK . Pengaruh Mogul tercermin dari
adanya 2 (dua) kubah berwarna emas yang di puncaknya terdapat bulan sabit dan
bintang sebagai simbol bangunan Islam. Empat menara yang menjulang di setiap
pojok masjid memiliki tangga sampai ke balkon tower dimana muadzin
mengumandangkan adzan. Ruang sholat terdiri dari 2 (dua) lantai yang ditopang
oleh 12 (dua belas) kolom oktagonal. Masjid ini dapat menampung sekitar 5000
jamaah dan didukung oleh 2 (dua) gedung serba guna.
Masjid ini selain masih aktif
digunakan sebagai tempat ibadah kaum muslim, juga telah dijadikan objek wisata
oleh pemerintah Singapura sehingga non muslim pun dapat melihat Masjid Sultan,
namun dengan catatan, pakaian harus sopan (perempuan akan dipinjamkan kain
selendang penutup kepala). Wisatawan non muslim tidak diperbolehkan masuk ke
ruang sholat utama, hanya sekedar melihat dari koridor depan atau samping
masjid. Di teras masjid terdapat display berbahasa Inggris yang berisi prinsip
dasar ajaran Islam, bagaimana Islam memandang perempuan, dan mengapa perempuan
Islam wajib memakai pakaian muslimah atau jilbab. Histori Masjid Sultan sendiri
juga dapat dibaca pada display lain di tempat itu. Pada saat saya ke Masjid
Sultan beberapa tahun lalu, terdapat beberapa pekerjaan renovasi atau upgrading
masjid, salah satunya adalah pemasangan lift di lantai dasar untuk memudahkan
jamaah terutama penderita disabilitas dan jamaah orang tua (usia > 65 tahun)
yang selama ini mengalami kesulitan karena harus menaiki sejumlah anak tangga
yang curam dan banyak jumlahnya.
Apabila Anda turun di EW 12 Bugis
MRT Station, keluarlah dari sana dan susuri Victoria St, melewati Raffles
Hospital, Ophir Rd, lalu belok ke Arab St. Dari situ sudah terlihat wujud
bangunan Masjid Sultan, tepatnya di Muscat St. Bisa juga ketika keluar dari
Bugis MRT Station lalu menyusuri North Bridge Rd, bedanya, kalau yang melalui
Victoria St, posisi Raffles Hospital ada di sebelah kanan, sedangkan jika
melalui North Bridge Rd, posisi Raffles Hospital berada di sisi kiri kita. Agar
tidak bingung, temukan dulu bangunan Raffles
Hospital setelah keluar
dari Bugis MRT Station, niscaya arah ke Masjid Sultan lebih mudah terlihat.
Apabila waktu sholat belum masuk,
Anda dapat melepaskan penat atau sekalian mengisi perut di Rumah Makan Minang
yang lokasinya di ujung Muscat St, tak jauh dari Masjid Sultan berada. Di
seberangnya terdapat bangunan Malay Heritage Centre atau Istana Kampong Glam.
Jadwal acara atau event tahunan di Malay Heritage Centre dapat dilihat pada
sebuah papan besar yang terpampang di sana
(diantaranya pertunjukan wayang kulit, gamelan asmaradana, dan kuda kepang, kesenian
tradisional khas Indonesia ).