Di dunia yang semakin modern ini menjadi tantangan dan
kesulitan tersendiri bagi sejumlah orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Jaman
sudah berubah dan sangat berbeda dengan jaman orang-orang tua dulu. Tuntutan
ekonomi tidak sebesar yang dirasakan orang di abad ini.
Orang tua adalah ibarat penanam benih padi di ladang. Jika ia bisa merawat dan membesarkan butiran-butiran padi dengan benar, mengisi air dengan porsi yang cukup, dan membersihkan hama-hama yang ada, niscaya ia akan memperoleh hasil panen yang memuaskan. Jika merawatnya tidak benar maka hasil padinya pun tak akan memuaskan. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Jika anak terlalu dininabobokan dengan kemewahan dan fasilitas yang serba ada, niscaya kehidupannya kelak akan mengalami masalah besar, terutama dalam menumbuhkan pola kemandirian dan rasa syukur.
Hal ini tentu saja merisaukan orang tua jaman sekarang. Salah satunya yang dapat membuat orang tua bimbang adalah soal pemberian berbagai fasilitas yang memanjakan anak, baik berupa harta benda maupun kasih sayang yang berlebihan.
Orang tua adalah ibarat penanam benih padi di ladang. Jika ia bisa merawat dan membesarkan butiran-butiran padi dengan benar, mengisi air dengan porsi yang cukup, dan membersihkan hama-hama yang ada, niscaya ia akan memperoleh hasil panen yang memuaskan. Jika merawatnya tidak benar maka hasil padinya pun tak akan memuaskan. Begitu pula dengan kehidupan manusia. Jika anak terlalu dininabobokan dengan kemewahan dan fasilitas yang serba ada, niscaya kehidupannya kelak akan mengalami masalah besar, terutama dalam menumbuhkan pola kemandirian dan rasa syukur.
Hal ini tentu saja merisaukan orang tua jaman sekarang. Salah satunya yang dapat membuat orang tua bimbang adalah soal pemberian berbagai fasilitas yang memanjakan anak, baik berupa harta benda maupun kasih sayang yang berlebihan.
Memanjakan anak, terutama secara berlebihan, bisa menjadi
mata pisau yang “mematikan” karena setidaknya akan menyinggung 2 (dua) hal :
(1) pola hidup mandiri, dan (2) rasa syukur akan nikmatnya hidup. Kemandirian adalah
sesuatu yang menyangkut kemampuan anak untuk mampu bertahan hidup tanpa bantuan
orang lain, terutama dalam hal ini orang tua. Banyak diantara anak jaman
sekarang menggunakan "aji mumpung" ; mumpung orang tua masih sehat,
mumpung orang tua masih mampu membiayai hidup, mumpung orang tua masih mampu
memfasilitasi dan memenuhi semua kebutuhan, dan mumpung-mumpung lainnya.
Apalagi jika orang tua masih berpenghasilan besar, berkedudukan tinggi, dan
dihormati banyak orang. Tanpa disadari, aneka macam fasilitas hidup tadi justru
menyimpan “bom waktu” yang siap "meledak" dan akan menimbulkan
masalah besar di kemudian hari. Bayangkan ketika orang tua sudah uzur, pensiun
dari pekerjaan, dan tak berpenghasilan lagi. Apakah anak akan terus-menerus
dapat mengandalkan harta kekayaan orang tuanya.
Kesalahan pola pendidikan ini dapat bermula dari sejak
anak masih kecil. Ia tidak dilatih untuk siap menerima kenyataan yang berbeda
dari kondisi awal. Dan ini sungguh akan menghancurkan hidup anak di masa depan.
Banyak dijumpai di sekitar kita, sejumlah kisah nyata
dimana orang tua yang dalam masa-masa akhir hayat seharusnya dapat menikmati
sisa hidupnya dengan tenang, namun apa lacur, karena kesalahan mendidik sejak
awal dan si anak juga tak kunjung menyadari bahwa suatu saat orang tuanya tak
akan bisa menyokongnya terus-menerus, ujung pengorbanannya mereka hanya menjadi
sia-sia belaka. Sebagai contoh, ada anak yang telah memakan banyak harta kedua
orang tuanya namun gagal menyelesaikan kuliah. Untuk mendapat pekerjaan pun makin
sulit karena bekal ijasah yang tak mencukupi. Dan lebih celakanya,
pernikahannya pun banyak diliputi persoalan karena gaya hidup yang tak bisa berubah menyesuaikan
kondisi keuangan yang ada.
Masalah lain dari rumitnya mendidik anak di jaman modern adalah
tidak adanya rasa syukur. Bagaimana bisa bersyukur jika anak tidak pernah
melihat orang yang lebih sengsara dari hidupnya. Rumah megah dengan
perlengkapan super lengkap, mobil mewah yang siap menemani ke mana-mana pergi,
menyebabkan anak menjadi terlalu manja dan tidak mampu bertahan dalam
kesederhanaan. Hampir tidak ada hajat hidupnya yang tidak terpenuhi. Padahal di
sekitarnya masih ada orang-orang yang kurang beruntung. Tidur beralas tikar dan
berpenerangan seadanya. Rumah bocor di mana-mana ketika musim hujan tiba.
Bahkan untuk makan pun sulit dan tidak setiap hari dapat terpenuhi. Nah, jika
sebuah keluarga tidak pernah diajarkan berperilaku sederhana atau menyaksikan penderitaan
sesama sebagaimana yang riil dialami kaum papa maka sulit sekali untuk bisa
menanamkan rasa syukur. Yang ada justru mengeluh dan mengeluh jika ada sedikit
kekurangan.